At 02:02 PM 5/14/2008, you wrote: >Bung Poltak, > >pendapat Anda benar, tetapi saya ragu dengan kapasitas kelembagaan kita. >Sebab yang harus bagi2 BLT adalah kelembagaan negara, tetapi dikita >sistem kelembagaannya dibanyak tempat balita. Dari sisi pemikiran >masyarakat dan parpol yang ada pemerintah saja (yang ada kantor2 >pemerintah, bukan kantor negara). Negara sebagai institusi pelayanan >publik belum mejadi infrastruktur yang effektiv. Akibatnya dana yang >harus dibagi seret alirannya dan kadang2 bocor di-mana2, karena bukan >dianggap hak penerima, tetapi sekedar belas kasihan. Sistem negara kita >balita bukan dari segi volume, tetapi dari segi pemikiran dan struktur. >Seringkali ada macam2 struktur tumpah tindih sampai ada masalah >kekurangan meja untuk tempat kerja pejabat. Dengan kata lain masalah >kita adalah macetnya reformasi birokrasi.
Bung Hok An, Saya pun punya keraguan yang sama terhadap kapasitas kelembagaan di negara kita, TETAPI kalau BLT sebagai sebuah bentuk subsidi hidup, harus dilakukan - maka memang lebih baik dalam bentuk tunai dan dibayarkan lewat kantor pos dan hanya bisa dicairkan oleh penerima bersangkutan yang identitasnya sudah tercantum dalam daftar penerima yang sudah disusun. Mungkin itu cara terbaik sekalipun tidak sempurna. Betul bahwa memang dana tersebut bisa saja bocor, dan pada program BLT yang lalu - hal itu pun terjadi. Tetapi ketimbang harus disalurkan dalam bentuk lain dan melewati birokrasi seperti yang ada seperti sekarang ini -- saya kira bentuk tunai masih lebih baik. Soal efisiensi kabinet rasanya sudah pernah saya tulis. APBN kita terlalu banyak habis untuk membayar PNS dan perlengkapan kerjanya.