Eh, apa betul ? katanya waktu pemilihan Ketua Alumni ITB, Sdr. Laksamana
Sukardi bisa menang karena semua alumni ITB yang ada di BUMN-BUMN dikerahkan
untuk datang, sehingga waktu voting Mr. Laks ( aku sih panggil dia A'ah,
panggilan asli di rumah) bisa menang ?
Kalau memang ini betul.
Siapa yang salah ya ??? Apa mental alumni ITB masih sebatas menyelamatkan
perut ???
Wallahuallambissawab...................


----- Original Message -----
From: "DR Ir Pandji R Hadinoto PE LL.M" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Friday, December 20, 2002 11:29 AM
Subject: [yonsatu] Re: Indosat lalu Pertamina lalu INDONESIA...RBK...?


> Halo Sejawat,
> Baru-baru ini saya memperoleh copian kajian KONSPIRASI PEMBANGKRUTAN
INDONESIA oleh CeGIS, terbitan Nopember 2002.
> Jangan-jangan memang ada kaitannya dengan acara gelar akhir tahun yaitu
GARAGE SALE BUMN-BUMN itu.
> Ngomong-ngomong khan Ir Laksamana Sukardi itu Ketua Alumni ITB, nyatanya
cuma bisa unjuk kerja sebagai GENERAL MANAGER di GARAGE SALE BUMN-BUMN,
persis seperti definisi General Manager dari Bung Ir Akhmad Bukhari Saleh
(coba lihat lagi deh KAMUS 2003).
> Lantas malu-maluin aja tuh kawan kita itu, kok cuma sebatas Kopral DJONO,
padahal konon katanya alumni BANKER, wow kok gitu aja ya.
> Bagaimanapun, mari kita bangun semangat KADER BANGSA, bukan KADER PARPOL
apalagi KADER IMF.
> Salam Kebangsaan, Kebangsaan Indonesia,
> Pandji Rulianto Hadinoto / PokJa Ketahanan Nasional, Forum Corps Resimen
Mahasiswa Indonesia, Gedung Joang 45, Jl. Menteng Raya 31, Jakarta Pusat.
> http://www.indolawfirm.com
>  Syafril Hermansyah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:On Thu, 19 Dec
2002 16:04:20 +0700 Abdul Sodik (AS) wrote:
>
> > Pak Bambang, .....
> > Jangan-jangan, semua itu pokok permasalahannya adalah "salah urus"
> > negeri kita tercinta ini, atau dengan kata lain "mis management".
>
> Saya 'rada' setuju dg ini, walaupun sebenarnya menurut saya saat ini
> pemerintah kita sdg kehilangan Visi.
>
> Pemerintahan kita tidak memisahkan antara govern (pengatur) dg executor
> (pelaksana), prove dg banyaknya BUMN. Dan hal ini disadari oleh banyak
> pihak, bahkan sudah lama 'pengamat ekonomi' mengomongkan hal ini, akan
> tetapi pemerintah diam saja...maklum enak sih...siapa yg bisa bersaing
> dg 'monopoli' pemerintah yg konon demi 'kemakmuran rakyat' (jarene ngono
> cak , kalau mau bukti bisa panjang... di dalam Pertamina sendiri
> banyak kasus bisa diungkap sbg bukti, juga di departemen lain diluar
> Migas).
>
> Pada saat awal negara ini berdiri, dimana saat itu belum ada swasta yg
> kuat yg mampu berdiri sendiri, BUMN memang diperlukan. Akan tetapi stl
> swasta mulai mampu (dg dibimbing atau diberi fasilitas oleh pemerintah)
> mestinya Pemerintah secara berangsur-angsur mundur sbg pelaksana, dan
> memfocuskan diri sbg regulator dan fasilitator.
>
> Pada masa-2x terakhir pemerintahan Pak Harto, terlihat dimulainya
> 'swastanisasi', saat itu dimulai dg dijualnya bbr BUMN yg dianggap tidak
> "menguntungkan" (sopo yo sing arep tuku bisnis rugi he..he..he..), tp
> mungkin saat itu baru tahap uji coba sbl pemerintah punya blueprint bgm
> sebaiknya melakukan swastanisasi.
>
> Blueprint ini rupanya nggak jadi-2x, dan akhirnya krn keadaan memaksa
> maka program swastanisasi ini berjalan kencang tanpa sempat punya waktu
> berpikir panjang, entah krn krisis ekonomi, moneter, politik, hukum dan
> neko-2x lainnya :-(
>
> Jadi penjualan BUMN strategis (yg masih laku bisa, bisa dijual) dan
> tidak strategis (yg tidak ada yg minat) saat ini sebenarnya sudah sesuai
> jalur (yg benar), cuma apakah tahapan dan caranya sudah benar belum
> sempat dikaji dg waktu yg cukup ( di oyak-2x bocah nangis njaluk mangan
> rek, dadi cupet rasane otak).
>
> --------
> sekarang kita lihat serba sedikit ttg dijualnya BUMN strategis ke pihak
> asing
>
> Langkah swastanisasi di bidang kelistrikan (dg memperbolehkan swasta
> utk masuk di bisnis Pembangkit Tenaga Listrik) adalah langkah uji
> coba yg berani, hanya 'cara' atau prosedurnya yg penuh KKN shg sekarang
> kita (rakyat) harus menanggung biaya listrik yg mahal (ingat soal info
> biaya pembangunan listrik swasta yg diberitakan di koran-2x yg jaaauuuh
> lebih besar dpd pembangungan pembangkit serupa di negara jiran).
> Kemudian juga ada swastanisasi dibidang satelit komunikasi (satelindo).
>
> Sepintas kita melihat bhw industri itu dipasrahkan ke swasta nasional,
> akan tetapi kenyataannya pribumi itu cuma dipakai namanya doank, modal
> dan tenaga ahli tetap saja dari luar; masih mending kalau tenaga ahli yg
> datang ke Indonesia yg benar-2x expert, dalam kenyataannya banyak tenaga
> ahli yg dikirim ke Indonesia adalah kelas teri (bahkan tidak berkelas),
> krn pihak sana sudah kehabisan dana utk membayar tenaga top (kudu mbayar
> kickback rek, wis entek budget te).
>
> Kalau pihak asing langsung terjun sendiri, saya yakin mereka tidak akan
> sembarangan kirim tenaga ahli kelas cere kesini. Mereka harus jaga
> investasi besar yg sudah mereka tanamkan, dan juga reputasi mereka
> (tidak ada lagi yg bisa jadi kambing hitam bhw Mitranya yg sontoloyo
> dst). Nanti waktu yg akan membuktikan
>
> ----
>
> Sekarang ini pemerintah kita cuma kehilangan 'tangan-2x eksekusi' yg
> memang seharusnya dilepaskan ke swasta sejak dulu hari, tp toh belum
> kehilangan kemampuan membuat regulasi (apa ada indikasi kearah itu,
> silakan diutarakan jika saya salah).
>
> Mestinya sekarang ini pemerintah membuat regulasi-2x untuk sektor-2x yg
> tadinya merupakan 'captive market' atau monopoli pemerintah ke
> sepenuhnya pasar yg bebas tp adil, beri kesempatan kepada semua pihak
> baik swasta nasional maupun swasta asing dari negara lain utk berkiprah
> dalam bisnis tsb sehingga tercipta kompetisi yg sehat dan membangun.
>
> Kalau pemerintah atau pejabat pemerintah tidak bisa membuat regulasi yg
> bagus, ya sebaiknya mundur saja ganti yg lain, seperti yg pernah
> diomongkan oleh Anton J. Supit disalah satu wawancara radio 'kalau nggak
> mampu ya mundur saja, atau nggak usah diurusin sekalian, biar kami para
> pengusaha mengatur diri kami sendiri...'(jadi hukum rimba donk , tp
> mungkin lbh baik begitu utk bisnis-2x tertentu dimana modal dalam bentuk
> uang tidak menjamin kemenangan dalam kompetisi).
>
> > Kalau boleh saya analogikan bahwa negara kita tercinta ini ibarat
> > "Republik Bis Kota (RBK)", sementara negara yang pernah dihajar bom
> > atom sekutu yaitu Jepang bolehlah kita sebut "Republik Kereta Api
> > (RKA)".
>
> Wah beda jauh Dik, wong ngurusin Angkot yg amburadul aja nggak mampu,
> jangankan yg segede Jakarta, kota sekecil Bogor aja kalah sama brutalnya
> Angkot shg kota ini skr punya julukan baru 'kota angkot nan macet' :-)
>
> --
> syafril
> -------
> Syafril Hermansyah
>
> List Administrator/Moderators [EMAIL PROTECTED]
>
> --[YONSATU -
ITB]----------------------------------------------------------
>
> Copy Darat (Halal Bihalal, Natal dan Tahun Baru) akan dilaksanakan 4-5
Januari 2003, lihat footer Milis [EMAIL PROTECTED]
>
> Online archive :
> Moderators :
> Unsubscribe :
> Vacation :
>
>
>
>
> ---------------------------------
> Do you Yahoo!?
> Yahoo! Mail Plus - Powerful. Affordable. Sign up now
>
> --[YONSATU -
ITB]----------------------------------------------------------
>
> Copy Darat (Halal Bihalal, Natal dan Tahun Baru) akan dilaksanakan 4-5
Januari 2003, lihat footer Milis [EMAIL PROTECTED]
>
> Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
> Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
> Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
> Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu>
>
>



--[YONSATU - ITB]----------------------------------------------------------

Copy Darat (Halal Bihalal, Natal dan Tahun Baru) akan dilaksanakan 4-5 Januari 2003, 
lihat footer Milis [EMAIL PROTECTED]

Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu>


Kirim email ke