Data sekunder yang tidak bisa ditrace ke data primer itu sama sekali tidak bisa 
digunakan.
Itulah teladan ilmu hadits. Kalo tidak bisa dilacak ke sumber aslinya, ya dhaif 
lah... lemah...
Tidak bisa dijadikan rujukan hukum.

Termasuk urusan Gurita Cikeas sekalipun ;-)

Itu kalo mau meneladani ilmu hadits loh...

  ----- Original Message ----- 
  From: H. M. Nur Abdurahman 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, March 15, 2010 11:48 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Hadits ttg Kencing Unta Sebagai Obat


    

  ----- Original Message ----- 
  From: "Dwi Soegardi" <soega...@gmail.com>
  To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
  Sent: Monday, March 15, 2010 11:36
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Hadits ttg Kencing Unta Sebagai Obat

  data sekunder apa dalam kisah Cousteau ini? Data primernya apa?
  kayaknya sih cuma "hearsay"
  rumor yang ngga ada buktinya.

  Coba Abah baca ini
  http://www.muslimtents.com/aminahsworld/Hadiths_of_the_fly.html
  tentang dua hal lalat dan kencing unta,
  tapi masih mending ada beberapa referensi yang bisa dilacak,
  tinggal siapa mau melacaknya untuk mencari kebenaran,
  bukan sekedar menurunkan tulisan tapi berlepas tangan perkara itu hoax atau
  beneran.

  Setelah googling "ambaza mouski," "amofterali" semua tidak ada hasil,
  saya google nama orang ini Dr Muhammad el-Samahy
  "Dr. Muhammad M. el Samahy (Universitas Al Azhar, Mesir) telah menulis
  sebuah artikel yang menceritakan bahwa para pakar mikrobiologi telah
  menemukan adanya sel-sel dengan posisi membujur yang hidup sebagai parasit
  di perut lalat. Ketika lalat dicelupkan seluruhnya ke dalam air, terjadi
  perubahan tekanan osmosis yang menyebabkan sel pecah."
  ##############################################################
  HMNA:
  Inilah yang saya maksud dengan data sekunder, sedangkan data primer adalah 
  di mana Dr. Muhammad M. el Samahy mengambilnya refernsi Dan dari publikasi 
  umum itu (yang bukan jurnal ilmiyah) biasanya para penulisnya tidak 
  menyebutkan referensi. Itu penulis Gurita Cikeas referensinya adalah data 
  sekunder, yaitu dari publikasi umum. Begitu pula dengan kasus Cousteau saya 
  mengambilnya dari data sekunder, yaitu dari publikasi umum yang tidak 
  menuliskan refernsi .
  ##############################################################

  Tadinya saya berharap dia pakar mikrobiologi kondang yang bisa diandalkan,
  ternyata Ketua Jurusan Ilmu Hadis univ Al-Azhar .....
  Tapi minimal hasil googling dapat artikel dari muslimtents.com itu.
  Ada istilah "musca domestica" (lalat rumah), tampaknya dekat2 dengan mouski
  (di ambaza mouski).
  Kecurigaan saya artikel yang dikutip Abah tampaknya diambil dari tulisan
  bahasa Arab,
  sehingga "mouski" yang tampaknya berarti lalat, ditulis sedemikian rupa.

  Beberapa tahun lalu ada yang rajin menerjemahkan artikel bahasa Arab,
  salah satunya tentang universitas di Jepang. Ditulis "Shuwa University,"
  yang tidak pernah saya dengar sebelumnya.
  Saya coba menerka-nerka apakah sebenarnya "Showa Univ"? Tapi kok beda dengan
  yang dimaksud di artikel.
  Untunglah ada seorang Jepang yang fasih berbahasa Indonesia,
  yang memberitahu bahwa tampaknya itu "Chuo Univ" ..... Waduh jauh sekali
  ejaannya :-(
  Barangkali "chuo" (jepang) --> diarabkan jadi "syin wawu" kemudian
  diindonesiakan jadi "syuwa" ....
  Karena itu kalau Abah ambil istilah itu dari artikel bahasa Arab, harap
  berhati-hati.
  Kalau ngga salah "mikrab" itu juga tidak familier, karena kita biasanya
  mengenalnya dengan "mikroba."
  nah kira-kira "ambaza" itu bisa dikembalikan ke istilah awalnya ngga?

  Satu hal lagi dari artikel muslimtents.com itu bagian akhirnya:
  "Despite the abundance of supporting evidence for the authenticity of these
  medicinal narrations (camel and fly) on the one hand and for their
  scientific viability on the other, certain voices continue to reject them on
  both counts. Principle skepticism of authentically transmitted narrations
  that pertain to facts demonstrated by ancient and modern science, or whose
  scientific worth is just now coming into view, is the wont of stagnant minds
  and diseased hearts for which there is no cure save the mercy of our Lord."

  Menarik, sesuai dengan sinyalemen Miftahulzaman, ada pihak-pihak yang tidak
  suka kalau kencing unta dan lalat menjadi bukti kebenaran!
  Tapi herannya penelitian2 yang dikutip di artikel itu, misal dari Colorado
  State U, U Pittsburgh, U Calgary, ....
  bukannya dari Unhas, Al-Azhar, atau U Tehran .... :-(

  salam,
  =Dwi

  2010/3/13 H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrah...@yahoo.co.id>

  >
  >
  >
  > ----- Original Message -----
  > From: "Dwi Soegardi" <soega...@gmail.com <soegardi%40gmail.com>>
  > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>>
  > Sent: Sunday, March 14, 2010 09:56
  > Subject: Re: [wanita-muslimah] Hadits ttg Kencing Unta Sebagai Obat
  >
  > hehe,
  > mestinya pihak yang mendukung ini yang melakukan pencarian
  > dan penelitian ilmiah, ..... burden of proof ada pada Abah.
  >
  > tapi kalo lihat gelagatnya,
  > seperti menolak hasil penelitian yang dipublikasikan di medline
  > tentang kondom,
  > sampai sekarang tidak ada referensi tentang Cousteau,
  > ###################################################
  > HMNA:
  > Referensi yang pakai untuk Cousteau adalah data sekunder. Apa data 
  > sekunder
  >
  > tidak bisa dianggap referensi. Misalnya Gurita Cikeas referensinya adalah
  > data sekunder. Bukan tidak lazim yang mau doktor bikin penelitian bertolak
  > dari data sekunder. Saya merasa tidak punya beban utk membuktikan (burden
  > of
  > proof) karena saya tidak berminat untuk membuat penelitian yang bertolak
  > dari data sekunder tsb. Sebagai analogi hasil penyelidikan opsi C Pansus,
  > menjadi titik tolak penyidikan oleh KPK.
  > ###################################################
  >
  > saya juga tidak yakin referensi lalat ini akan pernah diketemukan.
  >
  > 2010/3/13 Ari Condro <masar...@gmail.com <masarcon%40gmail.com>>:
  > > mau nyari di proquest, atau science direct, atau jstor, udah keburu
  > males,
  > > secara di google scholar juga ndak ada. lagian kudu ke kampus, kalau mau
  > > conncet dengan elsevier, science direct atau jstor, hehehe :))
  > >
  > > mas dwi, barangkali ?
  > >
  > >
  > > salam,
  > > Ari
  > >
  > >
  > > 2010/3/14 Dwi Soegardi <soega...@gmail.com <soegardi%40gmail.com>>
  > >
  > >>
  > >>
  > >> kata kunci yang bisa dicari misalnya dari kalimat ini:
  > >>
  > >> "Perihal lalat dipelajari oleh Prof. Brefild tahun 1871. Ilmuwan
  > >> Jerman dari Universitas Hall ini menemukan bahwa
  > >> dalam badan lalat terdapat mikrab-mikrab sejenis Fitriat yang diberi
  > nama
  > >> Ambaza Mouski dari golongan Antomofterali"
  > >>
  > >> Prof Brefild (hanya satu nama?)
  > >> Universitas Hall (tampaknya Halle University, uni-halle.de)
  > >> fitriat
  > >> ambaza mouski
  > >> antomofterali
  > >>
  > >> coba Anda masukkan kata2 kunci tersebut ke google,
  > >> semuanya akan mengeluarkan hasil yang merujuk ke penelitian lalat ini
  > >> yang berkaitan dengan hadis lalat.
  > >> Masak semua salah mengutip nama universitas?
  > >> Ini menunjukkan bahwa sumber artikel2 yang didapat google
  > >> tampaknya dari satu sumber, dan kalau satu sumber ini hoax,
  > >> dipastikan hoax beranak-pinak.
  > >> Dalam bahasa apapun, semuanya sama! 



  

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke