*KETANGGUHAN *Jepang menghadapi tekanan tiga bencana besar sekaligus, yakni
gempa bumi, tsunami, dan radiasi nuklir, memukau dunia. Reputasi
internasional Jepang sebagai negara kuat mendapat pujian luas. Tak adanya
penjarahan menguatkan citra ”bangsa beradab”.

Pemerintah Jepang, Selasa (15/3), terus memacu proses evakuasi dan
distribusi bantuan ke daerah bencana yang belum terjangkau sebelumnya.
Seluruh kekuatan dan sumber dayanya dikerahkan maksimal ke Jepang timur
laut, daerah yang terparah dilanda tsunami.

Evakuasi korban tsunami berjalan seiring dengan evakuasi ribuan warga yang
terancam terpapar radiasi nuklir di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
Fukushima Daiichi, utara Tokyo. Prefektur Fukushima juga termasuk salah satu
daerah korban gempa dan tsunami yang terjadi pada Jumat lalu.

Televisi, media cetak, radio, dan situs berita *online *di seluruh dunia
telah merilis bencana itu. Hal yang mengagumkan dunia, seluruh kejadian
serta momen dramatis dan mendebarkan direkam televisi Jepang detik demi
detik, sejak awal gempa, datangnya tsunami, hingga air bah itu ”diam”.

Jepang lalu mengabarkan drama amuk alam yang menyebabkan lebih dari 10.000
orang tewas dan 10.000 orang hilang itu ke seluruh dunia. Meski sempat
panik, Jepang dengan cepat bangkit, mengerahkan seluruh kekuatannya, mulai
dari tentara, kapal, hingga pesawat terbang. Jumlah tentara dinaikkan dua
kali lipat dari 51.000 personel menjadi 100.000 personel. Sebanyak 145 dari
170 rumah sakit di seluruh daerah bencana beroperasi penuh.

Sekalipun kelaparan dan krisis air bersih mendera jutaan orang di sepanjang
ribuan kilometer pantai timur Pulau Honshu dan pulau lain di Jepang, para
korban sabar dan tertib menanti distribusi logistik. Hingga hari keempat
pascabencana, Selasa, tidak terdengar aksi penjarahan dan tindakan tercela
lainnya.

*Associated Press* melukiskan, warga Jepang tenang menghadapi persoalan yang
ditimbulkan bencana. Sisi lain yang diajarkan masyarakat Jepang ialah sikap
sabar meski mereka diliputi dukacita akibat kehilangan orang-orang terkasih.
Mereka sabar menanti bantuan. Pemerintah bisa lebih tenang untuk fokus pada
evakuasi, penyelamatan, dan distribusi logistik.

Bencana terbaru adalah bahaya radiasi nuklir akibat tiga ledakan dan
kebakaran pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi. Dari enam
reaktor nuklir, empat di antaranya telah bermasalah. Jepang belajar dari
kasus Chernobyl dan membangun sistem PLTN-nya lebih baik. Pemerintah
menjamin tak akan ada insiden Chernobyl di Jepang.

”Perserikatan Bangsa-Bangsa belum mengambil langkah-langkah selama belum ada
permintaan. Jepang adalah negara paling siap di dunia (menghadapi bencana),”
kata Elisabeth Byrs, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan
Kemanusiaan (OCHA), kepada *Reuters*.

Byrs melanjutkan, ”Jepang menanggapi tiga darurat sekaligus, yakni gempa,
tsunami, dan ancaman nuklir, dan melakukannya dengan sangat baik.”

Para *blogger *dan pengguna situs jejaring sosial berbahasa Inggris memuji
Jepang sebagai bangsa yang tabah (*stoic*) dan bertanya-tanya tentang
kemampuan bangsa lain, terutama di Barat, jika diguncang tiga bencana besar
sekaligus. Mereka memuji Jepang adalah sebuah bangsa yang hebat, kuat, dan
beretika.

Profesor Harvard University, Joseph Nye, mengatakan, bencana telah
melahirkan Jepang sebagai bangsa *soft power*. Istilah itu diciptakannya
untuk melukiskan Jepang mencapai tujuannya dengan tampil lebih menarik bagi
bangsa lain.

Saat bencana dan tragedi kemanusiaan mengundang simpati dari dunia Jepang,
citra negara yang tertimpa bencana jarang mendapat keuntungan dari bencana
tersebut. Pakistan, misalnya, menerima bantuan AS dan negara lain saat
dilanda banjir bandang tahun lalu. Namun, bantuan individu sangat sedikit,
yang disebabkan citra negeri itu di mata dunia. China dan Haiti juga
menghadapi kritik atas penanganan gempa bumi tahun 2008 dan 2009.

Menghadapi kebutuhan akan dana rekonstruksi skala besar, Jepang masih
menimbang tawaran internasional. ”Meski dilanda tragedi dahsyat, peristiwa
menyedihkan, ada fitur-fitur yang sangat menarik dari Jepang,” kata Nye
kepada *AFP*.
”Terlalu dini untuk memprediksi apakah mereka berhasil memulihkan ekonomi.
Tetapi, dilihat dari jauh, rakyat Jepang memperlihatkan ketabahan saat
krisis. Hal ini berbicara banyak soal Jepang di masa depan,” kata Wakil
Direktur Center for Strategic and International Studies Nicholas Szechenyi.

-- 
you have this email because you join to "aga-madjid" GoogleGroups.
to post emails, just send to :
aga-madjid@googlegroups.com
to join this group, send blank email to :
aga-madjid-subscr...@googlegroups.com
to quit from this group, just send email to :
aga-madjid+unsubscr...@googlegroups.com
please visit to www.facebook.com/aga.madjid,
add my Yahoo Messenger at aga.mad...@yahoo.com or
add my twitter @aga_madjid
thanks for joinning this group.

Kirim email ke