Dunsanak di palanta nan ambo hormati. Ketek indak disabuikkan namo, gadang indak dipanggiakan gala.
Kutiko mambaco postingan Bapak Mochtar Naim tentang budaya Jawa, ambo ingek jo pandapek beliau tentang dikotomi dari *cara berpikir politik dan kebudayaan bangsa yang terentang di antara dua kutub budaya M dan J. * *Luak bapangulu, rantau barajo. * Pangulu adalah lambang dari demokrasi di dalam banagari, sedangkan rajo adalah lambang dari sabdo pandito ratu dari suatu kerajaan/feodalime. 40 tahun cara berpikir dan kebudayaan pemerintahan bangsa dan negara dikembangkan oleh Soekarno (orla) dan Suharto (orba), sesudah kekalahan diplomasi dan bertempur PRRI yang berpusat di kampuang awak lihat kisahnya di: http://www.nagari.or.id/?moda=menang/ Yang baik dari budaya Jawa yaitu santun, hormat kepada rajo/penguasa diformat oleh cerita-cerita wayang yang menceritakan peperangan barata yudha antara keluarga Pandawa dengan Kurawa yang sangat disukai oleh masyarakatnyo (kini, antahlah !). Tahun 1964 – 1966, tahun-tahun nan penuh pergolakan/baparang (!) jo kekuasaan regim Soekarno di pusat kebudayaannyo, di kota Jogyakarta. Kutiko itu ado upaya untuk menyamokan kondisi ibu pertiwi dengan cerita perang Barata Yudha antara Pandawa dengan Kurawa. Kalau tak salah ada dua tokoh Kurawa yang berhasil dilekatkan namanya oleh masyarakat kepada pejabat orde lama yaitu sebagai Durna dan Aswatama. Tentunya sulit bagi kita untuk memahami cerita Mahabrata (sangat bagus, buktinya kini banyak urang awak maambiak namo Jawa !) dari pertunjukan wayang karena menggunakan bahasa Jawa kuno. Untuk memahami budaya Jawa, ambo cubo manulihkan carito Mahabrata dalam bentuk syair pada tahun 1966 yang tak pernah diselesaikan apalagi dipublikasikan. Iko lembar no. 4: *Hikmah carito iko*: Durna, seorang guru yang merupakan tokoh cukup populer dalam cerita Barata Yuda. Carito iko menggambarkan resiko pada orang tidak menepati janji, dan gambaran guru dalam struktur kekuasaan kerajaan/feodalisme. *Lahirnya ASWATAMA* Durna guru Pandawa dan Kurawa Dia berasal dari kerajaan Utara Ketek bernama Bambang Kumbayana Seibu sebapak dengan Sucitra Negeri kacau akibat perang Sucitra ingin hidup tenang Lalu merantau ke negeri seberang Bertahun tahun tak pernah pulang Di rantau Sucitra jadi kaya raya Seluruh orang senang padanya Sucitra diangkat menjadi raja Berita terkabar kepada saudara Kumbayana ingin segera menjenguk Saudara kandung yang seinduk Mungkinkah kini telah gemuk Punya istana dan banyak truk Apa mungkin menemui Sucitra Yang dipisah lautan samudera Jauh jaraknya tiada terkira Lalu dicari berbagai cara Kumbayana mengeluarkan pengumuman Yang dibacakan saat keramaian Juga ditempelkan di jalan jalan Masyarakat banyak menjadi heran Isinya dikutip oleh pengarang Siapa saja gadis maupun bujang Manusia atau jenis binatang Membawa Kumbayana ke tanah seberang Kalau jantan dianggap saudara sendiri Bila betina dijadikan isteri Kehendak mahadewa lain lagi Dewa mengutus kuda Semberani Kuda Semberani binatang bersayap Terbangnya tinggi di atas atap Sangat berbeda dengan kuda balap Sampai di tujuan dengan sekejap Kuda datang segera mendekati Di tempat Kumbayana sedang berdiri Kumbayana heran setengah mati Mengapa ini bisa terjadi Kumbayana segera menunggang kuda Meninggalkan negeri kerajaan Utara Ke tanah seberang bersuka ria Hendak menemui dinda Sucitra Sebelum menunggang kuda Semberani Datang utusan ke badan diri Membawa berita perlu diketahui Ada puteri cantik sekali Puteri bernama dewi Gandawati Orang tuanya sedang mencarikan suami Mendengar berita senanglah hati Terniat di badan nak dijadikan isteri Semberani ditunggangi dengan tergesa Tujuan utama ke tanah Jawa Kuda terbang gegap gempita Membawa Kumbayana alias Durna Di atas awan kuda terbang Kumbayana duduk sambil berdendang Angan angan jauh melayang Dewi Gandawati terbayang bayang Pesta pernikahan segera dirancang Karena sepeser tak punya uang Biaya pernikahan bisa berutang Kepada Sucitra sibiran tulang Birahinya timbul lupa diri Membayangkan puteri cantik sekali Mengeluarkan air sambil bermimpi Air menetes berkali kali Semberani terbang terlalu lama Lapar dan haus derita utama Kuda meminum air Kumbayana Air disebut air Kama Air Kama zat yang sakti Hendaklah diberikan dengan pekerti Kepada pasangan hidup yang sejati Mukjizat ajaib dari Rabbulizzati Birahi Kumbayana tak bisa ditahan Kama dibuang tanpa aturan Diminum hewan sambil ditelan Kuda hamil di luar dugaan Semberani bunting tak mau pisah Walau lah sampai di depan rumah Kumbayana marah sangat gelisah Malu digunjingkan orang seranah Layaknya seperti penganten baru Kuda menggigit kain dan baju Mencintai Kumbayana setiap waktu Jelas Durna tidak setuju Kumbayana malu sangat marah Melihat kuda salah tingkah Mencintai manusia tak bisa dicegah Kesabaran Durna habislah sudah Kumbayana menghunus sebilah keris Kuda ditikam lalu diiris Semberani meringkik sambil menangis Kenapa Durna begitu bengis Perutnya robek sangat lebar Tampak bayi muncul ke luar Lalu bumi ikut bergetar Pertanda lahir pembuat makar Kuda semberani segera lenyap Muncul bidadari dalam sekejap Menggendong bayi yang sedang lelap Kumbayana heran tergagap gagap Wilutama namanya bidadari Yang berganti rupa menjadi semberani Kumbayana dulu pernah berjanji Bila betina dijadikan isteri Bayi diserahkan pada Kumbayana Wilutama lenyap, lalu sirna Ia marah kepada sang Durna Berani sumpah tapi tak setia Sang dewi terbang ke langit Kumbayana bingung berpikir rumit Terbayang bayi kalau sakit Tiada ibu, tak ada duit Anak dinamai Aswatama Ibunya kuda, bapaknya Durna Dewasa menjadi biang bencana Pengikut setia raja Dursasana Bayi digendong hilir mudik Tiada hiraukan panas terik Jalan dilalui pulang balik Bukit ditempuh turun naik Sampailah Kumbayana di Cempalareja Tempat Sucitra menjadi raja Dia bergelar prabu Drupada Raja duduk di atas singasana Di singasana prabu Drupada duduk Sambil dipijat kepala dan kuduk Tak lupa dilap dengan handuk Rasanya enak lalu terkantuk kantuk Istananya indah luas sekali Dinding terbuat dari kayu Jati Lukisan khas ala Bali Lantai marmer buatan Itali Sekeliling keraton ada taman Dilengkapi kolam air semburan Tebat berisi bermacam ikan Tepinya ditanami serumpun Pandan Kumbayana melihat pada istana Hatinya tertegun sangat terpesona Dia heran ternganga nganga Lalu berteriak memanggil Sucitra Tatakrama tidak dia hiraukan Memanggil raja tidak sopan Sambil berdiri di pinggir jalan Adat kebiasaan di dalam hutan Adalah Gandamana iparnya raja Ia mendengar teriakan Kumbayana Memanggil raja tidak semestinya Lalu Gandamana sangatlah murka Tamu dihampiri, leher dipegang Durna dimarahi berulang ulang Puas dibentak lalu ditendang Kumbayana jatuh posisi tertelentang Gandamana meninju bertubi tubi Badan diinjak berkali kali Rasa sakit tidak terperi Kumbayana menangis sedih sekali Akibat pukulan punggungnya bungkuk Hidungnya bengkok jadi menekuk Kakinya pincang agak meliuk Wajahnya berubah menjadi buruk Durna pingsan tak bisa ngomong Ada dukun sedia menolong Kumbayana diangkat lalu digotong Dinaikkan bendi sejenis andong Kumbayana dibawa ke desa Batu Taba Untuk diobati dengan saksama Oleh dukun yang sangat ternama Dukun mengobati tidaklah lama Durna dirawat di atas rumah Diberi makan gulai berkuah Minuman manis madu lebah Lengkap dengan bermacam buah Badan kini telah sehat Cuma tubuh menjadi cacat Kalau mencangkul tak lagi kuat Bila berjalan memakai tongkat Durna ingin membalas dendam Terhadap Gandamana yang sangat kejam Ingin rasanya ia rajam Dengan tombak kayu rasam Cantrik dipanggil lalu dikumpulkan Diberi briefing perintah harian Ke Pancala akan ditugaskan Untuk menangkap serta menahan Semua cantrik murid yang patuh Kalau belajar, tak pernah jenuh Bila berlatih pantang mengeluh Hanya pakaian banyak yang lusuh Mereka semua diuji lulus Khususnya pelajaran silat berjurus Gerakan cantik dan sangat bagus Kini saatnya memecahkan kasus Murid dilatih di samping dangau Jurus silat dan jurus kuntau Menggunakan rotan sejenis manau Ketika dipamerkan sangat memukau Sang guru ingin tahu pasti Apakah cantrik telah mandiri Karena pelajaran akan diakhiri Semua murid harus berbakti Kepada guru cantrik hormat Setiap perintah dikerjakan taat Tak pernah membantah walau sesaat Itulah sifat orang beradat Kini murid akan ditugaskan Untuk menangkap dan menahan Prabu Sucitra belahan badan Juga sebagai saudara seperguruan Begitu pula dengan Gandamana Agar dijadikan tahanan narapidana Patih Pancala yang membuat bencana Pada diri sang Durna Keduanya agar diikat jadi satu Dikebat pinggang di bawah bahu Lalu dicabut rambut dan bulu Supaya mereka menjadi malu Siapa yang mampu melaksanakan perintah Akan diberi banyak hadiah Berupa ringgit dan rupiah Ditambah gedung dan perlengkapan rumah Salam. Abraham Ilyas 64 th. Webmaster/admin www.nagari.org -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe