******************************** Bila anda mampu berpikir kritis analisis, Manfaatkan ruang "Artikel" Eskol-Net Untuk menuangkan ide dan gagasan anda! Kirimkan ke [EMAIL PROTECTED] ***Jangan sia-siakan talenta anda**** ******************************** Artikel Eskol-Net ============= """"""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""" """""""""""" MEMBANGUN SISTEM POLITIK: Mengapa Harus Orang Kristen ? Oleh : Augustinus Simanjuntak """"""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""" """""""""""" Sesuai dengan tulisan saya yang pertama yang berjudul “Kekristenan dan Politik”, maka pada kesempatan ini saya akan mencoba menindaklanjutinya dalam tataran yang lebih implikatif lagi. Sebab, tulisan pertama masih bersifat abstrak dan masih memberikan gambaran dasar mengenai bagaimana peranan yang sesungguhnya dari Umat Kristiani dalam dunia politik. Dalam tulisan ini akan diulas terlebih dahulu bagaimana sebenarnya keberadaan Umat Kristen sehingga diharapkan perannya dalam dunia politik. Dalam tulisan pertama sudah dijelaskan bahwa peranan Kekristenan sangat diperlukan dalam mewarnai pemikiran dan aksi-aksi politik melalui keterlibatan secara langsung dalam arena politik maupun melalui pemikiran, pandangan, kritik dan saran demi kebaikan keseluruhan manusia (menghadirkan kerajaan Allah di bumi), yang semuanya berangkat dari pola pikir/paradigma yang sudah diperbaharui oleh Tuhan kita Yesus Kristus, yakni diperbaharui ke arah pola yang semakin bisa melihat kebenaran dan keadilan, mampu berbuat kebaikan dan cinta kasih, kerukunan, kedamaian, dan kesejahteraan. Mungkin ada yang bertanya-tanya, apakah orang lain di luar Kekristenan tidak mampu melakukan itu semua ? Apakah paradigma orang yang belum mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat tidak mampu berbuat baik, benar dan adil ? Untuk membahas pertanyaan seperti ini maka perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai keberadaan seluruh manusia di hadapan Tuhan. Perlu dijelaskan sebelumnya bahwa Allah menciptakan manusia dengan keistimewaan, yang membedakannya dengan ciptaan lainnya, yaitu manusia mempunyai hati nurani (roh manusia), yang merupakan unsur yang paling terdalam manusia, yang keberadaannya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Misalnya, manusia diciptakan dengan mempunyai cinta dan kasih. Cinta dan kasih itu tidak dapat diraba dan kita tidak tahu dimana cinta dan kasih itu berada, apakah di kepala ataukah di kaki ? Betulkah cinta dan kasih itu berada di dalam unsur hati yang sifatnya daging itu ? Manusia tidak tahu, karena memang keberadaannya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Unsur terdalam manusia inilah yang dipakai oleh Tuhan untuk mengistimewakan manusia, yaitu memiliki sifat-sifat seperti Allah, tetapi tidak sama dengan Allah. Dengan demikian, sifat-sifat Allah pasti ada dalam diri semua manusia Manusia diciptakan Allah dengan sifat-sifat yang ada pada Allah. Sifat-sifat Allah adalah: adil, benar, suci, kudus, kasih, dan baik adanya. Sifat-sifat ini yang terdapat pada diri manusia. Sifat-sifat Allah ini ada pada diri manusia secara sempurna ketika manusia belum jatuh ke dalam dosa. Ketika manusia jatuh dalam dosa maka terjadi kerusakan sifat-sifat yang dulunya sempurna itu. Dosa membuat manusia terputus hubungan dengan manusia, karena Allah sesuai dengan sifat yang suci dan kudus tadi tidak mampu lagi untuk bersekutu dengan manusia yang berdosa. Manusia semakin jauh dari Allah. Manusia condong untuk berbuat dosa (kejahatan pikiran, kejahatan perbuatan dan tingkah laku). Sejak itu, dosa menjadi natur manusia, sehingga di dunia ini tidak ada manusia yang tidak berdosa, mulai dari bayi yang baru lahir hingga usia senja. (Roma 3: 9-10), kecuali Tuhan Yesus, yang 100 % Allah dan 100 % manusia. Tetapi, meskipun semua manusia telah berdosa bagaimana pun juga sifat-sifat Allah itu masih ada, namun tidak sempurna lagi. Ada manusia yang begitu ekstrim melakukan dosa, seperti pembunuhan, pemerkosaan, penghujatan terhadap Allah, pencurian dan sebagainya. Sebaliknya masih ada manusia berdosa itu yang bisa berbuat kebaikan, misalnya mempunyai rasa kasihan, menolong sesamanya, saling menghormati, berpikiran positip untuk kebaikan, membela kebenaran dan sebagainya, yang mempunyai nilai kebaikan. Hal inilah yang masih terdapat pada manusia sekarang. Dari uraian di atas, karena semua manusia adalah berdosa maka manusia itu tidak layak di hadapan Allah yang suci dan kudus. Walaupun manusia itu, karena memiliki sifat-sifat Allah, masih mampu berbuat baik, berbuat benar dan berbuat adil, namun semuannya adalah sia-sia. Karena firman Tuhan dalam Roma 3 : 10 dikatakan “ Tidak ada yang benar, seorang pun tidak”. Ini berarti benar/baik/adil menurut manusia belum tentu benar/baik/adil menurut Allah. Tidak adil/benar/baik menurut Allah karena keberadaan manusia sudah tidak benar, yaitu berdosa. Oleh karena itu, manusia tidak akan bisa melakukan kebenaran yang menurut Allah benar; atau tidak mampu melakukan keadilan yang menurut Allah adil; atau tidak mampu melakukan kebaikan yang menurut Allah baik. Walaupun menurut penilaian manusia sesuatu hal itu baik, atau benar, atau adil, tetapi menurut Allah tidak. Dengan demikian, supaya sikap, perbuatan dan pikiran manusia itu benar menurut Allah, berarti manusia harus terlebih dahulu dibenarkan, atau dengan kata lain dosanya harus dihapuskan dulu. Keberadaan manusia yang berdosa harus diperbaharui terlebih dahulu. Siapakah yang mampu membenarkan manusia yang berdosa itu ? Tidak lain adalah Allah, Penciptanya sendiri, atau Oknum yang menjadikan manusia mempunyai sifat-sifat seperti ketika diciptakan pada mulanya. Namun Allah dalam melakukan pembenaran manusia tetap berada dalam prinsip atau hakekat ke-Allahannya, yaitu tidak mampu berbuat dosa. Sekilas memang tampak bahwa membenarkan manusia berdosa berarti melakukan dosa pula, karena dari sisi rasio manusia membenarkan orang bersalah berarti pihak yang membenarkan tadi sudah membuat kesalahan. Tetapi suatu hal yang harus kita ingat bahwa Allah dalam membenarkan manusia harus membayar harga yang sangat besar, yaitu dengan nyawa. Tuhan Yesus Kristus harus datang ke dunia untuk membenarkan manusia dengan mengorbankan nyawanya. Mengapa akhirnya harus dengan nyawa ? Sebab, Tuhan Yesus harus meluruskan ajaran-ajaran yang menyesatkan dan ajaran menyimpang. Tuhan Yesus datang untuk meluruskan sikap, perilaku, dan pikiran manusia yang salah. Dan yang paling mendasar adalah, Tuhan Yesus datang untuk meluruskan tentang pengenalan akan Allah yang kudus dan suci itu, bahwa manusia sudah keliru memandang Allah, bahkan keliru dalam menyembah Allah yang sesungguhnya, seperti penyembahan berhala dan mempertuan harta duniawi. Akibat pengajaran Tuhan Yesus yang merombak secara mendasar prinsip-prinsip kehidupan manusia maka lahirlah kebencian terhadap Tuhan Yesus. Sebenarnya sejak lahir pun raja Herodes sudah membenci Kebenaran yang ada dalam diri Kristus, bahwa Ia adalah Anak Allah. Anak dalam istilah Anak Allah artinya ialah bahwa anak itu memang 100 % manusia, seperti halnya seorang bayi, tetapi keistimewaan bayi itu adalah mempunyai hakekat Allah, antara lain: Maha kuasa, benar, baik, adil, kasih, suci dan kudus adanya. Jadi, sebenarnya walaupun Tuhan Yesus masih bayi, namun Ia mempunyai hakekat Allah tadi, sehingga Ia merupakan bayi yang ajaib dan luar biasa. Puncak kebencian terhadap Kebenaran itu (Tuhan Yesus Kristus) ialah ketika Ia harus disalibkan, hingga mati, dan dikuburkan. Tetapi bangkit kembali sebagai bukti bahwa kuasa dosa sudah dikalahkan oleh Tuhan Yesus. Kebenaran itu sudah dinyatakan dalam diri Yesus Kristus. Salah satu esensi Kebenaran itu ialah “barang siapa yang percaya/beriman kepada Kebenaran (Tuhan Yesus Kristus) dosanya akan ditebus/jiwanya akan diselamatkan”. Dengan kata lain, Kebenaran itu akan membenarkan manusia yang percaya kepada Kebenaran itu. Roma 3 : 21-22 mengatakan : “tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang telah disaksikan dalam kitab Kitab Taurat dan Kitab-Kitab para nabi, yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya....”. Persoalannya sekarang ialah, apakah kita sudah menerima Dia dalam hidup kita, atau dengan kata lain apakah kita sudah menerima Kebenaran itu ? Kalau sudah, berarti kita sudah dibenarkan oleh Tuhan Yesus, sehingga kita sudah layak dikatakan sebagai orang-orang benar, yaitu orang yang sudah menerima Kristus sebagai Juru Selamat hidupnya, dan hidupnya terus-menerus akan mengalami proses pengudusan hingga sempurna sesuai dengan kehendak Allah sendiri. Karena kita sudah dibenarkan oleh Kristus, maka hati/roh kita pasti mengalami pembaharuan ke arah kekudusan dan kebenaran, demikian selanjutnya pikiran, sikap, perilaku, dan perbuatan kita akan mengalami pembaharuan. Tuhan akan memproses umatnya yaitu apabila umatnya itu mau membekali dirinya dengan Firman Tuhan. Selain itu, dalam diri orang beriman akan ada kebergantungan kepada Allah atau penyerahan hidup sepenuhnya kepada Allah. Itu berarti, kita sudah layak dihadapan Tuhan dan layak disebut sebagai anak-anak terang atau anak-anak Allah. Dengan demikian, pemikiran, sikap, perilaku, dan perbuatan umat tebusan Allah sudah berkenan dihadapan Allah, walaupun masih perlu terus mendapat bimbingan dari Tuhan. Jadi, apabila sesuatu yang kita pikirkan dan kita lakukan sudah sungguh-sungguh dipergumulkan atau melibatkan Tuhan di dalamnya (konsekuensi dari kebergantungan kepada Allah) maka bisa dikatakan benar di hadapan Allah. Demikian juga selanjutnya, pikiran berupa konsep-konsep atau sejenisnya dan perbuatan-perbuatan yang dianggap orang beriman adil/baik akan adil/baik pula menurut Allah, sebab ia telah dibenarkan oleh Allah. Demikianlah keberadaan Kekristenan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh negara dalam membangun. dalam pentas politik. Pola pikir Umat Kristiani yang sudah diperbaharui itulah yang sangat dibutuhkan oleh negara, bahkan dunia, dalam membangun suatu sistem politik yang bisa mensejahterakan, memberi kedamaian dan membahagiakan masyarakat. Begitu pula dalam menciptakan rasa keadilan dan kebenaran. Persoalannya sekarang ialah, maukah kita dipakai oleh Tuhan untuk berperan dalam dunia politik melalui pemikiran, sikap, perilaku dan perbuatan kita ? Semoga Tuhan Yesus membimbing kita dan memampukan kita. Amin ........................................................................... .............................................................. "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36) *********************************************************************** Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk. Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED] BII Cab. Pemuda Surabaya, a.n. Robby (FKKS-FKKI) Acc.No. 2.002.06027.2 *********************************************************************** Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan: subscribe eskolnet-l ATAU unsubscribe eskolnet-l
[Eskol-Net]- Membangun Sistem Politik: Mengapa Harus Orang Kristen
Buletin Elektronik Eskol-Net Sat, 27 Mar 1999 08:02:16 -0500