Prend, Benar juga sih ada ketidak adilan untuk orang kecil. Kalo lihat dari aspek jaminan aja, mereka mau pinjam pasti dimintai jaminan akhirnya cenderung lari ke tempat-tempat yang berbunga tinggi. Termasuk untuk kalangan bank bank syariah, memang mereka menghitung cost of fundnya masih cukup tinggi, gimana nggak tinggi wong benchmarknya masih bank konvensional. Tapi kalau dilihat dari sisi mekanisme dan jangka panjang, sistem syariah lebih menjanjikan kepastian (minimal tidak ada fluktuasi suku bunga) sehingga lebih memudahkan nasabah memprediksi kondisi likuiditas, baik untuk bisnis dan untuk konsumsi. Saya dan teman-teman, pernah punya pengalaman mengelola dana untuk konsumsi, tanpa bunga. Dana ini dikumpulkan dari infaq teman-teman. Ada periode yang kami namakan periode pengumpulan dana, dimana dana tersebut memang dikumpulkan saja di bank syariah dan tidak dipinjam-pinjam. kemudian setelah dana itu cukup, kami pinjamkan kepada yang butuh (umumnya kami izinkan hanya untuk biaya sekolah, medikal, menutup hutang yang berbunga tinggi), peminjam membayar tanpa bunga, kami minta kejujurannya dalam menghitung pembayaran, tapi kami batasi juga maksimal 1 tahun. Hasilnya :Dananya nggak pernah habis, malah ada yang simpati terus nambahin modal. Tidak ada persyaratan khusus, seperti pemilik dana harus pernah berinfaq dulu sebelumnya, persyaratannya cuma 2, jujur dengan kemampuan membayarnya dan komitmen bayar tepat waktu. Kami tanamkan kepada peminjam bahwa dana ini harus selalu kembali (tidak ada bad debt) agar bisa dimanfaatkan lagi oleh orang lain. Koperasinya teman saya juga punya pengalaman dalam memberikan dana kepada nelayan rumput laut, nelayan tersebut diberikan semacam pinjaman bibit, kemudian mereka harus menanam rumput laut di suatu area "penyemaian rumput laut", mereka diberikan asistensi teknik dan penyuluhan. kemudian setelah panen "koperasi" itu membeli hasil panen dari petani, sebagian hasil penjualan diberikan ke petani sebagian lagi digunakan untuk mencicil "pinjaman bibit". Hasilnya merugi, karena kehilafan pengurus, dan karena mental petani yang buruk, jadi hasil panen itu dipakai buat kawin lagi bukannya buat beli bibit baru. Buat saya ini pengalaman berharga, bahwa pinjaman untuk orang kecil itu bisa lebih murah kok, kalau semua punya komitmen dan memang kita sadar keuntungannya kecil dan jujur, BEPnya lama sih. Ada nggak pengusaha yang mau begini ? mungkin kita bisa mulai dari lingkungan-lingkungan kecil ya....
Poltak Hotradero <[EMAIL PROTECTED]> wrote: At 05:33 PM 1/24/2008, you wrote: >Ibu Alisya, > >Saya selidik tentang apa yang ibu sampaikan. Hitung2annya malahan tingkat >bagian untuk bank (di bank konvensional disebut bunga) justru lebih tinggi >bank syariah dibandingkan bank konvensional. Gampangannya coba lihat rate u >kpr di bank syariah. Lebih mahal. > >Kembali lagi ke selidik yang saya lakukan, bunga dari bank syariah lebih >tinggi karena berbagai alasan diantaranya, pasar uang syariah belum efisien, >belum banyak instrument keuangan u pasar syariah, dll. Praktiknya, menurut >marketer sebuah bank syariah, dia memang menjual uangnya dengan rate yang >lebih tinggi. Hiks. Dan ternyata pada tahun 2007 - perbankan syariah juga mengalami pertumbuhan NPL (Non Performing Loan) yang tinggi. Ini berarti ada indikasi para marketer bank syariah ternyata lebih agresif ketimbang treasury-nya -- atau mungkin bank syariah menjadi menarik bagi "kalangan-kalangan tertentu" yang justru beresiko tinggi secara finansial... Bila tidak ada pembenahan, ini berarti "bunga" bank syariah bisa melambung lebih tinggi lagi (dan menarik perhatian pihak yang beresiko lebih tinggi -- sebagaimana secara empiris digambarkan oleh teori Adverse Selection...) >Dz > >From: ><mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com>AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com >[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of alisya binti >Sholeh >Sent: 24 Januari 2008 16:17 >To: ><mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com>AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com >Subject: Balasan: [Keuangan] Fasilitas pendanaan buat orang kecil selalu >lebih mahal, tanya kenapa? > >Nah itulah resiko penggunaan pendanaan berbasis bunga.. Coba kalo pake >pendanaan atau pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (profit-loss sharing). >Kalo untung ya dibagi.. kalo rugi jg dibagi. Jika pengusaha untung besar, >pemilik dana juga kecipratan sedangkan kalo pengusaha untungnya kecil, bagi >hasil yang didapatkan pemilik dana jg kecil.. >Saya pikir hal itu akan terasa lebih adil.. > >Dikky Zulfikar <HYPERLINK >"mailto:dikkyz%40gmail.com"<mailto:dikkyz%40gmail.com>[EMAIL PROTECTED]> >wrote: Mohon pendapat rekan-rekan, apakah benar wong kecil selalu >diperlakukan >tidak adil dalam hal fasilitas pendanaan? > >Kredit Modal Kerja Pegadaian, Alamaak!! Jemitra --------------------------------- Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search. [Non-text portions of this message have been removed]