Coba pak dibuka-buka lagi data eksport kita mulai tahun 1930 sampai tahun 1940, 
data itu tercatat di buku karangan Sukarno "Di Bawah Bendera Revolusi". 
Kemudian buka lagi data BPS dari tahun 1997 sampai 2004. Komposisinya gak 
berubah..... eksport kita 200 % dari import.

Bedanya jaman Belanda hampir semua teknologi yang baru ditemukan langsung 
diterapkan di Indonesia, sementara kita saat ini sangat tertinggal :-(

Argumentasi perlemahan rupiah demi meningkatkan daya saing adalah argumentasi 
yang dibangun secara masif oleh rezim Suharto, karena ketidak mampuannya 
mengelola rupiah sehingga berulang harus di devaluasi. Padahal jelas pendapatan 
perkapita kita diukur dengan US $.

Korban dari devaluasi terjadi pada periode yang pendek yakni sampai 
ditemukannya kesetimbangan baru dalam hal tukar-menukar barang dan jasa. 
Korbannya adalah mereka yang berpenghasilan tetap ie. PNS/ABRI dan pensiunan. 
Mereka tidak mudah untuk mencapai penyesuaian baru sehingga cendrung korupsi 
dalam berbagai bentuknya.

Setelah tercapai kesetimbangan baru maka semua komposisi kembali dalam proporsi 
yang normal sehingga kalaupun diadakan Redenominasi 1  US$ menjadi RP. 9,- juga 
gak masalah selama semuanya dibagi  dengan suatu bilangan tetap dalam hal ini 
1.000,-

Tentu saja penguatan yang terjadi bukan penguatan yang dibuat-buat lho.


Salam

RM




--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave <dfa...@...> wrote:
>
> Berkali kali argumen yang diajukan adalah berfokus pada konsumsi lokal...  
> dengan mengandalkan barang impor yang murah. Kalau penduduk kita gak ada 
> kerjaan...  mau beli pake apa pak? 
> 
> Kalau mata uang menguat tanpa ada peningkatan produksi lokal (ekspor), 
> berarti ini karena ada banyuak pinjaman luar negeri yuang masuk. Ini pinjaman 
> nantinya musti di bayar. Kalau gak bisa bayar, ntar kejadian macam tahun 1998 
> lagi. Asian financial crisis. Atau sama juga Greek Crisis 2010. Mereka punya 
> uang euro kuat tapi kemampuan produksi dalam negerinya lemah. Akibatnya 
> begitu pinjaman jatuh tempo mau dibayar langsung ekonomi berantakan. Banyak 
> yang jadi pengangguran mendadak karena bisnis-bisnis yang berfokus impor 
> tiba-tiba harus tutup.
> 
> --- On Wed, 11/8/10, Rachmad M <rachm...@...> wrote:
> 
> From: Rachmad M <rachm...@...>
> Subject: Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan
> To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Received: Wednesday, 11 August, 2010, 6:32 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>  
> 
> 
> 
>   
> 
> 
>     
>       
>       
>       Lha kok gak kerasa kalau hampir semua tarikan nafas kita berbau import 
> :-D
> 
> 
> 
> Kalau rupiah melemah, harga kedelai naik konskwensinya tahu/tempe anda beli 
> di pasar ukurannya mengecil.
> 
> 
> 
> Harga BBM non subsidi akan bergerak dengan sendirinya.
> 
> 
> 
> Subsidi BBM Premium akan membengkak dengan sendirinya. Dan pemerintah segera 
> membuat kebijakan kenaikan harga BBM. Akan diikuti kenaikan harga lainnya.
> 
> 
> 
> Terus dimana tidak terpengaruhnya daya beli masyarakat ?
> 
> Lagi pula penguatan itu hanya menguntungkan Pengusaha, bukan karyawan 
> berpenghasilan tetap meski dia karyawan eksportir itu sekalipun :-(
> 
> 
> 
> Salam
> 
> 
> 
> RM
> 
> 
> 
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave <dfaj21@> wrote:
> 
> >
> 
> > Pelemahan mata uang = pelemahan daya beli,
> 
>  
> 
> 
> 
>   
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>       
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke