Mengapa Bank Tidak Segera Menurunkan Bunga Kredit?   Monday, 20 April 2009
 Perbankan nasional kini menjadi sorotan karena tidak juga menurunkan bunga
kreditnya. Padahal, bunga acuan alias BI Rate terus melandai hingga kini
berada di level 7,50%.

Perlu diketahui, bunga kredit ditentukan berbagai komponen,antara lain biaya
operasi, laba yang diinginkan, pajak, cadangan risiko kredit macet, total
biaya dana. Mari kita bahas lebih terperinci! Pertama, biaya operasional.

Tentu bank akan menghitung berapa biaya yang dikeluarkan, mencakup biaya
administrasi, biaya tenaga kerja. Ini juga sering disebut overhead cost.
Kedua, sasaran laba. Dalam menentukan bunga kredit, bank juga akan
menetapkan sasaran laba yang bakal diraih. Hal ini terkait pula dengan jenis
kredit.

Bunga kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pada umumnya akan lebih
kecil daripada bunga kredit komersial. Ketiga, biaya pajak. Jangan lupa,
bank yang memberikan kredit akan dikenakan pajak oleh pemerintah. Keempat,
cadangan.

Bank wajib menyediakan cadangan (loan loss provision) atau penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP) jikalau kredit yang dikucurkan ternyata
macet. PPAP untuk kredit lancar (current), dalam perhatian khusus (special
mention), kurang lancar (sub-standard), diragukan (doubtful), dan macet
(lost) masing-masing sebesar 1%, 5%,15%,50% dan 100% (lihat tabel).

Intinya, sekalipun kredit lancar, bank tetap wajib mencadangkan 1%.
Statistik Perbankan Indonesia posisi Februari 2009 menunjukkan bahwa rasio
kredit macet atau non-performing loan (NPL) kelompok bank umum naik dari
3,20% per Desember 2008 menjadi 3,72%.Artinya, PPAP kian membengkak yang
ujungnya akan menggerus laba yang ditahan (retained earning).

Bukan hanya itu, cadangan juga akan mengurangi modal yang tersedia. Dengan
bahasa lebih bening, kecukupan modal minimum alias capital adequacy ratio
(CAR) bank nasional yang kini mencapai 18,04% bakal menipis. Kelima,biaya
dana (cost of fund).

Bank akan menetapkan biaya untuk memperoleh dana yang akhirnya dikembalikan
kepada masyarakat berupa kredit. Dana dapat diperoleh dari dana pihak ketiga
(DPK) yang meliputi tabungan, giro, dan deposito.Tabungan dan giro dikenal
sebagai dana murah karena bank memberikan bunga rendah kepada nasabah produk
ini.

Sebaliknya, deposito merupakan dana mahal karena bank menawarkan bunga yang
tinggi kepada nasabahnya. Lirik saja,bunga deposito masih bertengger tinggi,
sekitar 10% untuk minimal Rp500 juta atau bahkan Rp1 miliar. Untuk dapat
memberikan kredit valas (valuta asing), bank nasional terpaksa mencari utang
valas ke bank koresponden asing di dalam atau luar negeri.

Dana ini lebih mahal daripada deposito. Kian tinggi biaya dana, kian tinggi
pula bunga kredit, apalagi di tengah krisis ekonomi global saat ini. Selain
itu, kini bank sedang menghadapi dilema. Sejatinya, ketika suatu bank
menawarkan bunga deposito tinggi, berarti bank tersebut sedang mengalami
kesulitan likuiditas.

Pada kuartal III/2008 memang perbankan nasional menghadapi kesulitan, tetapi
kini likuiditas bank papan atas sudah mulai pulih. Hal ini berbeda dengan
bank papan bawah yang kemungkinan masih kekurangan likuiditas. Nah, kondisi
ini akan memengaruhi bank papan bawah.Alhasil,mereka akan menawarkan bunga
deposito lebih tinggi sehingga biaya dana kian melangit.

Bila bunga deposito menurun secara drastis, deposan kelas kakap, di
antaranya. perusahaan pembiayaan (multifinance), asuransi, yayasan dana
pensiun, dan dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) segera memindahkan
deposito ke bank lain. Sebab,pada umumnya dana pensiun akan menempatkan
investasi portofolio mereka di deposito on call, deposito berjangka,
sertifikat deposito, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), saham, obligasi, reksa
dana, surat berharga, penempatan langsung,tanah dan bangunan.

Dilema ini akan terus bergulir karena bank nasional juga bersaing ketat
dengan pemerintah, yang pada awal Februari 2009 menerbitkan obligasi ritel
berbasis syariah alias sukuk ritel. Sukuk ritel ini menawarkan kupon bunga
12% per tahun dengan tenor tiga tahun dan dengan minimal investasi Rp5 juta
untuk perorangan dan Rp1 miliar untuk lembaga. Imbal hasil sukuk ritel ini
lebih tinggi daripada bunga deposito.

Jadi, jangan kaget bila terjadi migrasi dana dari deposito ke instrumen
investasi lain. Sebut saja sukuk ritel,surat utang negara (SUN), obligasi
korporasi atau Obligasi Negara Ritel (ORI) yang mencorong. Kondisi ini akan
mendorong bank nasional untuk merevisi rasio portofolio.

Semula rasio berkisar antara 70% kredit korporasi (corporate banking) dan
30% kredit ritel (retail banking).Namun, rasio itu kini berubah menjadi 60%
kredit korporasi dan 40% kredit ritel termasuk kredit konsumsi (consumer
banking) dan kredit mikro (micro banking). Ini bermanfaat untuk men-set off
pendapatan bunga kredit (interest income) korporasi yang belum optimal.

Nah, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tadi, bank nasional memang sulit
untuk segera menurunkan bunga kredit sekalipun BI Rate makin menurun. Namun,
bank nasional hendaknya juga menyadari, kian tinggi bunga kredit berarti
kian tinggi biaya modal (cost of capital) bagi sektor riil. Akibatnya,
pebisnis megap-megap karena biaya produksi kian melejit padahal penjualan
belum tentu meningkat.

Alhasil, NPL kredit modal kerja terancam melambung seperti yang terjadi saat
ini, naik 15,72% atau Rp3,6 triliun dari Rp22,9 triliun per Desember 2008
menjadi Rp26,5 triliun per Februari 2009. Bank terkena getahnya. Untuk itu,
inilah tantangan sejati bagi bank nasional untuk menggerakkan roda dunia
usaha dengan menurunkan bunga kredit.(*)

Paul Sutaryono
Pengamat Perbankan

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/231235/


-- 
*********************************************
Memberitakan Informasi terupdate untuk Rekan Milist dari sumber terpercaya
http://reportermilist.multiply.com/
**********************************************
=========================================================
Reportermilist menerima penerbitan Iklan dengan tarif hanya Rp 20000/
5 hari kerja terbit dalam setiap Email berita yang dikirim oleh
reportermilist, bayangkan peluang yang murah dangan prospect yang
besar.. Berminat Hubungi reportermil...@gmail.com
=========================================================
(Iklan) Kunjungan Kapal Perang TNI AL
Hari/tanggal : Minggu, 03 Mei 2009
Jam : 08.30 – 14.00 ( datang tepat waktu untuk daftar ulang )
Tempat : Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok Jakarta
Acara : Kunjungan ke Kapal Laut TNI-AL
Kapasitas : Terbatas, maksimal 250 orang
Biaya : Rp 75.000 per orang. Tetapi bila mendaftar dan membayar sebelum
tanggal 22 April , maka akan didiskon 15 ribu,
Ikka W. Widowati (021)-5260758 – wis...@wikimu.com
Erwin Arianto (021) 8970061 - erwinaria...@gmail.com
=========================================================
Search Engine Terpopuler Anak Bangsa
http://djitu.com
Gunakan Untuk Kepentingan Anda
=========================================================
Ruang Iklan Untuk disewakan
=========================================================

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
you have this email because you join to "aga-madjid" GoogleGroups.
to post emails, just send to :
aga-madjid@googlegroups.com
to join this group, send blank email to :
aga-madjid-subscr...@googlegroups.com
to quit from this group, just send email to :
aga-madjid-unsubscr...@googlegroups.com
if you wanna know me, please visit my facebook at aga8...@gmail.com
thanks for joinning this group.
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Reply via email to