Tentang keturunan Keling di Minang Kabau mungkin bisa ditelusuri dari
prasasti *Banda Bapahek* di nagari Suruaso.
Prasasti yang dibuat ketika Adityawarman memerintah kerajaan Pagarruyung
(1340 - 1375) dituliskan dalam dua bahasa dari India. Saya pernah menanyakan
keberadaan prasasti tsb di Museum Padang (Drs. Herman)  beberapa tahun yl.
Katanya sudah hilang tertimbun saat memperbaiki bandar air tsb.
Ada baiknya prasasti tsb dicari kembali untuk meneliti sejarah kebudayaan
Minang Kabau.
Menjadi pertanyaan pula, dalam judul postingan ambo sebelumnyo *"Sepanjang
jalan Kenangan"* apakah Adityawarman mudik dari Sijunjuang melalui *Batang
Selo* ataukah melalui jalan darat lewat Sitangkai, Atar, Pd. Gantiang ?
untuk sampai ke nagari/kerajaan Pagarruyung.
Kalau dia mudik melalui Batang Selo maka alangkah besarnya *kerusakan
lingkungan* yang telah terjadi, melihat kondisi Batang Selo saat ini!
Sungai kering, yang tampak hanya batu-batu besar, dan inilah *miskin nan
sebenar-benarnya miskin* kesadaran kita tentang kerusakan lingkungan yang
telah terjadi


