@Dada:
Adanya korelasi negatif antara peringkat kebersihan dari korupsi (X) dengan 
persentase populasi Chinese (Y), tidaklah serta merta bermakna kausalitas 
karena X maka Y, atau karena Y maka X.
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat korupsi, baik dari aspek ekonomi, 
politik, sosiologi seperti ikatan kekerabatan, psikologi, peraturan & penegakan 
yang ada, kualitas birokrasi, dan sebagainya. Perlu ditelaah secara kualitatif 
dulu untuk membuat model penelitian yang rasional.

Tentang karakteristik etnis tertentu di Indonesia (dalam hal ini Tionghoa) 
terkait sikap terhadap korupsi/suap. Saya pikir dapat diteliti secara langsung 
menggunakan pendekatan kualitatif. Namun, sekali lagi kita, juga perlu membuat 
definisi tentang korupsi itu sendiri, sehingga bisa dioperasionalisasi ke 
variabel ukuran-ukuran korupsi.
Jika memang ingin membandingkan tingkat korupsi/suap antar etnis, maka kita 
tinggal mengkuantifikasi saja hasil pengukuran untuk masing-masing etnis. 
Banyak statistik yang bisa digunakan untuk pengujiannya.

Penelitian seperti ini tidak masalah sama sekali. Tidak ada yang sensitif, jika 
pengumpulan datanya ditangani/didampingi oleh profesional. Saya juga sangat 
mendukung, jika ada mahasiswa yang ingin meneliti tema tersebut.

Salam,

Chen Gui Xin

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Dada" <wrw....@...> wrote:
>
> sebenernya mudah saja
> 
> 1. jika korupsi dianggap sebagai budaya (dalam hal ini budaya cina) ,
> ini harus kembali ke ilmu budaya di mana budaya asal akan berinteraksi
> dengan budaya lokal tempat di mana dia berdiaspora.Apalagi yang di sorot
> adalah proses suap yang juga berdasar pada interaksi (bukan satu arah)
> 
> 2. Dilanjutkan dengan penelusuran dari daerah Tiongkok mana ,
> berdiaspora ke negara mana , kawasan mana , lalu di lanjutkan dengan
> studi perbandingan. Pertama Indonesia itu sendiri , lalu Singapura ,
> Malaysia , Filipina , dan seterusnya dan seterusnya.
> 
> 3.
> konstanta = budaya sebelum berdiaspora adalah homogen
> variabel = budaya lokal tempat berdiaspora adalah heterogen.
> dstnya , dstnya
> 
> 
> Asia Tenggara (dimana negara tersebut memiliki chinese diatas satu juta
> jiwa)
> 
> Peringkat negara terbersih (jadi makin rendah peringkatnya makin korup)
> 
> 1. Myanmar , Indeks 1.9 , peringkat 160 /163
> 2. Indonesia , Indeks 2.4 peringkat 140 /163
> 3. Filipina , Indeks 2.5 , peringkat 121/163
> 4. Vietnam , Indeks 2.6 , peringkat 111/163
> 5. Thailand , Indeks 3.6 , peringkat 63/163
> 6. Malaysia, Indeks 5.0 , peringkat 44/163
> 7. Singapura , Indeks 9,4 , peringkat 5/163
> 
> 
> perbandingan dengan negara "leluhur"
> 8. RRT , Indeks 3.3 , peringkat 70
> 9. Taiwan , Indeks 5.4 , peringkat 34
> 
> Peringkat  jumlah perkiraan chinese dan persentasi perkiraan populasi
> chinese dalam satu negara vs peringkat korupsi
> 1. Singapura 2.8 juta / 74% (peringkat 5 terbersih dunia)
> 2. Malaysia 6.3 juta / 26% (peringkat 44 terbersih dunia)
> 3. Thailand 7 juta / 14% (peringkat 63 terbersih dunia)
> 4. Vietnam 1.3 juta / 3% (peringkat 111 terbersih dunia)
> 5. Indonesia 7.7 juta / 3% (peringkat 140 terbersih dunia)
> 6. Filipina 1.2 juta / 2% (peringkat 121 terbersih dunia)
> 7. Myanmar 1.1 juta / 3% (peringkat 160 terbersih dunia)
> 
> 
> Ini data mentah , tidak perlu diolah kuantitatif , cukup kualitatif dulu
> ajah . singapura di mana chinese benar2 mayoritas , merupakan termasuk
> lima besar negara paling bersih dari korupsi. Malaysia di mana chinese
> itu persentasinya signifikan memiliki peringkat yang lebih baik ,
> disusul thailand. Sementara negara dengan komposisi chinese tidak besar
> mendominasi peringkat 100 keatas (Filipina , Indonesia , Myanmar,
> Vietnam) .
> 
> Bisa di kombinasikan berpasangan dengan kombinasi yang lain (indeks
> religius vs indeks korupsi) dstnya  . melihat sejauh mana korelasinya ,
> yang tentu perlu waktu , dan komprehensif
> 
>   mudah2an mahasiswa sekarang ada yang tertarik meneliti untuk karya
> tulis ,walau memang merupakan isu yang sensitif.
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, kusalacitto gunawan
> <gunawan@> wrote:
> >
> > Aplikasi Korupsi itu bermacam-macam ya,
> >
> > Yang sering terjadi adalah suap menyuap.
> > dan suap menyuap biasanya kan sebenarnya lebih dari 1 arah. Pasti ada
> > Interaksinya...
> >
> > antara si pemberi suap
> >
> > dengan
> >
> > yang menerima suap.
> >
> > kalau ngomong soal Tionghoa Indonesia menerima suap, jelas bukan
> budayanya
> > orang tionghoa di Indonesia.
> >
> > Karena mayoritas dari etnis Tionghoa yang minoritas ini, sudah
> termasuk
> > kelas ekonomi menengah. Dan ditambah tidak ada (sangat jarang)
> menduduki
> > posisi penting dalam strata birokrasi pemerintahan.
> >
> > Tetapi,
> >
> > kalau ngomong soal Tionghoa di Indonesia yang memberi suap. Tentu ini
> lain
> > ceritanya.
> > Jelas sekali sudah boleh dibilang telah menjadi budaya.
> >
> > Entah karena sudah dipraktekan ber-abad-abad atau karena ada trauma
> > tertentu, maka saya kira, memberi suap, sudah resmi ber-akulturasi
> dengan
> > budaya orang Tionghoa di Indonesia. Jelas ini belum ada penjelasan
> memuaskan
> > baik dari segi ilmiah maupun dari segi sosio-kultural, untuk ini
> harusnya
> > rekan-rekan se-milis yang masih muda-muda maupun yang ikut KEJAR PAKET
> Z
> > (misalnya) masih bisa mengangkat topik ini sebagai judul tesis.
> >
> > Seolah sudah tertulis dalam DNA, atau sudah menjadi hukum tidak
> tertulis,
> > Tionghoa suka memberi suap. Dan uniknya, bahkan Tionghoa sudah tidak
> > menyadari itu adalah suap. Inilah prilaku "jelek" dari Tionghoa
> (tertentu)
> > atau mereka yang saya lebih suka sebut CINA. Dan saya namakan mereka
> CINA,
> > tentu untuk men distinc kan  mereka dengan Tionghoa lainnya. Dan iya
> Cina
> > disini adalah istilah untuk "menghina" mereka juga untuk menghindari
> > generalisasi ataupun stigmata untuk Tionghoa secara menyeluruh.
> >
> > Kelakuan para Cina, tentu saja, dapat kita saksikan lakon dan gerak
> gerik
> > mereka dalam hidup kita yang singkat ini. Sangat mudah terlihat,
> bahkan
> > lebih mudah menyaksikan kelakuan Cina ini dimana-mana daripada
> menyaksikan
> > Anjing Kawin. Mungkin dan sangat mungkin, dalam jumlah member yang
> mencapai
> > 3000an di milis ini, banyak sekali Cina didalamnya.
> >
> > Cina, juga telah banyak melahirkan masalah di Tanah Air, makanya jaman
> dulu
> > (mungkin juga sekarang) ada istilah "masalah cina". Dan oleh karena
> > orang-orang cina seperti inilah, seluruh Tionghoa lainnya terkena
> cipratan.
> > Cipratannya bukan terkena cipratan air suci tetapi keciprat air berbau
> got!
> >
> > Baiklah, mungkin ada diantara saudara-saudara yang innocent, merasa
> bingung
> > dengan akusisi (accusation, saya tidak tahu kata Indonesia untuk kata
> ini,
> > saya labelin saja akusisi) saya. Baiklah, saya berikan sedikit
> ciri-ciri apa
> > yang disebut cina.
> >
> > Kalau saya berbakat seperti Benny & Mice, mungkin saya akan menelurkan
> karya
> > buku karikatur tebal yang ketebalannya mengalahkan tebalnya kitab
> suci. Saya
> > akan memberi judul  "Lagak Cina".
> >
> > Baiklah , kembali mengenai Cina, seperti sudah disebut diatas,
> pastilah
> > sangat gampang terlihat. Dan ciri utama mereka adalah gemar memberi
> suap.
> >
> > Kita mulai dari lingkungan sekitar kita,
> >
> > Cina suka memberi gratifikasi kecil-kecilan
> > Biasanya untuk Satpam atau penjaga malam atau tukang parkir yang
> memang
> > bertugas dan tugasnya membuka pintu portal. Dengan lugunya atau lebih
> > tepatnya tidak mau tahu, cina tidak menyadari dari bahaya Tipping. Hal
> ini
> > membuat para satpam tidak mau mengerjakan tugasnya kalau tidak diberi
> TIPS.
> >
> > Cina suka backdoor.
> > Istilahnya kalau bisa lewat belakang ngapain lewat cara konvensional.
> > Misalnya, Anda karyawan kecil-kecilan yang berhubungan dengan klien,
> > misalnya sebut saja tukang pasang Wallpaper. "Mas, bisa ga kalau saya
> > langsung lewat mas saja, nanti mas bilang ke bos, mau beli buat mas
> sendiri,
> > lu kira lah berapa biayanya nanti gua bayarin langsung ke lu aja."
> >
> > Segalanya bisa diselesaikan dengan uang.
> > Cina biasanya memiliki sifat, menghalalkan segala cara untuk
> mendapatkan
> > kekayaan. Oleh karena itu walaupun dia tahu menjual shabu itu salah,
> dia
> > akan melakukannya. Karena, menurut dia, segalanya bisa diselesaikan
> dengan
> > uang.
> > Sama halnya, dengan aplikasi tersimpel dari kelakuan ini. Macet Keluar
> Tol,
> > potong antrian saja dari jalur sebelah. Ketika di lampu trafik Macet
> jalur
> > lurus, lewat jalur belok aja. Kena prit? emang sudah diperhitungkan,
> ga kena
> > prit justru untung.
> >
> > Cina tentu saja tidak mau repot
> > (ga mau tahu apa2, yang penting bayar).
> > "You uruslah, gua tahunya beres." Kalimat favorit mereka.
> > Maka itu suburlah budaya calo dan penyuapan dalam birokrasi
> pemerintah.
> > Dan birokrasi tidak memerlukan benchmarking atas kinerjanya, karena
> dengan
> > sistem kerjaan yang super lelet selama ini saja, penerimaan uangnya
> malah
> > berlipat 10x.
> > Sama halnya, ketika kita menjual suatu produk ribet (seperti sistem
> > komputer) kepada Cina, dia bilang "you uruslah, gua tahunya jalan
> aja"). Nah
> > disinilah kita bisa kerjain tuh orang kek cina gitu, bahasa
> hiperbolanya,
> > mahalin 10x lipat.
> >
> > Cina suka "piara" Beking.
> > Entah hanya untuk status sosial atau untuk kepentingan bluffing dalam
> > pergaulan atau untuk urusan backdoor. Biasanya, bekingnya militer,
> mengingat
> > militer pernah super kuat selama 30an tahun, mungkin itulah logika
> dasar
> > mereka pamer beking Militer. Kalau mereka hidup di Amerika Serikat,
> mungkin
> > mereka pamer bekingan Senator.
> >
> > Cina suka memberi amal soksial.
> > Tujuannya sih udah jelas bukan sosial, makanya saya tuliskan sok sial.
> > Walaupun kata soksial tidak ada artinya, tetapi banyak dari kita sudah
> > tahulah maksud saya. Tujuan Cina memberi amal, jelas bukan sebagai
> wujud
> > kepedulian sosial. Tetapi untuk tujuan pamer-pamer. Tujuan
> sampingannya
> > adalah berikanlah "mereka" uang agar nanti ada apa-apa tidak menjarah
> harta
> > saya. Lihat saja mereka membentuk klub amal atau bergabung pada
> > organisasi-organisasi camuk berbau etnis, memberikan amal yang tidak
> > seberapa banyak, harus diliput media atau minimal masuk koran. Dan
> > mengumpulkan massa sebanyak2nya, sehingga rawan kecelakaan yang orang
> dari
> > belahan Amerika Utara menyebutnya STAMPEDE. Logikanya: bila berniat
> bantu,
> > mengapa ga lakukan secara permanen dan diem-diem?
> >
> > Dan masih banyak dari "lagak Cina", yang bisa rekan-rekan amati di
> > sekeliling. Mungkin ada yang berminat mengangkatnya menjadi Tesis agar
> bisa
> > berguna bagi Nusa dan Bangsa? Terutama untuk dibaca elit politik yang
> ingin
> > benar-benar membangun negeri ini, dalam mengidentifikasi, memahami dan
> > mencari solusi tepat guna untuk mengeliminasi apa yang selama ini
> disebut
> > Cina Bermasalah.
> >
> > Namaste.
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > 2010/9/9 kwaihiap@ kwaihiap@
> >
> > >
> > >
> > > Korupsi apakah bisa disebut budaya? budaya tionhoa? budaya
> Indonesia?
> > > Dari 25 orang tsb di link:
> > >
> > >
> > >
> http://id.news.yahoo.com/kmps/20100909/tpl-inilah-25-koruptor-penerima-r\
> emisi-81d2141.html
> > >
> > > adakah orang Tionghoa Indonesia?
> > >
> > > Sojah wushu,
> > > Koay Hiap
> > >
> > >
> > >
> >
>


Kirim email ke