di kutip dari : 

http://www.eramuslim.com/oase-iman/aku-istri-yang-kecanduan-internet.htm


Demam Facebook di seluruh dunia, para peselancar di dunia maya pun tak mau 
ketinggalan turut berjungkir balik melawan ombak informasi dan arus deras 
privacy yang bertubi-tubi menerjang tiap facebook pribadi yang rata-rata 
menggunakan nama lengkap aslinya. Tentu saja bagi yang jujur, berniat 
semata-mata untuk menyambung tali silaturrahim dengan kawan-kawan lama di masa 
sekolah dulu, dari jaman SD, SMP, SMU (dulu SMA) dan kuliah (Akademi maupun 
Perguruan Tinggi, dst.) akan menggunakan nama aslinya. Namun tidak sedikit yang 
menggunakan nama samaran, d an ia bebas berekspresi di facebook dengan sesuka 
hatinya. Bahkan ada yang pura-pura menjadi artis, kemudian ia melayani berbagai 
pertanyaan penggemarnya seolah-olah ia adalah sang tokoh pujaan yang dimaksud. 
Sungguh, ini yang disebut sebagai pembunuhan karakter. Banyak juga yang 
menampilkan foto di headshoot dengan wajah yang ganteng atau cantik namun bukan 
dirinya sendiri, diambil dari image artis-artis mancanegara sehingga banyak 
mengundang para facebooker yang ingin dikonfirmasi menjadi temannya. Fenomena 
seperti ini bisa dibilang memprihatinkan, karena bagi orang-orang yang "sakit 
jiwa" atau "penjahat" pun bisa bebas beraksi.

Perjalanan Aku Mengenal Internet 

Sejak sepuluh tahun yang lalu mengenal internet di tempat bekerja, hidupku 
memang sudah tidak bisa jauh-jauh dari dunia virtual< /SPAN> yang begitu 
mengagumkan bagiku. Dalam satu waktu yang singkat, aku bisa "kontak" dengan 
beberapa teman lama yang jaraknya jauh bahkan ada yang di Amerika atau negara 
lain, tanpa mengeluarkan ongkos banyak dan tidak usah pakai tenaga untuk 
berjalan atau mengeluarkan suara. Hanya jemariku yang menari-nari di tuts 
keyboard komputerku saja, tanpa harus berbicara dan mengatur mimik atau bahasa 
tubuh. Sangat cocok bagi diriku yang malas keluar rumah, bergaul dengan Ibu-ibu 
tetangga yang rajin berkumpul tiap sore di sekitar rumah atau pagi harinya 
ketika berkerumun mengelilingi gerobak sayur. Aku memang tipe orang yang malas 
keluar rumah kalau belum mandi, atau belum berpakaian rapi, jadi dalam 
bersosialisasi sungguh kurang optimal. Banyak yang bertanya kenapa aku jarang 
keluar rumah, hanya kujawab aku lebih suka di dalam rumah membaca buku, ma 
jalah, tabloid atau koran dan "komputeran". Mereka tidak bisa bertanya lebih 
jauh lagi karena sebenarnya tidak mengerti apa maksudku, apa yang aku lakukan 
dengan komputer sebagai Ibu Rumah Tangga?

Aku telah begitu familiar dengan yang namanya e-mail, mailing list (biasa 
disebut milis), blog, situs, search engine dan lain sebagainya. Aku pernah jadi 
ratu chatting di kantorku d ulu waktu bekerja sebagai pustakawati, sampai 
ditegur oleh atasan, maklum baru kenal internet waktu itu dan status masih 
single jadi apa salahnya bergaul sebanyak-banyaknya di dunia virtual? Sudah 
puas chatting, aku rajin membuka situs-situs Islami yang memberikan siraman 
rohani positif bagi diriku. Karena aku juga merupakan anggota Youth Islamic 
Study Club di Masjid Al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta, aku pun bergabung ke 
milis komunitas remaja masjid tersebut dan memperoleh banyak ilmu tentang Agama 
Islam yang sungguh variatif pandangan dan alirannya, namun lucunya sampai saat 
ini aku masih menganggap diri ini sangat awam dan ilmu Agamaku masih dangkal. 
Dengan bantuan internet juga aku bertemu jodoh, dengan suamiku aku hanya 
berkenalan kurang-lebih tiga bulan dan langsung menikah. Waktu itu kami 
dicomblangi oleh seorang ikhwan, namun karena kami merasa bukan sebagai 
"ikhwan" dan "akhwat" akhirnya kami bergerilya sendiri untuk mempercepat proses 
ta'aruf yang ternyata ditangguhkan oleh sang ikhwan yang adik kelas di 
almamater suami itu. Untung saja, kami "nakal" dengan cara menjalin komunikasi 
sendiri melalui e-mail, sempat "gombal-gombalan" sedikit dan akhirnya 
menikahlah kami hingga saat ini sudah memiliki dua orang gadis kecil berusia 
lima dan dua setengah tahun. Insya Allah kami bahagia dengan pernikahan ini.

Setelah Menjadi Istri, tetap Kecanduan Internet

Karena aku kesepian di rumah, suami tiap hari berangkat pagi dan pulang malam, 
internet adalah hiburan yang menemani hidupku. Aku selalu berusaha mencari 
sumber-sumber yang positif bagiku untuk menambah ilmu. Pada awal pernikahan, 
mungkin tidak ada masalah soal pengaturan waktu karena kami belum dikaruniai 
anak. Aku sempat kosong selama enam bulan sebelum hamil anak pertama. Setelah 
punya bayi, aku sempat meninggalkan internet, namun setelah anak pertama sudah 
agak besar aku kembali maniak internet. Aku juga menjadi Ibu rumah tangga yang 
nge-blog alias blogger yang tiap hari mengelola blog dengan mem-posting artikel 
atau curahan hati atau melihat-lihat foto teman sesama blogger dan membaca-baca 
atau me-reply posting mereka. Kami sahut-sahutan di dunia virtual yang tak 
terbatas ruang dan waktu. Aku sering meng-upload foto-fotoku sekeluarga 
terutama anak-anakku yang lucu, berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Aku 
mulai punya blog pertama kali di Multiply, tapi entah kenapa malas membuka akun 
di situs lain termasuk Friendster. Ketika memutuskan untuk membuka akun di 
Facebook itu pun hanya ikut-ikutan teman-teman di milis penggemar salah satu 
pengarang wanita yang eksis di dunia perindustrian buku yang sangat aku cintai, 
dan aku pun terjun bergabung di gateway pertemanan yang arusnya cukup deras.

Aku terpesona dengan keajaiban teknologi yang membuatku bertemu dengan 
teman-teman lamaku dari masa kecil, remaja sampai menjelang dewasa. Facebook 
melepas rinduku pada mereka semua. Kami saling memberikan deretan kalimat 
berita terbaru tentang diri masing-masing, sharing foto-foto lama dan baru. 
Berkomentar yang aneh-aneh, lucu, menghibur dan kadang menasehati. Waktuku 
banyak tersita untuk Facebook, seringkali aku malas masak karena keasyikan di 
depan komputer. Setiap pagi, putri sulungku berangkat sekolah hampir 
berbarengan dengan suamiku dan putri ke-duaku masih tidur, nah langsung saja 
aku buka internet dan berjam-jam terlena sampai putri sulungku pulang sekolah 
jam sebelas siang dan adiknya bangun tidur (yang kecil ini memang bangunnya 
siang, karena tidurnya larut malam). Sementara Ibu-ibu lain memasak, aku malah 
"internetan". Jam makan siang, aku cuma menggoreng bahan olahan yang sebenarnya 
kalau keseringan tidak baik untuk anak-anak apalagi orang dewasa. Jarang masak 
sayur, akhirnya aku menggantinya dengan banyak buah-buahan atau camilan 
snack-snack, keju, sosis, nugget dan lain-lain yang lumayan mahal harganya. Aku 
pun jadi boros dalam pengeluaran untuk bahan makanan, karena sering juga 
membeli makanan matang dari  warteg atau restoran fastfood yang ada di pinggir 
jalan dan mall kecil di depan perumahan tempat tinggalku. Kadang juga, karena 
sedang asyik, aku mengusir putri-putriku yang menghampiriku ke meja komputer. 
Begi tu ingat, aku sering menyesal dan memeluk mereka. Namun kalau sudah 
tenggelam dengan internet, aku agak cuek dengan mereka. Sudah pasti, inilah 
godaan syaithan yang terkutuk!

