Daya beli adalah daya beli, apakah itu hasil menggadaikan warisan atau hutang 
ke Bank, atau hasil kerja, bagi saya sebagai penjual barang dan jasa adalah 
sama saja. Yang penting pembeli saya memiliki daya beli dan saya bisa 
meningkatkan layanan saya. saya sebagai penjual disini sangat tergantung daya 
beli orang lain.

Daya beli  inilah yang gak boleh dikurangi.

Ambil contoh ekstrim saat krisis global. Seorang nenek-nenek dengan warung 
sederhananya dari hari ke hari, dari tahun ke tahun mengumpulkan uang untuk 
naik haji. Ketika uang terkumpul hampir menjapai 4 juta (setara 2000 US$) dan 
rencananya berangkat ternyata terjadi krisis untuk kembali mencapai 2.000 US$ 
dia harus ngumpulin duit lagi dari 4 juta menjadi 20 juta (setara 2000 us$ 
dengan kurs 10.000). Perlemahan inilah yang harus dijaga oleh pemerintah untuk 
tidak terjadi.

Dalam kaitannya menjual keluar negeri ya sami mawon, apa kalau rupiahnya 1 US $ 
= Rp.2.000, per meter kubik kayu =200 US$ maka pada saat 1 US $ =Rp. 10.000, 
per meter kubik kayu ya tetap 200 US $.

Apakah untuk meningkatkan daya saing kita jual 40 US $ per meter kubik ?

Salam

RM





--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave <dfa...@...> wrote:
>
> Kembali bapak masih belum bisa lepas dari bujukan daya "BELI" komponen impor.
> 
> Saya coba lagi....  dengan perumpamaan lain. Ada dua orang yang memegang 1000 
> dollar. Saya gak mau bilang rupiah lagi karena dari pandangan anda daya beli 
> harus dengan dollar. 
> 
> Jadi, si A pegang seribu dollar, sementara si B juga 1000 dollar. Bedanya, si 
> A adalah pekerja kantor dari perusahaan asing yang tiap bulan dibayar 100 
> dollar. Sementara si B adalah pengangguran, yang kebetulan guanteng pintar 
> ngomong dan mukanya sangat terpercaya. Jadilah setelah merayu-rayu BCA, Bank 
> Central Amerika, ia dipercayai untuk memegang 1000 dollar (pinjaman).
> 
> Kedua-duanya, si A dan si B, mempunyai DAYA BELI 1000 dollar. Anda mau pegang 
> si A atau si B...  mana yang jadi miskin duluan?
> 
> Penguatan dollar tidak menunjukkan Indonesia ini adalah si A atau si B. 
> Penguatan rupiah atas dollar memang menunjukkan peningkatan daya beli seperti 
> yang anda katakan, tapi efek psikologisnya sudah kelihatan dari yang anda 
> tulis sebelum-sebelumnya...  maunya beli barang saja (gara-gara penguatan 
> dollar)...  yang anda fokuskan selalu penulisan, beli ini beli itu....  Anda 
> gak bilang saya bisa kerja ini atau kerja itu kalau terjadi  penguatan rupiah 
> atas dollar. 
> 
> --- On Fri, 13/8/10, Rachmad M <rachm...@...> wrote:
> 
> From: Rachmad M <rachm...@...>
> Subject: Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan
> To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Received: Friday, 13 August, 2010, 3:51 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>  
> 
> 
> 
>   
> 
> 
>     
>       
>       
>       Wah ya jangan gitu cara pandangnya. Beri argumentasi yang tepat 
> sehingga kita sepakat bahwa perlemahan mata uang rupiah yang notabene juga 
> perlemahan daya beli Rakyat Indonesia dapat diterima akal sehat. 
> 
> 
> 
> Alias kita kontra terhadap peningkatan daya beli masyarakat dan sebagian 
> kecil meniknmati keuntungan dari mata uang asing yang menguat untuk foya2 di 
> LN :-(
> 
> 
> 
> RM
> 
>  
> 
> 
> 
>   
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>       
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke