At 09:48 AM 10/19/2007, you wrote: >Harga minyak naik dalam us$. Saat ini us$ melemah thd euro. kalau patokannya >diubah ke euro atau mata uang lain yang lebih kuat. signifikan gak perubahan >harga minyaknya? > >Hal lain lagi, bagaimana bila harga standar suatu komoditas dipatok ke nilai >tukar emas saja? jadi indonesia terbebas dari kerugian nilai tukar > >salam > >-- >Sandy Wibowo
Saudara Sandy, Perdagangan harga minyak internasional saat ini memang lebih banyak menggunakan satuan penghitung US$ (walaupun ada juga kontrak minyak lainnya di luar market yang disettle dalam mata uang lain - semisal transaksi minyak Russia dengan pembeli Eropa yang dibayar dalam mata uang Euro - ataupun transaksi antara Iran dengan Jepang yang menggunakan pembayaran mata uang Yen, sekalipun harga minyak mentah internasional tetap di-quote (semisalnya WTI-Texas, Brent, ataupun Dubai Crude) dalam mata uang USD ). Tentang penguatan harga minyak versus pelemahan (atau penguatan) mata uang -- tentu bisa kita lihat sendiri bahwa harga minyak bergerak jauh lebih volatile daripada pergerakan harga mata uang. Namun begitu, betul yang anda katakan bahwa harga minyak bisa menjadi lebih murah bagi konsumen yang membayar dengan mata uang yang menguat terhadap USD - karena harga minyak menjadi terasa (sedikit) lebih murah. Tetapi pertanyaan selanjutnya tentu menjadi: Apakah hal tersebut juga menguntungkan pihak penjual minyak? Agak sulit menjawabnya - karena setiap penjual minyak punya kebutuhan produk non-minyak. Bila produk non-minyak tersebut (mulai dari benda tangible seperti gandum, kedelai, mobil, pesawat terbang, hingga instrumen investasi intangible seperti saham, dan obligasi) sedemikian banyak tersedia di pasar dalam mata uang dollar -- maka sang penjual minyak yang meminati pembelian produk tersebut - akan mengalami kerugian - karena terpaksa harus meng-convert kembali mata uang non-dollar yang diterimanya - untuk ditukar dengan produk yang dijual dalam US Dollar. Daripada repot-repot dan mengalami kerugian kurs - tentu mereka lebih cenderung menerima pembayaran dalam mata uang US Dollar untuk transaksi minyaknya karena memang nantinya akan ditukar dengan produk non-minyak yang transaksinya dibayar menggunakan US Dollar. Tentang harga minyak yang dipatok terhadap emas -- tentu akan mengalami kendala besar dalam soal penentuan harga. Mengapa? Karena harga emas pun bergerak lebih volatile daripada harga mata uang. Volatilitas menunjukkan discrepancy (kesenjangan) yang relatif besar antara supply dan demand. Di samping itu - volume emas di dunia sangat tidak mencukupi untuk bisa melayani seluruh transaksi global. Mungkin perlu kita ingat, bahwa transaksi forex global saja setiap hari volumenya mencapai USD 2-3 Trilyun. Anda bisa hitung sendiri berapa puluh ribu ton emas yang diperlukan untuk mem-backing transaksi sebesar itu dalam rentang waktu mingguan, bulanan ataupun tahunan. Jelas sangat tidak cukup. KALAUPUN tersedia volume yang cukup -- apakah ada yang sistem yang sanggup memonitor fisik seluruh emas yang tersedia demikian banyak demi memastikan bahwa emas tersebut sesuai standard (ukuran fisik serta kemurniannya). KALAUPUN tersedia cara untuk melakukan verifikasi demikian -- adalah sangat jelas bahwa supply emas di dunia bertumbuh sangat lambat. Bahkan lebih lambat daripada pertumbuhan penduduk dunia. Nah, kalau dibandingkan dengan pertumbuhan umat manusia saja sudah lebih lambat -- bukankah itu berarti menggunakan emas malah berarti secara sistematis meredam pertumbuhan perdagangan dan perekonomian dunia? Bukankah secara tidak langsung ini juga sama artinya dengan pemiskinan secara global? (karena ekonomi menjadi bertumbuh lebih lambat daripada pertumbuhan jumlah penduduk). Sedemikian banyak "kalaupun" sudah menggambarkan masalah dengan transaksi menggunakan emas. lahkan dikomentari atau ditambahi.