salam

Abraham Ilyas
webmaster/admin www.nagari.org

2009/10/15 Lies Suryadi <niadil...@yahoo.co.id>

>
> Salah sorang keturunannyo nan terkenal kutiko ambo ketek2 adolah SI RAJAB,
> tukang galeh ubek nan terkenal jo ubek JADAM ARAB nyo. Antah lai iduik juo
> baliau tu lah kini. Kalau Si Rajab lah mambukak tendanyo di pasa Kurai Taji
> hari Sinayan, mako lah bakapusu urang maliek. Jadam Arab nan dijuao sarupo
> galamai Pikumbuah sajo: itam basaik2 sagadang kalingkiang. Kadang2 Si Rajab
> manjua minyak arun, tarutamo ari ka rayo. Sudah Si Rajab tampil, mako
> manyusul Bang Asep jo sepeda roda cieknyo.
>
> Wassalam,
> Suryadi
>
> --- Pada *Kam, 15/10/09, Indra J Piliang <pi_li...@yahoo.com>* menulis:
>
>
> Dari: Indra J Piliang <pi_li...@yahoo.com>
> Judul: [...@ntau-net] Re: Lupa Bahasa Ibu, Hanya Bisa Bahasa
> Minang-Indonesia
> Kepada: "RantauNet" <RantauNet@googlegroups.com>
> Tanggal: Kamis, 15 Oktober, 2009, 10:07 PM
>
> Dalam buku Rusli Amran: Sumatera Barat Sebelum Pelakat Panjang, byk cerita
> ttg Pariaman. Ambo sendiri pernah melihat mikrofilm tabloid atau koran lokal
> terbitan Pariaman th 1930-an. Ado iklan2 berbahasa China, dllnya.
> "Beranilah beda, beranilah benar, beranilah pulang! Maka, demokrasi akan
> sehat, oligarki akan punah, hubungan batin akan sumringah..."
> ------------------------------
> *From: *"sjamsir_sjarif" <hamboc...@yahoo.com>
> *Date: *Thu, 15 Oct 2009 12:45:27 -0000
> *To: *<rantaunet@googlegroups.com>
> *Subject: *...@ntau-net] Re: Lupa Bahasa Ibu, Hanya Bisa Bahasa
> Minang-Indonesia
>
> Saya rasa, Orang Keling di Pariaman aslinya dari Kerala,India dengan
> Bahasanya Malayalam,denganstruktur masyarakatnya Matrilineal. Ini baru
> perasaan saja, dan ini memerlukan studi yang lebih jauh,  Kutipan di bawah
> ini mengisyaratkan kepada saya kemungkinan Orang Keling ini berasal dari
> Kerala. Orang Kerala mempunyai adat Matrileneal seperti Adat Minangkabau.
> > Sejatinya, tutur Rapit, 20 tahun lalu ada satu budaya India yang masih
> > diterapkan di kampung Keling. Yaitu, perempuan kerap membeli laki-laki
> > untuk dipinang.
>
>
> Mudah-mudahan nanti ada studi Sejarah dan Budaya dari perguruan tinggi kita
> di Padang  nanti menelaah Sejarah danLatar Belakang Orang Keling kita di
> Sumatera Barat ini.  Pada saat ini ada adidunsanak kita di Lapau ini yang
> sedang ada di New Delhi, telah meninjau Kerala sepintas lalu dan telah
> menulis imresinya di Lapau ini.  Rita Desfitri dengan nama julukan Murai
> Kukuban akan kembali lagi ke Kerala sebelum pulang meninggalkan India nanti.
> Mudah-mudahan nanti di masa depan, Rita dapat membiming dan mengarahkan
> mahasiswanna di Universitas Bung Hatta atau dari lembaga lain untuk
> menyetudi Orang Keling belahan kita ini dengan pengalamannya mengenai "Orang
> Minangkabau"nya di Kerala.
>
> Salam,
> --MakNgah
> Sjamsir Sjarif
>
>
> --- In rantau...@yahoogroups.com, "Nofiardi" <nofia...@...> wrote:
> >
> >
> > Kampung Keling, Tempat Tinggal Muslim India di Pariaman dan Padang
> >
> > Lupa Bahasa Ibu, Hanya Bisa Bahasa Minang-Indonesia
> >
> > 15 Oktober 2009
> >
> >
> > <http://www.riaupos.com/gfx/berita/kampung-india-hancur.jpg>
> >
> > HANCUR: M Rapit, salah seorang warga keturunan muslim India menunjuk
> > bangunan leluhurnya yang hancur akibat gempa di Padang Pariaman.(Titik
> > Andriyani/JPNN)
> >
> >
> >
> > Laporan TITIK ANDRIYANI, Pariaman
> >
> > Di Pariaman dan Padang terdapat kampung Keling, yang penduduknya adalah
> > warga keturunan India muslim. Kampung mereka ikut porak-poranda oleh
> > gempa 30 September lalu.
> >
> >
> > Mata M Rapit tampak nanar memandang bangunan besar yang tinggal separuh.
> > Pria keturunan India yang bermukim di kampung Keling, Pariaman, tersebut
> > terlihat sedih dengan hancurnya bangunan di depannya itu akibat gempa.
> >
> > Bangunan besar dan berbahan beton itu bagi Rapit tak sekadar rumah.
> > Rumah besar itu merupakan peninggalan leluhur yang berusia lebih dari
> > 100 tahun. Belasan tahun lalu dia juga pernah tinggal di tempat
> > tersebut.
> >
> > Bagi warga kampung Keling, bangunan itu amat bersejarah. Sejak warga
> > India menginjakkan kaki di Pariaman, bangunan itulah yang konon kali
> > pertama didirikan. Di rumah itu pula generasi demi generasi
> > menempatinya. "Terutama bagi warga keturunan India yang tak memiliki
> > rumah," terang Rapit.
> >
> > Memang, kata dia, rumah itu awalnya tak sebesar sekarang. Generasi demi
> > generasi turut merenovasi dan menjaga pusaka leluhur itu.
> >
> > "Bangunan ini mencatat sejarah kami. Ini bukti bila leluhur kami sudah
> > lama di sini," ujarnya.
> >
> > Namun, sekarang yang tersisa dari bangunan itu hanyalah rumah yang tak
> > lagi utuh. Atap bangunan hancur berantakan. Yang paling parah adalah
> > bagian belakang bangunan yang seolah tak menyisakan puing. "Yang tinggal
> > di sini sebelumnya adalah paman saya. Sekarang tidak mungkin lagi bisa
> > ditempati," tutur pria 42 tahun itu.
> >
> > Kendati demikian, warga Kampung Keling belum berniat membangun kembali
> > rumah leluhurnya itu. Sebab, mereka masih konsentrasi memperbaiki tempat
> > tinggal masing-masing yang juga dihajar gempa. Memang kerusakan rumah
> > mereka tak begitu parah. "Hanya dinding-dinding yang retak. Tapi, kalau
> > tak diperbaiki juga berbahaya," ujar bapak dua anak itu.
> >
> > Di Kampung Keling, Kelurahan Lohong, tutur Rapit, saat ini bermukim
> > sekitar 10 kepala keluarga (KK) warga muslim keturunan India. Namun,
> > satu KK, kata dia, terdiri atas 9-10 orang. "Maklum, orang India itu
> > rata-rata keluarga besar," ungkapnya. Dengan begitu, ada sekitar 100
> > warga keturunan India yang bermukim di kampung itu.
> >
> > Keling sendiri, kata Rapit, adalah istilah bagi orang India yang
> > merantau. Dia sejatinya tak mengetahui keturunan ke berapa dari
> > moyangnya yang sudah lama menetap di kampung itu. Yang pasti, moyangnya
> > datang dan mendirikan kampung itu lebih dari seratus tahun lalu.
> > Semula, warga India yang tinggal di situ cukup banyak. Namun, lantaran
> > Pariaman tak memberikan kesempatan mendapat hidup yang layak, satu per
> > satu memilih merantau menuju kota-kota besar. Misalnya, Padang, Jakarta,
> > Medan, Surabaya, Pekanbaru, maupun Semarang.
> >
> > "Di sini kesempatan untuk berkembang kecil. Sarjana menganggur saja
> > banyak. Penghasilan hanya cukup untuk memenuhi keperluan sehari-hari,"
> > jelas Rapit. Banyak juga warga yang meninggalkan kampung itu karena
> > kawin dengan orang luar.
> >
> > Dia menceritakan, mata pencaharian utama warga Keling adalah berdagang.
> > Sebagian lagi memilih menangkap ikan di laut dan menjualnya di pasar.
> > "Karena di sini tak ada satu pun pabrik, ekonomi masyarakatnya lemah,"
> > ujarnya. Para suami umumnya berjualan di pasar. Sedangkan para istri
> > mayoritas membuat emping melinjo.
> >
> > Hampir setiap rumah warga memiliki pohon melinjo. Mereka bisa memetik
> > buahnya setiap saat. Kemudian, menjemur, menggoreng, dan menumpuk biji
> > melinjo itu menjadi emping. Satu kilogram seharga Rp 50 ribu. "Emping
> > itu kami bungkus dan ditaruh depan rumah. Nanti ada orang yang mengambil
> > dan menjualnya di pasar," kata Rapit.
> >
> > Kendati keturunan India, tak satu pun bahasa nenek moyangnya itu
> > dikuasai warga Keling. "Kalau bahasa India itu kan ada Bengali, Urdu,
> > dan Tamil. Saya tidak bisa semuanya. Saya justru bisa bahasa Minang dan
> > Indonesia," ungkap Rapit.
> >
> > Maklum, seumur hidup dia hanya belajar dua bahasa itu. Adat India juga
> > mulai pupus di tengah kehidupan mereka. Justru adat Minang lebih melekat
> > dalam hati dan kehidupan.
> > "Sejak kecil yang kami pelajari memang budaya Minang," ucapnya. Meski
> > demikian, budaya India tak hilang sama sekali. Beberapa warga masih
> > menyimpan alat musik khas India.
> > Sejatinya, tutur Rapit, 20 tahun lalu ada satu budaya India yang masih
> > diterapkan di kampung Keling. Yaitu, perempuan kerap membeli laki-laki
> > untuk dipinang. Namun, seiring bergeraknya zaman, budaya itu mulai
> > luntur. Justru orang yang tinggal di pedalaman Padang Pariamanlah yang
> > masih memberlakukan adat itu.
> >
> > Meski sedikit berbeda dengan penduduk setempat, Rapit dan keturunan
> > India lain tak pernah merasa dibedakan. "Kami ini ya seperti bagian dari
> > mereka. Yang membedakan, kulit kami lebih hitam dan berhidung mancung,"
> > ucapnya lantas tersenyum.
> >
> > Saat ini warganya amat berharap aktivitas sehari-hari bisa pulih
> > kembali. Anak-anak bisa pergi sekolah. Para suami kembali menangkap ikan
> > di laut dan para istri menjual barang dagangan ke pasar. "Sekarang kami
> > masih khawatir ada gempa susulan," harapnya.
> >
> > Di kampung Keling, Kota Padang, meski penduduknya tak sebanyak di
> > Pariaman, rumah penduduk yang hancur cukup parah. Di Padang memang ada
> > juga kampung Keling. Jumlah warganya sekitar 60 orang.
> >
> > Kampung yang lokasinya dekat dengan Kampung Cina (Pondok) itu juga
> > hancur. Mayoritas bagian belakang rumah warga rubuh. Dinding rumah
> > hancur, lantai mengelupas, atap juga terbuka semua.
> >
> > Muhammad Idris, salah seorang warga keturunan India muslim, yang membuka
> > jasa angkutan barang di Kota Padang menuturkan, gempa membuat warga
> > Kampung Keling kalang kabut. Betapa tidak, rumah warga rusak berat.
> > Bahkan, sebagian warga memilih tidur di masjid. Termasuk, Idris dan
> > keluarganya.
> >
> > Bersyukur, kata dia, warga keturunan India memiliki toleransi tinggi.
> > Mereka saling membantu. Termasuk, warga India yang merantau di Medan dan
> > Jakarta turut memberi bantuan. "Alhamdulillah, kami tidak merasa
> > kekurangan," ucap pria 58 tahun itu.
> >
> > Meski rumahnya porak-poranda, dia bersama warga lain tak berencana
> > pindah. Sebab, leluhurnya sudah lama tinggal di kampung itu. "Kami ini
> > sudah keturunan ke tujuh," ucapnya.
> >
> > Meski sudah lama berbaur dengan warga lokal, Idris mengaku tak melupakan
> > budaya aslinya. Ketika acara pesta, dia sering mengenakan sari (pakaian
> > khas wanita India). "Kami juga masih menggelar pesta ala India,"
> > ucapnya.(nw/jpnn/fia)
> >
> >
> > http://www.riaupos.com/berita.php?act=full&id=4865&kat=3
>
>
>
>
> ------------------------------
>  Mencari semua teman di Yahoo! Messenger?
> <http://sg.rd.yahoo.com/id/messenger/trueswitch/mailtagline/*http://id.messenger.yahoo.com/invite/>
> Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger dengan mudah sekarang
> >
>

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke