Dasyat ceritanya...
-----Original Message-----
From: aga-madjid@googlegroups.com [mailto:aga-mad...@googlegroups.com]
On Behalf Of maHen
Sent: Thursday, July 01, 2010 2:20 PM
To: aga-madjid@googlegroups.com
Subject: ~ aga ~ Kencan Seorang Wanita Yang Telah Menikah
*dpt dr milis tetangga, critanya hot but ellegant
abis baca ini emosi gw jdnya ama si istri didlm cerita ini....
==
*
*
Kencan Seorang Wanita Yang Telah Menikah*
Namaku Kevin. Isteriku bernama Amanda, dia selalu membuatku merasa
bangga karena memilikinya. Ya bangga karena semua pria akan berhasil dia
paksa untuk menolehkan kepala jika dia lewat dihadapan mereka.
Kebanyakan temanku mengeluhkan bagaimana membosankannya isteri mereka
dalam urusan seks.
Mereka jarang mendapatkan oral seks, para isteri mereka sangat
jarang berpakaian sexy lagi. Dan kebanyakan dari mereka, contohnya Tom
dan Boby, seks hanya berlangsung diakhir pekan saja. Itu jauh lebih baik
dibandingkan kadang hanya sekali dalam sebulan saja.
Itu juga terjadi diantara Amanda dan aku sebelum semuanya
berubah akhir-akhir ini. Ketika Boby bertanya padaku minggu lalu tentang
berapa sering kami berhubungan seks, aku berbohong. Kukatakan padanya
kami melakukannya sekali seminggu.
Dia menjawab hal yang sama, mengungkapkan simpatinya terhadapku. Aku
tak bisa mengatakan yang sebenarnya kepadanya. Jika dia mengetahui
bahwa sesungguhnya Amanda dan aku berhubungan seks tiga sampai empat
kali dalam seminggu, dia akan mendesakku untuk mencari tahu apa
rahasianya.
Dan tak akan mungkin kukatakan kepadanya kenyataan sesungguhnya.
Bisa kukatakan kepadamu rahasiaku. Ini aman, karena kamu tak mengenalku
ataupun Amanda. Kamu tak tahu tempat tinggalku atau apapun. Lagipula ini
semua terdengar kurang masuk akal. Bahkan temanku sendiri mungkin tak
akan mempercayaiku, tapi aku tak peduli apa kamu percaya atau tidak.
Sikap Amanda terhadap seks mulai berubah semenjak malam itu. Ya,
mungkin terlalu berlebihan, yang kumaksudkan adalah, coba lihat
kebelakang, aku menganggap kejadian tersebutlah penyebab dari perubahan
sikapnya. Kejadian apa? Mungkin itu yang kamu tanyakan. Sebuah kencan.
Ya, kencan biasa dengan pria lain.
Pria lain tersebut klien bisnis perusahaan kami, Mr. Charles. Aku
tak terlalu mengenalnya, tapi kupikir dia seorang pria paruh baya yang
menarik juga. Mungkin bisa dibilang sedikit gemuk dan rambutnya mulai
agak botak dibagian depannya.
Dia terbang ke kota ini untuk mengurusi sebuah kontrak yang besar
dengan perusahaan kami. Aku bukan termasuk dalam posisi eksekutif, tapi
aku berteman akrab dengan beberapa direktur utama. Salah satunya bernama
Henry, dia bertanya padaku apakah aku punya kenalan seorang wanita yang
bisa menemani Mr. Charles berkeliling kota selama dia berada disini.
Henry mulai merasa khawatir.
Dia sudah menghubungi semua kolega yang dia tahu tapi tak ada yang
bisa untuk saat itu dan dia mengatakan padaku bahwa dia akan merasa
sangat berterima kasih bila aku bisa membantunya. Aku coba menghubungi
beberapa kandidat yang kutahu, namun mereka juga sedang sibuk disaat
tersebut. Saat kuceritakan pada Amanda, dia bertanya kenapa syaratnya
harus wanita yang masih single.
"Kamu tidak mencoba untuk mengirim seorang wanita nakal pada klienmu
ini kan?"
"Tidak, hanya seseorang untuk menemaninya berkeliling. Seseorang
yang tahu tempat makan yang enak, tempat yang layak untuk dikunjungi,
sesuatu seperti itulah."
"Kalau ini memang sangat penting untukmu, aku mau melakukannya."
"Ini bukan seperti penentu hidup atau mati. tapi ini akan memberikan
sebuah penilaian yang sangat baik buatku dihadapan salah satu bossku.
Tapi, sejujurnya, sayangku, Aku merasa tak nyaman untuk mengijinkanmu
melakukannya."
"Kenapa tidak? Aku mengenal setiap bagian kota ini seperti yang lainnya,
dan penampilanku tak mengecewakan untuk dilihat bukan?"
Kutelan ludah atas statemen terakhir. Amanda sangat indah dipandang
mata. Tubuhnya langsing semampai, buah dada yang terlihat tepat untuk
ukuran tubuhnya, paha yang indah, pantat menggoda, rambut berombak
sebahunya yang tergerai eksotis.
Tak pernah terlintas dibenakku untuk membayangkan Amanda yang harus
menemani Charles untuk semalam, Tapi seperti yang dia katakan, kenapa
tidak? Dia pilihan yang sempurna. Dia pintar membangun pembicaraan.
Charles akan dapat menikmati keindahan kota ini dengan ditemani oleh
seorang wanita yang mempesona. Dan itulah yang terjadi, Amanda serius
akan hal tersebut, seperti yang biasa dia lakukan. Dia terlihat sangat
menawan malam itu.
Sesungguhnya, agak sedikit terlalu seksi, kuingat aku katakan hal
tersebut malam itu. Make-up yang dia pakai sedikit berlebihan dari biasa
yang dia pakai sehari-harinya.
Gaun yang dia kenakan memperlihatkan bentuk payudaranya yang indah
dan kencang serta membungkus perut dan pinggulnya dengan sangat ketat,
serta sepasang stocking dan sepatu bertumit tinggi. Charles pasti akan
sangat senang, tak akan kuragukan lagi. "Jaga kelakuanmu," kugoda dia.
Dahinya mengernyit, merasa dilecehkan.
Kujelaskan padanya kalau aku hanya bercanda saja. Aku tahu kalau
dia melakukan ini hanya demi aku saja. Dia telah melihat foto Charles,
jadi dia tahu dia bukanlah seorang buruk rupa meskipun dia juga tahu
kalau pria yang akan ditemuinya nanti bukanlah seorang yang rupawan.
Kencan tersebut akhirnya datang dan terjadi. Sesudahnya, Amanda
menceritakan padaku kalau Charles sangat menikmati malam tersebut.
Akupun akan merasa begitu, dan kudapat sebuah telephone dari Charles
hari Senin keesokan harinya.
"Hey pak, wanita yang bapak kirim untuk menemaniku, si Amanda,
sangat mengagumkan."
Aku tak merasa perlu memberi tahunya kalau yang menemaninya berkeliling
kota adalah isteriku sendiri.
"Wah, dia wanita yang sangat sexy! Tapi aku yakin anda sudah pasti tahu
itu," sambungnya.
Dengan cepat berikutnya kutahu kalau Charles telah mencoba mengajak
Amanda untuk singgah ke kamar hotel bersamanya.
Isteriku menolaknya dengan halus dan mengucapkan terima kasih.
"Mungkin lain kali jika anda berada dikota ini lagi, kita bisa saling
mengenal lebih dekat lagi. Itu yang dia katakan.
Sialan! Aku tak sabar menunggunya," Charles menceritakan padaku, nada
suaranya mengisyaratkan betapa semangatnya dia. Kuceritakan pada Amanda
tentang telephone tersebut dan apa yang dikatakan Charles. Dia menatapku
dan menyeringai lebar.
"Ya, aku memang berkata begitu. Aku tak bermaksud apa-apa. Aku hanya tak
ingin dia merasa sedih dengan dirinya.
Dia terus merayuku sepanjang malam dan aku hanya ingin membuatnya
tak terlalu merasa ditolak. Kamu tahu kan, kubiarkan dia mengira kalau
aku menganggapnya menarik. Merasa dia bangga dengan dirinya. "Oh, dari
yang dia katakan, kukira kamu sangat sukses." "Well, itu hanya sedikit
godaan yang tak ada ruginya.
Lagipula, aku tak akan bertemu lagi dengannya kan?" Amanda tertawa.
"Kamu tidak jealouskan sayang?" Kuyakinkan dia bahwa aku tak merasa
cemburu dan lalu kusergap lehernya dengan bibirku. "Apa kita merasa
sedikit bergairah malam ini?" dia tertawa genit, menggapai kebawah untuk
memeriksa kondisi selangkanganku.
Dia temukan jawabannya saat mencengkeramkan jemarinya pada
tonjolan dicelanaku. Berikutnya kami memadu cinta dengan gairah yang
hampir kulupakan, permainan cinta kami memang terjadi hanya sebagai
rutinitas saja dalam tahun belakangan ini.
***
Hampir satu bulan berikutnya aku dapat sebuah telephone dari Charles.
Dia akan datang ke kota ini dalam beberapa hari dan dia menanyakan
padaku apakah aku bisa mengusahakan agar Amanda bisa menemaninya lagi.
Kukatakan padanya kalau aku tak yakin bisa menghubunginya, Amanda sangat
sibuk, terangku padanya, berusaha untuk mencegah isteriku bisa
bersamanya lagi. Khususnya setelah apa yang sudah dia katakan tentang
isteriku.
"Dia tidak memberiku nomer telephone-nya," Charles mengerang. "Aku
sangat berharap dia tidak membohongiku. Aku benci itu. Saat seorang
wanita mengatakan padamu apa yang ingin kamu dengar, dan dia cuma iseng
saja. Apa kamu tak merasa kesal juga?"
"Ya, aku juga benci diperlakukan seperti itu," jawabku dan kemudian
berjanji untuk berusaha menghubungi 'si sexy Amanda'.
"Tentu aku mau bertemu dengannya lagi, sayangku," Amanda mengatakan
padaku dengan acuh tak acuh saat dinner malam.
"Apa ruginya? Lagipula dia seorang klien yang penting, kan?"
"Ya memang. Tapi, aku hanya merasa kalau dia menginginkanmu agar mau
diajak kekamar hotelnya kali ini. Bukankah kamu membuatnya merasa kalau
kamu akan bersedia jika ada kesempatan lain?"
"Sayang, itu hanya taktik wanita saja. Semua pria suka disanjung dan
digoda. Kamu juga kan? Aku sering melihatmu dipesta saat ada seorang
wanita yang memujimu. Ingat Bertha yang mengundangmu untuk menggantikan
tempat Roger suaminya, setiap saat suaminya sedang pergi keluar kota?"
"Dia hanya bercanda dan kamu tahu itu."
"Begitu juga aku sayang. Itu poin yang kumaksud."
Akhirnya kuhubungi Charles dan mengatakan padanya kalau Amanda
bisa menemuinya hari Sabtu nanti. Dia sangat senang sekali. Dan Amanda,
yang membuatku terkejut, terlihat bahagia karena akan berkencan
dengannya lagi.
***
"Apa dia seorang yang suka merayu?" tanyaku saat dia sedang berdandan
malam itu.
"Semua pria begitu kan?" jawabnya, mencoba memilih gaun yang
akan dipakainya.
Punggungnya menghadap kearahku. Dia berdiri disana dengan hanya memakai
bra dan celana dalam. Sepasang pakaian dalam yang sexy, berenda dan
hampir transparan. Sebuah lingerie yang aku hampir lupa kalau dia
memilikinya.
Biasanya, Amanda memakai pantyhose diatas celana dalamnya. Kali ini
tidak. Kali ini dia memakai sepasang stocking hitam setinggi paha. Aku
akan mulai berkomentar, tapi kupikir dia hanya akan menganggapku merasa
cemburu saja. Sekali lagi dia terlihat sangat menawan untuk kencannya
dengan pria yang baru saja dia kenal. Gaunnya melekat erat ditiap lekuk
tubuh sexy-nya dan belahan dadanya agak sedikit rendah, mempertontonkan
sedikit belahan buah dadanya. Menggiurkan dan sexy.
"Jaga dirimu," pesanku, memberinya sebuah kecupan saat dia mengamati
dandanannya, sepatu bertumit tinggi dan sebagainya, pada sebuah
cermin dilorong. "Berhentilah mengkhawatirkanku, sayang. Aku akan
baik-baik saja," dia meyakinkanku, memberiku pelukan ringan yang
menempelkan payudara kencangnya pada tubuhku.
Jika Charles menyambutnya dengan sebuah pelukan, dia juga akan
merasakan payudara sexy Amanda. Kuterus memikirkan hal itu sepanjang
waktu saat isteriku pergi malam itu. Aku juga membayangkan paha
jenjangnya dan stocking hitamnya dan pakaian dalam indah dan sexy yang
dia pakai. Sebuah paket yang sangat menggoda, dan itulah yang
mencemaskan perasaanku.
Tapi kemudian aku juga mengingatkan diriku sendiri tentang seks yang
hebat yang kualami bersama Amanda setelah malam pertama kencannya dengan
Charles. Aku berharap kejadian itu berulang kembali, itulah mungkin
sebabnya aku tak begitu meributkan tentang apa yang dipakai Amanda untuk
kencannya dan kenapa aku mengijinkannya pertama kali. Ya, kenyataannya
memang begitu. Sex dengan Amanda begitu mempesona, dan itu bahkan lebih
panas dari sebelum-sebelumnya.
Aku jatuh tertidur didepan televisi diruang keluarga dan tak mendengar
suara mobilnya diparkirkan. Tapi telingaku mulai mendengar saat suara
tumit sepatunya melangkah melewati lantai kayu dalam ruang keluarga
ini. Kutolehkan kepala kearahnya, Tu**n, dia terlihat sangat sexy!
Gaunnya terlihat lebih pendek dari yang kuingat. Pinggulnya seakan
menari saat dia berjalan. Dia terlihat lebih muda saat ini. Terlihat
begitu hidup. Payudaranya terayun seiring tiap langkahnya.
"Jam berapa sekarang?" tanyaku padanya, aku duduk diatas sofa.
"Kurasa, Setengah dua."
"Aku pasti tertidur menunggumu."
"Sorry, sayang. Mestinya aku pulang lebih awal."
"Ya, mungkin."
Amanda duduk disampingku. "Setelah nonton dan dinner, Charles mengajak
untuk mencoba beberapa club & bar."
"Bagaimana caramu berkilah saat dia mengajakmu kembali kehotelnya?
Dia mengajakmu, kan?" Akupun akan berlaku sama, Amanda terlihat
begitu menggiurkan untuk disantap. Dia letakkan tangannya dipahaku dan
meremasnya pelan. "Wah, dia sangat gigih, sayang, dan akhirnya aku tak
bisa mengelak lagi, aku mau diajaknya pergi ke kamarnya."
Kupandangi isteriku dengan perasaan yang bercampur baur.
"Sayang, ini bukan seperti kedengarannya. Sama sekali tak terjadi
apapun".
"Sama sekali." Amanda tersenyum dan membelai pahaku.
"Sayang, jika aku ingin menyetubuhinya, akan kulakukan saat itu."
Sudah lama Amanda tak mengucapkan kata persetubuhan, itu
mengejutkanku pertama kalinya.
"Dia menginginkannya. Itu mungkin tak mengejutkanmu, bukan?
" Kugelengkan kepala.
"Kukatakan padanya jangan bertanya tentang sex. Kukatakan padanya kalau
aku sudah menikah."
"Sungguh?"
Amanda memberiku sebuah senyuman iblis kecilnya.
"Apa dia mencoba yang lain? Apa dia mencoba menciummu?"
Kembali Amanda tersenyum. "Memang."
Lalu setelah jeda yang panjang, menambahkan "Dan kubiarkan dia."
"Kamu biarkan dia menciummu?"
"Ya, sayang. Kupikir setelah dia tak mendapatkan sex yang dia
mau, setidaknya yang bisa kulakukan adalah memberinya sebuah ciuman."
Kupandangi dia dengan takjub, dan dia membungkuk kearahku,
daging payudaranya menekan tubuhku, dan lalu dia berkata "Itu hanya
sebuah ciuman sayang, seperti ini." Bibirnya begitu hangat dan sensual.
dan sedikit terbuka. Bibir kami saling melumat dan dengan cepat lidahnya
mulai mencari jalan masuk kedalam mulutku. Ciuman lembut dan erotis
berubah menjadi ciuman yang penuh gairah yang mengirim gelombang darah
ke sepanjang batang penisku. Aroma Amanda begitu nikmat dan tubuhnya
sangat sexy dan mengundang.
"Wow! Seperti ini?" kucoba bertanya setelah kami hentikan ciumannya.
Amanda tertawa manja. "Kurang lebih."
"Apa dia mencoba menyentuhmu?"
"Hanya dadaku." tawa manja lebih banyak dia perdengarkan.
"Apa reaksimu?"
"Sayang, hanya dadaku saja. Tangannya tidak berada dalam celana
dalamku.atau yang lainnya."
"Jadi kamu biarkan dia. menyentuh payudaramu?"
"Sayang, aku masih memakai gaunku."
Kuangkat tanganku dan membelai payudara isteriku. 'Hmm, seperti
yang kukira."
"Apa?"
"Gaun ini. sangat tipis. bisa kurasakan putingmu tepat dibaliknya."
Amanda tertawa. "Dan kamu pikir Charles bisa merasakannya juga?"
"Aku yakin itu. Bukankah dia merasa terangsang?"
"Kenyataannya, begitu."
"Bagaimana kamu tahu? Apakah terlihat?"
"Aku mengetahuinya saat kulakukan ini. " Amanda kemudian meluncurkan
tangannya hingga pangkal pahaku dan mulai meremas ereksiku.
"Kamu meremas PENISNYA!"
"Sayang, aku hanya menggodamu. Tentu saja tidak. Kamu suamiku.
Satu-satunya pria untukku!" tubuhnya turun keatas lantai dan menurunkan
resleitingku.
Astaga! Sudah sangat lama sekali dia tak bersikap seperti ini.
begitu agresif dan terang-terangan. Amanda menjilat dan menghisap
penisku hingga kuberada dibatas orgasme dalam mulutnya.
"Ayo ke kamar, sayang," saranku, dan isteriku langsung menyambutnya.
Keesokan harinya dikantor, aku dihubungi Charles. "Hey bung, kamu
tidak bilang kalau Amanda sudah menikah."
"Aku pikir itu tak jadi masalah, Sorry."
"Oh, tak usah minta maaf. Menikah atau tidak, dia benar-benar wanita
yang sangat hot."
Kata-kata Charles mengguncangkanku. Itu tak sama dengan versi Amanda
malam itu. Aku tak ingin terdengar curiga, tapi aku harus bertanya "Jadi
kalian berdua bersenang-senang tadi malam?"
"Oh, bung, sangat! Kami jadi pusat perhatian kemanapun kami pergi. Para
pria meminta ijinku untuk bisa berdansa dengannya, kutolak mereka, tapi
dia bilang aku egois dan mau menang sendiri. Jadi begitulah, dia pergi
ke lantai dansa dan mulai menari dengan dua atau tiga pria berbeda. Aku
tak begitu pintar dansa, jadi dia menikmati tariannya dengan para pria
itu. Dia sungguh menikmati gerakan tubuhnya."
Kudengar ceritanya berulang-ulang tentang bagaimana Amanda jadi
bergairah karena dansanya dan minumannya. "Setiap kali dia kembali ke
meja, dia jadi lebih bergairah. dia remas pahaku. terus meraba pahaku.
membuatku sangat keras!"
"Benarkah?" jawabku, mencoba menahan rasa marahku.
"Oh, iya. Dan kali ini, saat kuajak dia kembali kekamar hotelku,
dia langsung menerimanya."
"Wah, aku senang anda mendapatkan malam yang hebat Charles."
"Sesungguhnya terhebat dalam hidupku, Kev. Ngomong-ngomong, kamu kenal
Amanda kan? Apa kamu pernah mengencaninya?"
Tentu saja aku bohong.
"Ah, sayang sekali. Wanita ini sungguh istimewa!"
Aku ingin lebih menanyainya, tapi itu akan terlihat janggal. Aku coba
untuk memancingnya, agar dia menceritakan segalanya, tapi tentu saja dia
tak akan mengatakan detail sesungguhnya dari apa yang terjadi di dalam
kamar hotelnya.
Apakah Amanda hebat? Aku ingin bertanya. Apakah dia pasangan sex yang
hebat?
Tapi kata-kata Amanda terus mengiang ditelingaku. Aku bersikap
terlalu berlebihan. Dia hanya bersikap menggoda, sedikit berlebihan.
Tapi hanya itu saja. Charles hanya merasa sangat gembira karena sudah
berkencan dengan isteriku yang sexy. Dan, menimbang betapa hebat
kehidupan sex kami semenjak isteriku melakukan dua kencan tersebut, aku
yakin, merasa bersukur telah mengijinkannya pergi.
Namaku Amanda, andaikan aku seorang wanita religius, tentu sudah
terlalu banyak menghabiskan waktu dalam bilik pengakuan dosa.
Suamiku, Kevin memintaku untuk bertemu dengan salah seorang kliennya
yang berada dikota ini. Seorang klien penting yang sangat menentukan
sebuah kontrak besar yang sedang diperebutkan perusahaannya saat itu.
Hanya menjamunya dengan sebuah dinner bersamanya dan menemaninya
berkeliling kota. Hanya itu saja. Namun semakin kupikirkan itu semakin
terasa pula bagaikan sebuah kencan. Sebuah kencan seperti saat kubelum
menikah. Dan kujawab, ya aku bersedia memenuhi permintaannya dan aku
berdandan secantik dan semenarik mungkin untuk acara tersebut.
Dan segala yang kubayangkan menjadi kenyataan. Disini kuberada, dalam
sebuah taksi yang tengah menyusuri jalanan kota dimalam itu dengan
seorang pria, mungkin berumur beberapa tahun lebih tua dari Kevin, namun
dia seorang gentelman sejati. Namanya Charles, berulang kali dia memuji
kecantikan wajahku, betapa dia mengagumi keindahan rambut sebahuku, gaun
yang kukenakan. Dia begitu merayu dan memperlakukanku layaknya seorang
puteri. Semua perlakuannya sungguh membuatku merasa sangat istimewa.
Dipenghujung malam itu, dia mengundangku singgah ke kamar hotelnya
untuk berbincang sebentar sebelum mengantarku pulang. "Hanya minum
saja," dia coba membujukku. Namun kutolak ajakannya. Kuingatkan dia,
kesannya tak baik jika aku masuk ke kamar hotelnya dimalam yang telah
larut ini.
Jujur aku merasa suka menghabiskan waktu malam tersebut dengannya dan
tak bisa kucegah anganku membayangkan bagaimana rasanya jika berhubungan
seks dengannya. Kevin adalah pria kedua yang pernah menikmati tubuhku,
jadi bisa dikatakan aku tak memiliki begitu banyak pengalaman dalam
kehidupan seksual. Bayangan itu menggelitik minatku, entah kenapa aku
bisa membayangkan hingga sejauh itu.
Saat aku tiba dirumah malam itu, aku benar-benar berada dalam mood
untuk sebuah permainan cinta dan syukurlah Kevin juga sedang merasakan
hal yang sama pula.
***
Jikalau kisah ini hanya berhenti hanya disini saja, tak akan banyak
yang kuungkapkan dalam pengakuan dosaku, dan memang ini tak hanya
berhenti di malam itu saja. Aku mempunya janji kencan kedua dengan
Charles beberapa minggu setelahnya, dan untuk sebuah sebab, membayangkan
kencan keduaku bersamanya membuatku sangat bersemangat, bahkan sedikit
bergairah. Kupilih sebuah gaun yang sexy dan bahkan sepasang pakaian
dalamku yang paling nakal, meskipun aku tak bermaksud untuk mengijinkan
Charles untuk melihatnya. Hanya saja membuatku merasa sexy
mengenakannya, itu saja.
Kevin merasa sedikit nervous akan kencan keduaku dengan kliennya kali
ini. Dan jujur saja akupun begitu. Namun, Charles sekali lagi bersikap
sangat begitu sopan dan segera saja perasaan canggungkupun sirna dan aku
merasa sangat rileks berada didekatnya.
Setelah dinner, kami pergi ke sebuah dance club. Charles tak begitu
lama turun berdansa denganku. Tapi ada beberapa pria yang memintaku
untuk berdansa dan mereka sangat mahir diatas lantai dansa.
Mereka menginspirasiku, mereka dan minuman yang kukonsumsi saat dinner
tadi. Kalau mau berkata jujur aku aku rasa memang aku sudah terlalu
banyak minum. Kurasa itulah pengakuan dosaku yang pertama.
Pengakuan dosaku yang kedua adalah caraku membiarkan para pria
tersebut menari denganku. Kebanyakan musik yang mengiringi adalah yang
berirama cepat dan menghentak, tipe musik yang iramanya akan membuat
tubuhmu terus bergerak mengikutinya. Tapi saat irama musiknya berganti
dalam irama yang sendu dan roman mereka tetap memintaku untuk menemani
mereka diatas lantai dansa, kujawab 'kenapa tidak'.
Salah satu dari mereka adalah pria muda yang sepertinya anak
kuliahan berpostur tinggi. Dia dengan 'tak sengaja' menyentuhkan
tangannya pada dadaku beberapa kali. Aku rasa puting payudaraku tentu
tercetak dibalik kain tipis gaun yang kukenakan. Pria yang lainnya
dengan sengaja membelai tepian payudaraku saat kami menari. Pasangan
dansa yang lainnya memepetkan tubuhku ketubuhnya, menempelkan salah satu
pahanya pada pahaku dan memastikan kalau aku dapat merasakan ereksi
selangkangannya kala kami bergerak mengikuti irama musik. Aku tidak
menjauh, namun sebaliknya semakin kudorong tubuhku kearahnya. Belum
pernah kurasakan dalam hidupku kesenangan menari seperti ini.
***
Diantara jeda dansa tersebut, aku kembali ke mejaku dan mengkonsumsi
lebih banyak minuman lagi bersama Charles dan kuajak dia untuk menari
denganku, namun dia kembali menolak dan berkata kalau dia lebih senang
melihatku menari. Kevin tak mengijinkanku melakukan apa yang
diperbolehkan oleh Charles, menjadi diriku sendiri untuk sekali waktu.
Kuberi dia sebuah kecupan dipipi dan berterima kasih padanya karena
tidak mencercaku setelah melakukan 'tarian nakal'. Dia tertawa dan
menoleh saat seorang pria berwajah tampan meminta ijin padanya untuk
mengajakku berdansa.
"Kalau dia mau," jawabnya sambil menoleh kearahku.
Pria ini terlihat yang paling tua diantara pria muda tadi,
penampilannya seperti seorang eksekutif paroh baya. Dia perkenalkan
dirinya sebagai Henry. Dia memiliki sebuah senyum yang menawan. Kuteguk
sekilas minuman yang entah berjenis apa yang telah dipesan Charles
sebelumnya, lalu kusambut uluran tangan Henry. Pria ini tipe penyuka
musik berirama lambat. Dia tidak begitu merespon saat musik cepat
dimainkan, tapi begitu irama berganti lambat, tangannya langsung
menyergap tubuhku dan merengkuhku mendekat, menyandarkan kepalaku
dibahunya. Mulutnya berada didekat telingaku dan terus menerus
dia memuji betapa aku seorang penari yang mahir, dan betapa tubuhku
terasa nyaman dalam pelukannya.
"Kekasihmu adalah seorang pria yang sangat beruntung," katanya,
bibirnya menggesek telingaku. "Aku berani bertaruh kalau kamu membuatnya
merasa sangat bahagia," sambungnya. Kutatap wajahnya. Pandangan iblisnya
mengisyaratkan konotasi seksual dalam kalimat terakhirnya. Tapi
kuberpura-pura bodoh. "Maksudmu di ranjang?"
"Ya, manis, itu yang kumaksudkan. Aku berani bertaruh kalau kamu
akan membuat orang tua sepertiku bisa mendapatkan serangan jantung
dibalik selimut."
Dalam kondisi normal aku akan merasa dilecehkan oleh perkataan
mesumnya, namun malam itu aku mengalami sebuah perasaan bebas yang baru
dan merasa perkataan kasar dari pria asing ini lebih terdengar
menggairahkan daripada melecehkan. Dan pengakuan dosaku-pun terus
berlanjut .
"Thanks untuk pujiannya, tapi itu tak akan terjadi dibalik selimut,
sayang" jawabku.
"Apa maksudmu?"
"Saat aku bercinta, aku lebih suka di atas." Itu bohong, tapi kupikir
itu terdengar mesum.
"Oh, Baby," dia mengerang ditelingaku. "Kamu sangat hot!"
Irama musik usai setelah itu, dan kulepaskan diriku dari pelukan kuat
Henry dan beterima kasih padanya untuk dansanya.
Kembali ke mejaku, Charles berkata kalau dia melihatku mengobrol
dengan Henry dan menanyakan apa yang kami perbincangkan. "Dia pikir
kalau aku kekasihmu," jawabku.
"Apa jawabmu?"
"Kujawab memang."
"Apa dia percaya?"
"Ya, kurasa begitu."
"Sini, kita buat dia tak merasa ragu," kata Charles, lalu dia
membungkuk mendekatiku dan menciumku tepat dibibir. Ini sangat tak
kusangka dan untuk sesaat kubiarkan saja dia mencium bibirku yang
bergetar. Namun kala ciumannya tak jua usai, secara naluriah kumulai
balas ciumannya. Dan saat ia mulai mendesakan lidahnya diantara bibirku,
rasanya sangat alamiah untuk rileks dan membiarkannya. French kiss
adalah sesuatu yang sangat kusenangi, dan segera saja kuimbangi desakan
Charles, mengeksplorasi ciuman basah dengan lidahku, menyelipkan lidahku
ke dalam mulutnya.
Kami habiskan minuman kami dan meninggalkan club. Udara malam diluar
sangat menusuk tulang, namun membuat kondisiku berangsung pulih dari
pengaruh alkohol.
"Aku tak berani berharap untuk dapat mengajak 'kekasihku' mau
menikmati pemandangan kota dari kamar hotelku," katanya saat kami
berjalan dengan bergandengan tangan.
Aku tertawa geli. Aku mendapatkan begitu banyak kesenangan dan merasa
belum ingin kembali ke ruamah, lalu kukatakan padanya "Kekasihmu akan
sangat senang untuk melihat pemandangannya."
Charles menghentikan sebuah taksi dan kamipun masuk ke kursi belakang.
Tanpa berpikir, aku meringkuk ke pelukannya, kurasakan bagai bersama
suamiku sendiri. Semangat dan gairahku masih sangat membakar diriku, dan
aku hanya ingin dipeluk dan diperhatikan. Charles memperlihatkan seluruh
perhatiannya dari apa yang kuisyaratkan dan dia memberikan sebuah
ciuman. Kubalas ciumannya, dan kala tangannya menyentuh payudaraku,
kubiarkan saja tangannya tetap berada di sana. Kami terus berciuman dan
dia meremas lembut payudaraku disepanjang perjalanan menuju ke hotel.
***
Kamar tempatnya menginap berada di lantai 10 dan didepannya
terbentang sebuah sungai. Pemandangannya memang seperti yang dia
janjikan, menakjubkan. Kuberdiri didepan sebuah jendela kaca berukuran
besar, memandangi cahaya dibawah. Charles berada dibelakangku, tangannya
melingkari tubuhku. Kutolehkan kepala menghadapnya "Pemandangannya
indah, ya?"
"Memukau," jawabnya menatap lekat wajahku dihadapannya. Aku tersenyum
dan kuputar tubuhku , dengan tangannya masih melingkariku. Dia begitu
mempesona. Kutatap kedalam matanya, kedua matanya terasa lembut dan
menenangkan. Kucium dia, dengan bibir terbuka, mengundang lidahnya.
Undanganku dia sambut.
Aku punya pengakuan dosa yang berikutnya.
Aku ceritakan pada Kevin bahwa tak ada yang terjadi malam itu di
kamar hotel. Itu tak sepenuhnya benar. Kuceritakan padanya kalau aku
cium Charles dan membiarkannya membelai dadaku. Kuceritakan padanya
kalau aku hanya membiarkan Charles menaruh tangannya diluar gaunku. Aku
rasa aku sedikit berbohong.
Kenyataannya kubiarkan saja Charles menyusupkan tangannya dibalik gaunku
dan meremas payudaraku yang terbungkus bra. Aku tak yakin kalau Kevin
bisa menerima kenyataan sesungguhnya dari kencanku bersama kliennya.
Aku merasa saat kami berciuman disana, di kamar hotelnya, dan dia
meremas dan mempermainkan payudaraku, aku menjadi sangat terangsang!
Kedua putingku segera mencuat keras. Dan kala Charles menurunkan tali
penahan gaunku melewati bahu, lalu menarik bagian atas dari gaunku
hingga pinggang, aku sadar kalau ini berarti dia ingin membantuku
melepaskan bra yang kupakai, agar dia bisa menyentuh payudaraku, dan
putingku yang keras, daging kenyalku yang telanjang dan memanas.
Dan tepat disana, disaat itu, itu semualah yang kuinginkan.
Kenyataannya, aku tak hanya menginginkan tangannya saja di payudaraku,
aku inginkan mulutnya juga. Dan aku tak merasa kecewa.
Berikutnya kutahu kalau ternyata Charles sangat lihai melepaskan kaitan
bra yang kupakai, selihai jilatan dan hisapannya pada payudaraku. Aku
hampir meraih puncak kenikmatan dengan hanya berdiri disana saat itu.
Dan saat dia mulai melepaskan gaun yang kupakai dari tubuhku seluruhnya,
kubiarkan dia. Dia turunkan melewati pahaku dan membantuku melangkahkan
kaki dari gaunku, menuju ketelanjanganku ditingkat berikutnya.
Dia berdiri dihadapanku, dia taruh sebelah tangannya pada kakiku
yang terbungkus stocking, membelainya dengan lembut, bergerak naik
melewati lututku, semakin naik melewati bagian atas stockingku. Begitu
pelan, kurasakan ujung jemarinya merayap menyusuri bagian celana dalam
berenda yang mumbungkus selangkanganku. Dan dia kemudian berdiri
dihadapanku, dengan pakaian masih utuh.Dan aku, telanjang hingga batas
pinggang. Hanya mengenakan stocking, sepatu bertumit tinggi dan celana
dalam berenda saja.
Aku ingin dicium, dan dipeluk kembali. Aku tahu dia bisa melihatnya
dalam mataku saat itu. Karena, dengan cepat dia merengkuh tubuhku ke
dalam pelukannya dan menciumku kembali. Payudara telanjangku terhimpit
ditubuhnya kala kami berciuman, mulut kami terbuka, kedua lidah kami
terlena oleh gairah.
Bagaimana mungkin mampu kuceritakan semua itu pada suamiku, Kevin,
tentang bagaimana Charles menelanjangiku hingga hanya mengenakan celana
dalam saja dan melesakkan lidahnya ke dalam mulutku. Bagaimana mungkin
aku harus menceritakan padanya bahwa aku menikmatinya dan aku
menyusupkan lidahku ke dalam mulut Charles juga. Dan juga, bagaimana aku
akan bisa bercerita padanya kalau Charles tak bertahan lama untuk
berpakaian lagi, setelah ciuman tersebut.
***
Kusaksikan Charles melucuti pakaiannya sembari berbaring diatas
ranjang.Kuamati celana dalamnya memperlihatkan sesuatu yang besar
didalamnya. "Apa aku yang menyebabkan itu?" tanyaku menggodanya.
"Bagaimana menurutmu?" "Kemarilah," perintahku. "Kurasa aku harus tahu
apa sesungguhnya yang harus kupertanggung jawabkan."
Saat dia berada disamping ranjang, kugapaikan tanganku dan kubelai
bagian depan celana dalamnya. "Astaga! Apa yang sudah kulakukan?"
Itu membuatnya tertawa. Sekarang aku merasa sangat penasaran dengan
ukuran pria ini, maka kusentakkan celana dalamnya turun dan batang
penisnya langsung saja melompat keluar. Itu sangat keras dan berdiri
mengacung tegak, tepat kearahku.
Kusentuhkan tanganku padanya, terasa sangat hangat! Dan sangat,
begitu keras! Pandanganku terpaku pada batang penisnya yang besar saat
aku mengocoknya. Aku bawa kencan kali ini lebih jauh dari yang
kurencanakan pada awalnya. Disanalah aku berada, tubuh tengkurap diatas
perut, diatas ranjang dalam sebuah kamar dilantai kesepuluh, dengan
tubuh hanya berbalut celana dalam berenda dan stocking, sambil memegangi
batang penis keras dan besar milik seorang pria yang bukan suami sahku.
Aku pikir Kevin tak perlu mendengar tentang detail ini dari 'kencanku'
bersama klien-nya .
Kujuga meninggalkan beberapa detail, seperti kenyataan kalau
kugunakan lidahku untuk menjilat batang penis besar cantik milik
Charles, dan bahwa kubiarkan dia menyusupkan kepala penisnya memasuki
mulutku, dan bahwa aku menghisapnya.
Juga tak kuceritakan pada Kevin kalau kubiarkan Charles
menyusupkan tangannya kebalik celana dalamku. dan memainkan vaginaku.
Lebih baik kuceritakan padanya kalau hal yang seperti sama sekali tak
terjadi. Aku pasti tak menceritakan padanya kalau akhirnya kubiarkan
Charles melepaskan celana dalam yang kupakai.
Dan pengakuan dosaku yang terbesar.
Kubiarkan Charles menyetubuhiku. Jujur kukatakan hal tersebut.
Kubiarkan pria yang begitu baik ini, seorang pria ahli mencium dan
memperlakukanku dengan sangat genteleman di atas ranjang, memasukkan
batang penisnya yang besar kedalam vagina yang seharusnya hanya untuk
suami yang kunikahi saja.
Aku jadi begitu basah untuknya. Dia masuk dengan mudahnya, memasukiku
begitu dalam. Meskipun dia begitu besar, dia mengisiku dalam satu kali
hujaman saja, kurasa aku menggelinjang. Aku biasanya hanya pasif diatas
ranjang, tapi tidak untuk malam itu. Aku begitu tenggelam dalam moment
indah itu. Aku tak ingin bercinta, aku ingin bersetubuh. Aku mau
disetubuhi dan kubisikkan padanya "Puaskan aku. Setubuhi aku," aku
melenguh. "Setubuhi vagina kekasihmu! Lakukan dengan keras!"
Dan dia mengabulkannya. Oh suamiku tercinta, aku tak menyangka jika
seks terlarang akan terasa begitu nikmat!
***
Kevin tak akan tahu kenyataan sebenarnya dari kencanku dengan Charles.
Dia hanya tahu aku mendapatkan saat yang menyenangkan. Dia hanya tahu
kalau klien-nya tersebut memperlakukan isterinya dengan sangat-sangat
sopan dan baik.
Aku mencintai suamiku, dan kehidupan seks kami berubah menjadi
lebih menggairahkan setelah kencanku ini. Sangat jauh lebih
menggairahkan dari yang sudah-sudah. Kurasa karena kebebasan yang
kudapatkan bersama Charles dari dua kencan tersebut.
Apakah aku akan berkencan lagi dengan Charles? Ataukah dengan pria
lain? Mungkin.
Kembali, jauh dalam lubuk hatiku, aku menantinya. Aku mengharapkannya.