[budaya_tionghua] OOT: Kekerasan Psikologis terhadap Anak-Anak

2005-09-14 Terurut Topik als










Tanpa disadari dan
disengaja, orang tua sering melakukan kekerasan psikologis terhadap
anak-anaknya. Kita mungkin sering melihat seorang anak yang melakukan
kesalahan mendapatkan bentakan atau hukuman kemarahan yang tidak perlu.
Melihat, rapor anak yang tidak sesuai dengan keinginan orang tua, si anak malang langsung dicubiti
dan dibanding-bandingkan dengan anak tetangga yang jadi bintang kelas.
Anak-anak keluarga dokter (kakek buyut-kakek-dokter) dijuruskan dan
dikondisikan sejak kecil agar kelak juga menjadi dokter, padahal
bakat dan keinginan anak adalah menjadi seorang pemusik professional.







Contoh kekerasan psikologis
yang tersamar tapi bisa membawa dampak yang lebih fatal adalah ketika sepasang
orang tua yang terbilang fanatic dalam bidang syariat agama (apa saja)
menjejali tabula rasa anaknya yang masih bersih dan murni dengan
segala ajaran yang lebih condong ke arah seremonial, atribut fisik, sectarian,
rasial, perpecahan antar umat (punya kita yang terbaik) alih-alih
memberi contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari (baik dengan ucapan atau
perbuatan) mengenai nilai-nilai luhur keuniversalan agamanya masing-masing
serta memberi contoh-contoh bagaimana cara bertingkahlaku dan bertindak secara
luhur dan manusiawi dalam suatu lingkungan pergaulan dalam masyarakat plural
yang berlain-lainan system kepercayaannya.







Mungkin para orang tua yang
saya contohkan pada alinea di atas tidak menyadari bahwa mereka telah (secara
halus maupun kasar) memaksakan keinginannya terhadap anak-anak mereka yang
secara manusiawi punya keinginan hidupnya sendiri-sendiri dan punya
kehidupannya sendiri-sendiri. Jadi secara tidak sadar si orang tua telah
melanggar hak asasi anak-anaknya!

Padahal, seorang anak yang
telah di'stel' sejak kecil untuk terbiasa dengan atribut fisik keagamaan
tertentu tanpa dididik dengan nilai-nilai luhur universal agama itu sendiri
hanya akan membawa bencana bagi dirinya sendiri dan lingkungannya dan secara langsung
atau tidak langsung juga akan mencemarkan nama agama itu sendiri. Saya hanya
ingin memberi suatu contoh kecil kesulitan yang dihadapi oleh si buyung atau si
upik yang mengenakan atribut fisik dan menunjukkan tingkah laku seremonial
keagamaan tertentu, misalnya ketika dia berada dalam suatu lingkungan pergaulan
yang bersikap hostile terhadap atribut tersebut. Dalam masyarakat
sekarang yang terkadang sangat brutal, si buyung dan si upik kecil seakan-akan
diberi stempel pada dahinya mengenai system kepercayaan
bapak-ibunya, tanpa disadari oleh sang orang tua bahwa anaknya bisa menjadi
sasaran tindak kekerasan di hutan beton belantara. Ketika si buyung
menginjak remaja dan dia kebetulan menaruh hati pada seorang gadis yang atribut
fisik keagamaannya lain sama sekali, apa dia kira-kira tidak mengalami beban
psikologis tertentu yang seharusnya tidak membebaninya ketika orang tuanya dulu
tidak membebanpengaruhinya begitu hebat sejak kecil. Contoh-contoh nyata bisa
diberikan berpanjang lebar, tapi mungkin nanti bisa menyungging eh menyinggung
perasaan.







Posting yang begini ini
biasanya sepi tanggapan, tapi siapa tahu kali ini banyak yang berminat untuk
sharing secara terbuka mengenai masalah nyata dalam masyarakat kita
ini. Saya tunggu dengan pikiran dan hati terbuka. :-)











Andy



















.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  











Re: [budaya_tionghua] OOT: Kekerasan Psikologis terhadap Anak-Anak

2005-09-14 Terurut Topik Tirta D. Arief
Buat para orang tua, satu pertanyaan yang tidak sulit-sulit amat, kalau 
anda memarahi anak(-anak) coba direnungkan apakah anda marah karena demi 
kebaikan sang anak, misalnya agar dia memperbaiki 'perilaku'nya, atau 
lantaran anda merasa harga diri anda sebagai orang tua telah dilecehkan?

Kalau anda mewajibkan anak mencapai ranking atas di kelasnya, apakah demi 
masa depan si anak atau demi kebanggaan anda sebagai orang tuanya?

Kalau anak anda 'jatuh cinta' kepada seseorang yang anda tidak suka, anda 
akan merestui atau melarang pernikahan mereka?

Sadarkah sebagai orang tua bahwa 'tugas' kita hanyalah mengantar sang 
anak untuk 'menemukan' jalan hidupnya?

tirta

On Thu, 15 Sep 2005, als wrote:

 Tanpa disadari dan disengaja, orang tua sering melakukan kekerasan
 psikologis terhadap anak-anaknya.  Kita mungkin sering melihat seorang anak
 yang melakukan kesalahan mendapatkan bentakan atau hukuman kemarahan yang
 tidak perlu.  Melihat, rapor anak yang tidak sesuai dengan keinginan orang
 tua, si anak malang langsung dicubiti dan dibanding-bandingkan dengan anak
 tetangga yang jadi bintang kelas.  Anak-anak keluarga dokter (kakek
 buyut-kakek-dokter) dijuruskan dan dikondisikan sejak kecil agar kelak
 juga menjadi dokter, padahal bakat dan keinginan anak adalah menjadi seorang
 pemusik professional.





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/