Eh,kirain kena banned,emang milist lg sepi ya?????

Regards,
Nofy
Engineering Department
Phone : +62 778 464698 (Ext. 313)
E-mail : n...@amtek.com.sg


-----Original Message-----
From: aga-madjid@googlegroups.com [mailto:aga-mad...@googlegroups.com] On
Behalf Of maHen
Sent: Tuesday, April 13, 2010 1:44 PM
To: aga-madjid@googlegroups.com; Bobby
Subject: Re: ~ aga ~ Bola Untuk Anakku

kpn elu trima email trakir dr milis bro?
elu ngirim ni email ke milis kan?ini email lu masuk ke milis kok

mo ralat dkit nih bro, mustinya banned  bukan band :-p

Bobby wrote:
> Bro Mahen..
>
> Kenapa gw ga ada terima MAIL dari millist ya?
> Millist yang error? Ato gw yang kena Band ama IT gw?
>
> Regards and Thanks,
> Bobby
> Puchasing Dept.
> PT. Amtek Engineering Batam
> Phone   : +62 778 464698  (Ext.247)
> Fax     :+62 778 464697 , 464706
> Email : bo...@amtek.com.sg 
>
> This e-mail and any attachment(s) is intended solely for the person(s) or
> the entity to whom it is addressed and is confidential and may also be
> privileged. If you receive this e-mail by mistake, please notify the
sender
> immediately and you should not copy nor disclose its contents to any other
> person. All the contents of this message together with attachments are
> subjected to copyright. 
>
> The sender does not guarantee and is not liable for the security of any
> electronically transmitted information or for the proper and complete
> transmission of the information contained in this communication, or for
any
> delay in its receipt. There is no warranty that this message is error or
> virus free and has not been tempered with. Amtek and its subsidiaries have
> no responsibility for unauthorised access and/or alteration to this
> communication, nor for any consequence based on or arising from your use
of
> information that may have been accessed or altered by any persons other
than
> the sender. It may be a private communication, and if so, does not
represent
> the view of the company.
>
>  
>  
> -----Original Message-----
> From: aga-madjid@googlegroups.com [mailto:aga-mad...@googlegroups.com] On
> Behalf Of maHen
> Sent: Tuesday, April 13, 2010 8:17 AM
> To: aga-madjid@googlegroups.com
> Subject: Re: ~ aga ~ Bola Untuk Anakku
>
> sh*t... critanya sedih sekali bro.....
> apa ya pelajaran yg bs diambil dr crita ini...knp lelaki itu menderita 
> seumur hidupnya stlh menikah ya....
>
>
> EKO wrote:
>   
>> *25 tahun yang lalu,*
>> Inikah nasib? Terlahir sebagai menantu bukan pilihan.
>> Tapi aku dan Kania harus tetap menikah. Itu sebabnya
>> kami ada di Kantor Catatan Sipil. Wali kami pun wali
>> hakim. Dalam tiga puluh menit, prosesi pernikahan kami
>> selesai. Tanpa sungkem dan tabur melati atau hidangan
>> istimewa dan salam sejahtera dari kerabat. Tapi aku
>> masih sangat bersyukur karena Lukman dan Naila mau
>> hadir menjadi saksi. Umurku sudah menginjak seperempat
>> abad dan Kania di bawahku. Cita-cita kami sederhana,
>> ingin hidup bahagia.
>> *
>> 22 tahun yang lalu,*
>> Pekerjaanku tidak begitu elit, tapi cukup untuk biaya
>> makan keluargaku. Ya, keluargaku. Karena sekarang aku
>> sudah punya momongan. Seorang putri, kunamai ia
>> Kamila. Aku berharap ia bisa menjadi perempuan
>> sempurna, maksudku kaya akan budi baik hingga dia
>> tampak sempurna. Kulitnya masih merah, mungkin karena
>> ia baru berumur seminggu. Sayang, dia tak dijenguk
>> kakek-neneknya dan aku merasa prihatin. Aku harus bisa
>> terima nasib kembali, orangtuaku dan orangtua Kania
>> tak mau menerima kami. Ya sudahlah. Aku tak berhak
>> untuk memaksa dan aku tidak membenci mereka. Aku hanya
>> yakin, suatu saat nanti, mereka pasti akan berubah.
>> *
>> 19 tahun yang lalu,*
>> Kamilaku gesit dan lincah. Dia sekarang sedang senang
>> berlari-lari, melompat-lompat atau meloncat dari meja
>> ke kursi lalu dari kursi ke lantai kemudian berteriak
>> "Horeee, Iya bisa terbang". Begitulah dia memanggil
>> namanya sendiri, Iya. Kembang senyumnya selalu merekah
>> seperti mawar di pot halaman rumah. Dan Kania tak
>> jarang berteriak, "Iya sayaaang," jika sudah terdengar
>> suara "Prang". Itu artinya, ada yang pecah, bisa vas
>> bunga, gelas, piring, atau meja kaca. Terakhir cermin
>> rias ibunya yang pecah. Waktu dia melompat dari tempat
>> tidur ke lantai, boneka kayu yang dipegangnya
>> terpental. Dan dia cuma bilang "Kenapa semua kaca di
>> rumah ini selalu pecah, Ma?"
>> *
>> 18 tahun yang lalu,*
>> Hari ini Kamila ulang tahun. Aku sengaja pulang lebih
>> awal dari pekerjaanku agar bisa membeli hadiah dulu.
>> Kemarin lalu dia merengek minta dibelikan bola. Kania
>> tak membelikannya karena tak mau anaknya jadi tomboy
>> apalagi jadi pemain bola seperti yang sering
>> diucapkannya. "Nanti kalau sudah besar, Iya mau jadi
>> pemain bola!" tapi aku tidak suka dia menangis terus
>> minta bola, makanya kubelikan ia sebuah bola. Paling
>> tidak aku bisa punya lawan main setiap sabtu sore. Dan
>> seperti yang sudah kuduga, dia bersorak kegirangan
>> waktu kutunjukkan bola itu. "Horee, Iya jadi pemain
>> bola."
>> *
>> 17 Tahun yang lalu*
>> Iya, Iya. Bapak kan sudah bilang jangan main bola di
>> jalan. Mainnya di rumah aja. Coba kalau ia nurut,
>> Bapak kan tidak akan seperti ini. Aku tidak tahu
>> bagaimana Kania bisa tidak tahu Iya menyembunyikan
>> bola di tas sekolahnya. Yang aku tahu, hari itu hari
>> sabtu dan aku akan menjemputnyanya dari sekolah.
>> Kulihat anakku sedang asyik menendang bola sepanjang
>> jalan pulang dari sekolah dan ia semakin ketengah
>> jalan. Aku berlari menghampirinya, rasa khawatirku
>> mengalahkan kehati-hatianku dan "Iyaaaa". Sebuah truk
>> pasir telak menghantam tubuhku, lindasan ban besarnya
>> berhenti di atas dua kakiku. Waktu aku sadar, dua
>> kakiku sudah diamputasi. Ya Tuhan, bagaimana ini.
>> Bayang-bayang kelam menyelimuti pikiranku, tanpa kaki,
>> bagaimana aku bekerja sementara pekerjaanku mengantar
>> barang dari perusahaan ke rumah konsumen. Kulihat
>> Kania menangis sedih, bibir cuma berkata "Coba kalau
>> kamu tak belikan ia bola!"
>> *
>> 15 tahun yang lalu,*
>> Perekonomianku morat marit setelah kecelakaan. Uang
>> pesangon habis untuk ke rumah sakit dan uang tabungan
>> menguap jadi asap dapur. Kania mulai banyak mengeluh
>> dan Iya mulai banyak dibentak. Aku hanya bisa
>> membelainya. Dan bilang kalau Mamanya sedang sakit
>> kepala makanya cepat marah. Perabotan rumah yang bisa
>> dijual sudah habis. Dan aku tak bisa berkata apa-apa
>> waktu Kania hendak mencari ke luar negeri. Dia ingin
>> penghasilan yang lebih besar untuk mencukupi kebutuhan
>> Kamila. Diizinkan atau tidak diizinkan dia akan tetap
>> pergi. Begitu katanya. Dan akhirnya dia memang pergi
>> ke Malaysia.
>> *
>> 13 tahun yang lalu,*
>> Setahun sejak kepergian Kania, keuangan rumahku
>> sedikit membaik tapi itu hanya setahun. Setelah itu
>> tak terdengar kabar lagi. Aku harus mempersiapkan uang
>> untuk Kamila masuk SMP. Anakku memang pintar dia
>> loncat satu tahun di SD-nya. Dengan segala
>> keprihatinan kupaksakan agar Kamila bisa melanjutkan
>> sekolah. aku bekerja serabutan, mengerjakan pekerjaan
>> yang bisa kukerjakan dengan dua tanganku. Aku miris,
>> menghadapi kenyataan. Menyaksikan anakku yang tumbuh
>> remaja dan aku tahu dia ingin menikmati dunianya. Tapi
>> keadaanku mengurungnya dalam segala kekurangan. Tapi
>> aku harus kuat. Aku harus tabah untuk mengajari Kamila
>> hidup tegar.
>> *
>> 10 tahun yang lalu,*
>> Aku sedih, semua tetangga sering mengejek kecacatanku.
>> Dan Kamila hanya sanggup berlari ke dalam rumah lalu
>> sembunyi di dalam kamar. Dia sering jadi bulan-bulanan
>> hinaan teman sebayanya. Anakku cantik, seperti ibunya.
>> "Biar cantik kalo kere ya kelaut aje." Mungkin itu
>> kata-kata yang sering kudengar. Tapi anakku memang
>> sabar dia tidak marah walau tak urung menangis juga.
>>
>> "Sabar ya, Nak!" hiburku.
>> "Pak, Iya pake jilbab aja ya, biar tidak diganggu!"
>> pintanya padaku. Dan aku menangis. Anakku maafkan
>> bapakmu, hanya itu suara yang sanggup kupendam dalam
>> hatiku. Sejak hari itu, anakku tak pernah lepas dari
>> kerudungnya. Dan aku bahagia. Anakku, ternyata kamu
>> sudah semakin dewasa. Dia selalu tersenyum padaku. Dia
>> tidak pernah menunjukkan kekecewaannya padaku karena
>> sekolahnya hanya terlambat di bangku SMP.
>> *
>> 7 tahun yang lalu,*
>> Aku merenung seharian. Ingatanku tentang Kania,
>> istriku, kembali menemui pikiranku. Sudah
>> bertahun-tahun tak kudengar kabarnya. Aku tak mungkin
>> bohong pada diriku sendiri, jika aku masih menyimpan
>> rindu untuknya. Dan itu pula yang membuat aku takut.
>> Semalam Kamila bilang dia ingin menjadi TKI ke
>> Malaysia. Sulit baginya mencari pekerjaan di sini yang
>> cuma lulusan SMP. Haruskah aku melepasnya karena
>> alasan ekonomi. Dia bilang aku sudah tua, tenagaku
>> mulai habis dan dia ingin agar aku beristirahat. Dia
>> berjanji akan rajin mengirimi aku uang dan menabung
>> untuk modal. Setelah itu dia akan pulang, menemaniku
>> kembali  dan membuka usaha kecil-kecilan. Seperti
>> waktu lalu, kali ini pun aku tak kuasa untuk
>> menghalanginya. Aku hanya berdoa agar Kamilaku
>> baik-baik saja.
>> *
>> 4 tahun lalu,*
>> Kamila tak pernah telat mengirimi aku uang. Hampir
>> tiga tahun dia di sana. Dia bekerja sebagai seorang
>> pelayan di rumah seorang nyonya. Tapi Kamila tidak
>> suka dengan laki-laki yang disebutnya datuk. Matanya
>> tak pernah siratkan sinar baik. Dia juga dikenal suka
>> perempuan. Dan nyonya itu adalah istri mudanya yang
>> keempat. Dia bilang dia sudah ingin pulang. Karena
>> akhir-akhir ini dia sering diganggu. Lebaran tahun ini
>> dia akan berhenti bekerja. Itu yang kubaca dari
>> suratnya. Aku senang mengetahui itu dan selalu
>> menunggu hingga masa itu tiba. Kamila bilang, aku
>> jangan pernah lupa salat dan kalau kondisiku sedang
>> baik usahakan untuk salat tahajjud. Tak perlu
>> memaksakan untuk puasa sunnah yang pasti setiap bulan
>> Ramadhan aku harus berusaha sebisa mungkin untuk kuat
>> hingga beduk manghrib berbunyi. Kini anakku lebih
>> pandai menasihati daripada aku. Dan aku bangga.
>> *
>> 3 tahun 6 bulan yang lalu,*
>> Inikah badai? Aku mendapat surat dari kepolisian
>> pemerintahan Malaysia, kabarnya anakku ditahan. Dan
>> dia diancam hukuman mati, karena dia terbukti membunuh
>> suami majikannya. Sesak dadaku mendapat kabar ini. Aku
>> menangis, aku tak percaya. Kamilaku yang lemah lembut
>> tak mungkin membunuh. Lagipula kenapa dia harus
>> membunuh. Aku meminta bantuan hukum dari Indonesia
>> untuk menyelamatkan anakku dari maut. Hampir setahun
>> aku gelisah menunggu kasus anakku selesai. Tenaga
>> tuaku terkuras dan airmataku habis. Aku hanya bisa
>> memohon agar anakku tidak dihukum mati andai dia
>> memang bersalah.
>> *
>> 2 tahun 6 bulan yang lalu,*
>> Akhirnya putusan itu jatuh juga, anakku terbukti
>> bersalah. Dan dia harus menjalani hukuman gantung
>> sebagai balasannya. Aku tidak bisa apa-apa selain
>> menangis sejadinya. Andai aku tak izinkan dia pergi
>> apakah nasibnya tak akan seburuk ini? Andai aku tak
>> belikan ia bola apakah keadaanku pasti lebih baik? Aku
>> kini benar-benar sendiri. Wahai Allah kuatkan aku.
>>
>> Atas permintaan anakku aku dijemput terbang ke
>> Malaysia. Anakku ingin aku ada di sisinya disaat
>> terakhirnya. Lihatlah, dia kurus sekali. Dua matanya
>> sembab dan bengkak. Ingin rasanya aku berlari tapi apa
>> daya kakiku tak ada. Aku masuk ke dalam ruangan
>> pertemuan itu, dia berhambur ke arahku, memelukku
>> erat, seakan tak ingin melepaskan aku.
>>
>> "Bapak, Iya Takut!" aku memeluknya lebih erat lagi.
>> Andai bisa ditukar, aku ingin menggantikannya.
>>
>> "Kenapa, Ya, kenapa kamu membunuhnya sayang?"
>> "Lelaki tua itu ingin Iya tidur dengannya, Pak. Iya
>> tidak mau. Iya dipukulnya. Iya takut, Iya dorong dan
>> dia jatuh dari jendela kamar. Dan dia mati. Iya tidak
>> salah kan, Pak!" Aku perih mendengar itu. Aku iba
>> dengan nasib anakku. Masa mudanya hilang begitu saja.
>> Tapi aku bisa apa, istri keempat lelaki tua itu
>> menuntut agar anakku dihukum mati. Dia kaya dan lelaki
>> itu juga orang terhormat. Aku sudah berusaha untuk
>> memohon keringanan bagi anakku, tapi menemuiku pun ia
>> tidak mau. Sia-sia aku tinggal di Malaysia selama enam
>> bulan untuk memohon hukuman pada wanita itu.
>> *
>> 2 tahun yang lalu,*
>> Hari ini, anakku akan dihukum gantung. Dan wanita itu
>> akan hadir melihatnya. Aku mendengar dari petugas jika
>> dia sudah datang dan ada di belakangku. Tapi aku tak
>> ingin melihatnya. Aku melihat isyarat tangan dari
>> hakim di sana. Petugas itu membuka papan yang diinjak
>> anakku. Dan 'blass" Kamilaku kini tergantung. Aku tak
>> bisa lagi menangis. Setelah yakin sudah mati, jenazah
>> anakku diturunkan mereka, aku mendengar langkah kaki
>> menuju jenazah anakku. Dia menyibak kain penutupnya
>> dan tersenyum sini. Aku mendongakkan kepalaku, dan
>> dengan mataku yang samar oleh air mata aku melihat
>> garis wajah yang kukenal.
>>
>> "Kania?"
>> "Mas Har, kau ... !"
>> "Kau ... kau bunuh anakmu sendiri, Kania!"
>>
>> "Iya? Dia..dia . Iya?" serunya getir menunjuk jenazah
>> anakku.
>>
>> "Ya, dia Iya kita. Iya yang ingin jadi pemain bola
>> jika sudah besar."
>>
>> "Tidak ... tidaaak ... " Kania berlari ke arah jenazah anakku.
>> Diguncang tubuh kaku itu sambil menjerit histeris.
>> Seorang petugas menghampiri Kania dan memberikan
>> secarik kertas yang tergenggam di tangannya waktu dia
>> diturunkan dari tiang gantungan. Bunyinya "Terima
>> kasih Mama." Aku baru sadar, kalau dari dulu Kamila
>> sudah tahu wanita itu ibunya.
>> *
>> Setahun lalu,*
>> Sejak saat itu istriku gila. Tapi apakah dia masih
>> istriku. Yang aku tahu, aku belum pernah
>> menceraikannya. Terakhir kudengar kabarnya dia mati
>> bunuh diri. Dia ingin dikuburkan di samping kuburan
>> anakku, Kamila. Kata pembantu yang mengantarkan
>> jenazahnya padaku, dia sering berteriak, "Iya
>> sayaaang, apalagi yang pecah, Nak." Kamu tahu Kania,
>> kali ini yang pecah adalah hatiku. Mungkin orang tua
>> kita memang benar, tak seharusnya kita menikah. Agar
>> tak ada kesengsaraan untuk Kamila anak kita. Benarkah
>> begitu Iya sayang?
>> *
>> Sumber : TRUE STORY*
>>
>>  
>>
>>
>>     
>
----------------------------------------------------------------------------
> ---------------
>   
>> /DISCLAIMER: 
>> The information enclosed in this email (and any attachments) may be
>>     
> legally 
>   
>> privileged and/or confidential and is intended only for the use of the
>>     
> addressee(s). 
>   
>> No addressee should forward, print, copy, or otherwise reproduce this
>>     
> message in any 
>   
>> manner that would allow it to be viewed by any individual not originally
>>     
> listed 
>   
>> as a recipient. If the reader of this message is not the intended
>>     
> recipient, you are hereby 
>   
>> notified that any unauthorized disclosure, dissemination, distribution,
>>     
> copying 
>   
>> or the taking of any action in reliance on the information herein is
>>     
> strictly prohibited. 
>   
>> If you have received this communication in error, please immediately
>>     
> notify the sender 
>   
>> and delete this message. Unless it is made by the authorized person,  any
>>     
> views expressed 
>   
>> in this message are those of the individual sender and may not
necessarily
>>     
> reflect 
>   
>> the views of PT Bank Bukopin Tbk.
>>
>>     
>
----------------------------------------------------------------------------
> ---------------/
>   
>> -- 
>> you have this email because you join to "aga-madjid" GoogleGroups.
>> to post emails, just send to :
>> aga-madjid@googlegroups.com
>> to join this group, send blank email to :
>> aga-madjid-subscr...@googlegroups.com
>> to quit from this group, just send email to :
>> aga-madjid-unsubscr...@googlegroups.com
>> if you wanna know me, please visit my facebook at aga8...@gmail.com
>> or add me in Yahoo Messenger at aga.mad...@yahoo.com
>> thanks for joinning this group.
>>     
>
>   

-- 
you have this email because you join to "aga-madjid" GoogleGroups.
to post emails, just send to :
aga-madjid@googlegroups.com
to join this group, send blank email to :
aga-madjid-subscr...@googlegroups.com
to quit from this group, just send email to :
aga-madjid-unsubscr...@googlegroups.com
if you wanna know me, please visit my facebook at aga8...@gmail.com
or add me in Yahoo Messenger at aga.mad...@yahoo.com
thanks for joinning this group.

To unsubscribe, reply using "remove me" as the subject.


-- 
you have this email because you join to "aga-madjid" GoogleGroups.
to post emails, just send to :
aga-madjid@googlegroups.com
to join this group, send blank email to :
aga-madjid-subscr...@googlegroups.com
to quit from this group, just send email to :
aga-madjid-unsubscr...@googlegroups.com
if you wanna know me, please visit my facebook at aga8...@gmail.com
or add me in Yahoo Messenger at aga.mad...@yahoo.com
thanks for joinning this group.

Kirim email ke