Klimaks dalam Berinternet 

Akibat sering upload maupun download foto-foto di Facebook, tagihan pemakaian 
internet di rumahku membengkak hingga limaratus ribuan rupiah! Aku kaget, tentu 
saja suami menegurku. Aku juga sempat membaca kekisruhan para pasutri yang 
hubungannya makin memburuk akibat Facebook, ada yang bercerai melalui Facebook, 
ada yang tidak mau mencantumkan status  "menikah" di Facebook membuat mangkel 
pasangannya karena terbukti tidak adanya keterbukaan atau kejujuran antar 
pasangan. Sebenarnya apa masalahnya yang paling mendasar? Facebook adalah 
parameter kejujuran! Jika kita tidak jujur, masalah akan menumpuk. Kemudian 
suami mengingatkan, ada kasus anak kecil yang meninggal dunia karena ditinggal 
"internetan" oleh Ibunya! Astaghfirullaah ... separah itukah? Lalu sahabatku 
semasa SMA lewat sms-nya bercerita bahwa ia takut pasang internet karena 
khawatir akan menimbulkan masalah seperti tetangganya yang sering ribut karena 
sang istri kecanduan internet.

Lalu bagaimana dengan aku sendiri? Kuingat-ingat lagi kelalaian apa saja yang 
sudah kuperbuat karena sudah kecanduan internet akut, dan berapa banyak 
manfaatnya dibanding mudharat-nya. Mengutip dari harian KOMPAS, Minggu 15 Maret 
2009, "Orang yang kecanduan membangun pertemanan lewat internet tanpa disertai 
pertemuan fisik dengan orang tersebut akan kehilangan pijakan dengan dunia 
nyata. Ia masuk dalam dunia simulasi yang seolah-olah punya banyak teman, 
padahal tidak." Benar juga, ya? Apakah semua teman-teman yang bisa sali ng 
menyapa dan bertukar kabar berita serta aktivitas itu care dengan kita? Apakah 
mereka bisa memberikan solusi bila kita memiliki masalah dalam rumah tangga 
secara nyata? Mungkin hanya sekedar kata-kata, yang meskipun tulus namun kita 
butuh sesuatu yang lebih nyata seperti materi bilamana kita bermasalah dalam 
hal keuangan dan uluran tangan secara fisik bila kita sakit atau mengalami 
kecelakaan.

Kita harus tetap menjaga hubungan dengan orang-orang yang berada di dekat kita, 
seperti tetangga dan guru di sekolah anak (aku seringkali malas menjemput anak, 
karena terus duduk di depan meja komputer). Menjaga silaturrahim dengan 
sanak-saudara lebih diutamakan dari acara-acara reuni dengan teman-teman 
sekolah yang saat ini sedang trend. Yang terakhir masalah yang cukup pelik 
meski sederhana adalah berat badanku secara konstan menjadi lebih mudah naik, 
mungkin karena kurang bergerak dan terlalu banyak duduk akibat "internetan", 
belum lagi ditambah mengemil dan terutama karena pola makan menjadi kacau dari 
segi ketidakteraturan dan jenis makanan yang dikonsumsi. Suami pun complain 
dengan tubuhku yang terus melar tetapi susah kurusnya. Ini adalah peringatan 
bagiku, karena menyenangkan hati suami adalah kewajibanku sebagai istri, 
seperti juga menjaga dan mendidik anak-anak kami dengan baik. Ya Allah, ampuni 
aku yang telah melakukan banyak kelalaian, yang mungkin aku termasuk istri yang 
mendzolimi anak-anak dan suami, namun tidak aku sadari!

Solusi, demi Kewajiban sebagai Istri yang Bertanggung Jawab 

Akhirnya kusadari bahwa semua ini tergantung kesadaran diri untuk memanfaatkan 
internet dengan bijaksana. Aku tidak bisa secara drastis meninggalkan internet, 
namun sedikit demi sedikit mungkin aku akan mengatur lagi porsi untuk 
berinternet dengan sebijak mungkin, hingga segala aspek kehidupan akan kembali 
menjadi seimbang. Memang aku mengakui di balik segala kelebihan yang diperoleh 
dari "gudang dari segala gudang ilmu di dunia" yang bernama World Wide Web ini, 
terdapat bahaya yang mengancam bagi setiap individu, baik dari segi psikologis, 
ekonomis, bahkan keharmonisan rumah tangga pun dapat terganggu oleh kehadiran 
internet. Dari segi keimanan, tentunya internet adalah suatu godaan yang hebat 
bagi yang tidak kuat menjaga hati dan kata-katanya di dunia maya yang jelas 
semu ini karena pemakai internet masih tersembunyi di "balik layar" yang 
semarak dengan fasilitas menjalin hubungan antar manusia yang beraneka 
karakter. Memang jika tanpa internet, siapa pun bisa menjadi orang yang tidak 
jujur, tidak setia, penipu dan sebagainya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa 
internet adalah sebuah sarana yang sangat berkompeten untuk menunjang perilaku 
negatif bagi semua insan.

Sebagai Ibu Rumah Tangga, Alhamdulillaah segala informasi yang kuserap dan 
kubagikan pada teman di dunia maya adalah hal yang positif. Bahkan ketika belum 
menjadi seorang Istri dan Ibu, aku tidak hobby me ngakses pornografi dari 
internet, dan ketika aku sedang gandrung chatting aku hanya berani "cuap-cuap" 
di layar mengumbar kata tetapi tidak hobby untuk bertemu alias "kopi darat" 
dengan orang yang belum dikenal, kecuali seseorang yang sudah benar-benar 
serius akan menjalin hubungan ke arah pernikahan dan Alhamdulillaah hanya bisa 
dihitung dengan tiga jari tangan (itu pun atas restu Ibundaku tercinta). 
Akhirnya aku dan suami pun mengakui bahwa internet tpernah berjasa terhadap 
"pertemuan" kami yang indah dan atas niat ibadah kami melakukan pernikahan, 
sehingga sampai detik ini aku masih bisa menggunakan internet di rumah atas 
ijin suami yang sudah pasti mengerti bahwa istrinya tidak bisa dijauhkan dari 
internet. Kini, tinggal aku sebagai Istri yang baik (begitu kan, harapan semua 
istri?) yang harus pandai-pandai mengelola waktu di segala bidang agar semuanya 
menjadi selaras, harmonis dan diridhoi oleh suami dan terutama Allah SWT, 
sehingga "kecanduan internet" akan berubah lebih baik lagi menjadi sekedar 
"kebutuhan internet" yang memadai dan dalam batas wajar. Semoga aku bisa 
menjalankannya, amiiin! Insya Allah ...





. 

__,_._,___
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
you have this email because you join to "aga-madjid" GoogleGroups.
to post emails, just send to :
aga-madjid@googlegroups.com
to join this group, send blank email to :
aga-madjid-subscr...@googlegroups.com
to quit from this group, just send email to :
aga-madjid-unsubscr...@googlegroups.com
if you wanna know me, please visit my facebook at aga8...@gmail.com
thanks for joinning this group.
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke