BUat para IbU dan CaloN IbU
Ibu Pulanglah
Ibu, Pulanglah...
"Saya hanya IRT alias ibu rumah tangga," jawab seorang ibu dalam keadaan
kurang begitu nyaman dengan jawabannya saat ditanya aktifitas keseharian.
Jawaban itu seringkali kita dengar. Dari ibu-ibu dalam percakapan
keseharian. Pada forum pertemuan-pertemuan. Rasa kurang nyaman dalam
menjawab dan kurang bangga tentang dirinya, akan menjadi lebih parah saat
pertanyaan itu hadir di forum bergengsi. Seorang wanita akan sangat bangga
ketika bisa menyebutkan daftar aktifitas seabreg dengan jadwal padat dan
penat. Akan lebih membanggakan ketika dalam pertemuan seperti itu, beberapa
kali ada seseorang yang membisikinya mengingatkan akan sesuatu. Tugas
seorang asisten pribadi. Menandakan bahwa, ia wanita yang sangat bermanfaat
bagi orang banyak.
Para wanita berbangga ketika menjawab bahwa dirinya mempunyai aktifitas
sangat sibuk. "Iya nih, kalau gak saya sempatkan waktu, susah saya ketemu
anak-anak." Kembali dengan sangat bangga itu disampaikan di depan banyak
orang.
Kebanggaan itu sebenarnya harus dibayar mahal. Bayarannya bisa merugikan
sisa umur yang ada. Anak-anak yang sering susah bertemu ibunya sendiri
sering protes. Banyak di antara mereka yang berharap kelak tidak mau
menjalani profesi ibunya atau terlibat aktifitas seperti ibunya. Karena
tidak mau terulang kejadian yang menimpa mereka akan menimpa anak-anak
mereka. Tentu ini keputusan yang sangat dangkal. Tetapi tidak bisa
disalahkan, karena mereka masih anak-anak. Dan itulah kepahitan yang
dirasakan di tengah tebar senyum bangga sang ibu di tengah komunitasnya.
Ada yang benar-benar protes dengan kata-kata. Ada yang protes dengan secarik
kertas yang diletakkan di meja tugas ibunya. Ada protes yang digoreskan di
diary yang lebih setia mendampinginya di banding ibu yang telah
melahirkannya. Tetapi ada yang tidak cakap cara-cara itu semua. Sehingga
protes mereka ditumpahkan dengan perilaku. Tindakannya mulai susah
dikontrol. Tidak bisa diatur. Tidak bisa dinasehati. Sering pergi tanpa
peduli dan tanpa komunikasi. Keluyuran seperti ibunya.
Ini yang harus dibayar mahal di balik jawaban malu sebagian ibu ketika hanya
tinggal di rumah menjadi ibu rumah tangga.
Ini tidak berarti memusuhi aktifitas baik wanita. Bahkan seharusnya kaum
bapak mulai menyadari ada wilayah kerja kaum hawa yang tidak boleh
dimasukinya. Tetapi di sini, kita sedang ingin menyoroti hasil generasi yang
semakin hari semakin menurun. Salah satu faktor krusial dalam rumah tangga
adalah ibu.
Mungkin hanya kata (hanya) saat menjawab tentang aktifitas IRT. Tetapi kata
hanya di sini dibangun di atas banyak filosofi dan keyakinan dalam hidup.
Sehingga kata hanya adalah sebuah simpul yang bisa diurai menjadi sebuah
perjalanan hidup.
Ketika ini menyangkut tentang keyakinan dan folosofi hidup, di sinilah
beratnya kalau salah. Anak-anak yang terlahir dari sebuah rumah tangga, akan
menerima kata hanya dari ibunya. Dan hasilnya, tentu hanya uring-uringan di
rumah. Ketidaknyamanan terciptakan sedemikian rupa. Dan kalau sudah begitu,
siapa yang mau tinggal di rumah dengan seperti itu keadaannya.
Sebaliknya, hampir jarang kalau dibilang belum pernah kita dengar jawaban
seorang ibu, "Alhamdulillah saya seorang IRT!!"
Pasti sangat berbeda dengan jawaban pertama. Tersirat sebuah syukur. Ada
bangga di baliknya. Ada ketulusan mahal yang terpancar.
Kebanggaan yang tidak basa-basi itu mustahil keluar tanpa pemahaman yang
baik tentang pentingnya peran ibu di dalam rumah. Dan betapa jasa besar
seorang ibu untuk melahirkan generasi peradaban agung dunia, tidak ada yang
sanggup menyainginya. Tidak ayah. Tidak sekolah. Tidak universitas. Tidak
negara.
Karena pondasi-pondasi itu terbangun di rumah. Sang ibu adalah madrasah
untuk itu. Jika pondasi keimanan, pondasi keyakinan, pondasi logika dan
semua pondasi lainnya kokoh, maka terserah mau dibangun setinggi apapun anak
itu, akan bisa dilakukan. Namun, jika rapuh, seorang anak hanya ibarat gubug
reot yang mudah ambruk ditiup angin sepoi sekalipun.
Kebanggaan terlahir dari rasa menikmati terhadap tugas. Dan akan sulit bisa
maksimal pada sebuah aktifitas bila tidak dinikmati. Kalau seorang ibu
dengan bangga menyebut dirinya sebagai ibu rumah tangga, ini artinya ia
menikmati kebersamaannya dengan anak-anak di rumah untuk memoles mereka.
Menikmati membuat ibu tidak mudah lelah. Ibu mempunyai tenaga lebih untuk
semua anak-anaknya. Dan memang diperlukan tenaga ekstra, energi ekstra untuk
menghasilkan generasi yang sholeh dan hebat. Di sinilah kuncinya. Jika sang
ibu terlihat sangat frustrasi mendengar tangis anaknya, melihat rumah yang
berantakan, keaktifan yang menimbulkan kebisingan, maka sang ibu akan
memilih untuk memantau anak-anaknya lewat telpon ke pembantu. Sang ibu akan
memilih pulang ke rumah saat anak-anak sudah tertidur lelap karena kelelahan
belajar sambil bermain. Ibu pulang dan semua sudah rapi. Tetapi ibu tidak
sadar bahwa hati anak-anaknya berantakan.
Seharusnya umat ini tidak terjebak pada perangkap yang telah mengikat kaki
para wanita di negara maju. Amerika, Eropa, Jepang adalah negara yang para
wanitanya mulai menjerit karena kelelahan di luar rumah. Mereka adalah orang
yang sangat merasakan nikmatnya duduk di rumah bersama keluarga. Tetapi itu
tidak sanggup mereka lakukan. Karena jebakan kemajuan dan tuntuntan kesamaan
tanpa batas itu. Sementara negara ini, mulai berjalan menuju jebakan itu.
Jika tidak hati-hati, hasilnya akan sama. Dan saat negara-negara maju itu
kelak mulai membenahi sistim kehidupan dengan mengembalikan para wanita ke
rumah, mungkin saat itu wanita negeri ini sedang menjerit-jerit karena ingin
kembali ke rumah. Selalu tertinggal.
Maka, sudah saatnya sebagai muslim yakin bahwa tidak ada aturan terhebat
tentang keluarga melebihi aturan Islam. Jika dikembalikan kepada Islam, maka
akan terlahir keluar sakinah mawaddah dan rahmah. Akan melahirkan generasi
yang menghadirkan cahaya bagi bumi ini yang telah membantu mengangkat dunia
barat dari lumpur ketertinggalan.
Inilah salah satu pemberitahuan Ilahi tentang tempat wanita,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ
الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآَتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ
الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا (33)
"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya
Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (Qs. al-Ahzab: 33)
Allah memberitahukan tempat utama wanita adalah rumah. Jangan dimaknai bahwa
Islam mengekang wanita. Karena langsung, pada kata setelahnya Allah ingin
mengisyarakat bolehnya keluar rumah. Tetapi harus dengan memperhatikan
penampilan yang tidak jahiliyah.
Jadi, para ibu sudah saatnya pulang..
Anak-anak menanti...
http://www.cahayasiroh.com/index.php?option=com_content
<http://www.cahayasiroh.com/index.php?option=com_content&view=article&id=122:ibu-pulanglah-ibu-1&catid=38:untukmu-muslimah&Itemid=69>
&view=article&id=122:ibu-pulanglah-ibu-1&catid=38:untukmu-muslimah&Itemid=69
CONFIDENTIALITY CAUTION: This message is intended only for the use of the
individual or entity to whom it is addressed and contains information that is
privileged and confidential. If you, the reader of this message, are not the
intended recipient, you should not disseminate, distribute or copy this
communication. If you have received this communication in error, please notify
us immediately by return email and delete the original message.
--
you have this email because you join to "aga-madjid" GoogleGroups.
to post emails, just send to :
aga-madjid@googlegroups.com
to join this group, send blank email to :
aga-madjid-subscr...@googlegroups.com
to quit from this group, just send email to :
aga-madjid+unsubscr...@googlegroups.com
if you wanna know me, please visit to www.facebook.com/aga.madjid
or add me in Yahoo Messenger at aga.mad...@yahoo.com or
add my twitter @aga_madjid
thanks for joinning this group.