Walah.didahului seniorJ. Mestinya yg muda2 seperti saya, lebih punya empati
dan semangat. Sayangnya, tanggal 15 Agustus kemarin ada acara keluarga,
karena, biasalah kumpul-kumpul pada minggu terakhir sebelum bulan puasa.

 

Tontonan tradisional ini mestinya lebih kita kembangkan, karyakan. Mosok 64
tahun merdeka secara politik, kesenian tradisional dan pekerjanya tidak
semakin merdeka.  

 

Terima kasih atas sharingnya pak Margana. 

 

Oka

 

PS.

Harus cari tahu, schedule after Lebaran nih.

 

 

 

 

From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
[mailto:ahlikeuangan-indone...@yahoogroups.com] On Behalf Of Margana
Sent: Monday, August 17, 2009 8:33 PM
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] OOT: Laporan: Senangnya Nonton Wayang Orang Bharata
8 Agustus 2009, "Gareng Kembar", Kalilio, Senen, Jakarta

 

  

Mas Oka dan mas Ari,

saya tertarik dengan laporan Mas Ari yang menonton wayang orang
Barata. Selama ini saya tak yakin, gedung di daerah kumuh dan hiduk
pikuk itu layak dikunjungi. Tapi, begitu saya membaca laporan mas Ari,
saya ingin membuktikannya.

Ternyata, laporan Mas Ari benar. Sabtu malam, tanggal 15 Agustus,
untuk pertama kali saya masuk gedung wayang orang Barata di kawasan
pasar Senen (jl, Gunung Sahari) setelah lebih dari 20 tahun.
Pertengahan tahun 1980-n, ketika saya masih berkantor di Majalah Tempo
di Pasar Senen, sesekali saya suka iseng jalan kaki nonton wayang
orang di Barata. Ketika itu, baunya apek, kursi jelek dan padat, dan
keluarnya harus lewat pintu samping. Jadi langsung lewat gang sempit
di tengah permukiman penduduk. Pemain dan permainan ketika itu sangat
konvensional dan tata sauranya tidak bagus. Penontonnya kelas bawah,
orang desa, dan kampungan. Ngrokok, teriak-teriak, dan lain-lain.

Ketika Sabtu lalu saya membuktikan 'testimoni' Mas Ari, perubahan
sudah berbalik 180 derajat. Penontonnya adalah kelas menengah, banyak
membawa anak-anak kecil, ada beberapa orang bule, banyak pula anak
muda. Mayoritas adalah usia 30-50 tahun. Yang di atas 50 th ada
beberapa. Penonton sopan, tenang, laras, menikmati....

Kursi bagus, gedung sudah direnovasi bersih, tidak boleh merokok
seperti 20 tahun lalu, AC oke, tata suara dan lampu juga bagus.
Pemaian dan permainan mengalami banyak kemajuan. Semua pemain utama
bisa melakukan dialog naratif dengan baik dan banyak pula yang mampu
olah vokal yakni berdialog dalam syair yang dilagukan,. Teknik perang
pun banyak variasi, walau tidak meninggal kekhasan WO yakni dalam
kerangka tarian.

Pakaiannya bagus, dan banyak pemain muda. Bahkan, ketika Sabtu lalu
menampilkan cerita Subali Leno, juga ditampilkan pemain anak-anak
dengan teknik salto dan tari yang lucu. Banyak anak-anak kecil yang
menonton tertarik dengan penampilan pemain bocah tersebut.

Sekali lagi, terima kasih Mas Ari. Berkat cerita Anda saya akhirnya
menonton WO Barata juga, setelah 20 tahun tidak pernah melongok gedung
itu, hahaaaa....

Margana.
.

2009/8/10 Oka Widana <oka.wid...@indosat.net.id
<mailto:oka.widana%40indosat.net.id> >:
>
>
> Saya forwardkan sebuah tulisan yang saya dapatkan dari Ari (moderator
AKI),
> termasuk komentar Ari yang orisinal dan penuh semangat. Saya forwardkan
> karena saya pencinta mati kesenian Indonesia. Kebetulan, masyarakat dimana
> saya berasal, termasuk yang sangat berhasil mempertahankan, mengembangkan
> dan menjual kesenian.
>
> Saya sendiri belum pernah berkunjung ke WO Bharata, dan dengan membaca
> tulisan ini (dibawah ada schedulenya juga) saya pastikan, saya akan
> mengunjunginya bersama pasukan (baca keluarga besar saya)
>
> Salam:
>
> Oka
>
> Ari AMS wrote:
>
> kali ini wayang orang,
> besok mungkin reog ponorogo,
> besoknya mungkin tonil, sandiwara a la nusa tenggara
> besoknya lagi mungkin malulo, menari dalam lingkaran a la sulawesi
tenggara
> ngga ngerti bahasa ? jangan takut.. ada running text-nya.. enggak kalah
sama
> tipi :)
>
> besoknya lagi bisa jadi main keroncong tapi lagunya lagu-lagu barat
> ps: meskipun sedikit sakit hati, tapi saya salut sama malaysia soal
> pembudidayaan --taneman kali ;p-- keroncong-nya. mungkin musik asli
> keroncong yang katanya campuran gambus dan entah apa itu, malah riang ato
> bersemangat.. kayak beberapa keroncong malaysia yang saya dengar.. who
> knows kalo ngga pernah dicoba.. hmm.. kata yang lebih tepat mungkin ngga
mau
> mencoba :(
>
> besoknya mungkin tarian zapin nan rancak, mulus bergerak tanpa kehilangan
> "watak" lelaki dalam gerakannya..
>
> masih banyak lagi dan masih banyak lagi.. kebudayaan kita yang begitu
banyak
> itu..
> persoalannya apakah masih ada yang mau menggali dan mungkin mengembangkan
> budaya kita sendiri supaya bisa bersaing dengan budaya pop
> ngga bisa dong hanya pasif dan bilang budaya daerah ngga mampu bersaing
> makanya kalah sama budaya pop, tapi tidak pernah melakukan upaya (atau
> minimal ikut mikir atau ngomong) apapun bagaimana cara supaya bisa tetap
> exist as it is, atau malah dimodernisasi sekalian..
>
> BR, ari.ams
>
> ---------- Pesan terusan ----------
> Dari: Dandossi Matram <dando...@gmail.com <mailto:dandossi%40gmail.com> >
> Tanggal: 10 Agustus 2009 08:59
> Subjek: [stan] Laporan: Senangnya Nonton Wayang Orang Bharata 8 Agustus
> 2009, "Gareng Kembar", Kalilio, Senen, Jakarta
>
>
> Sabtu, 8 September 2009, Setelah puluhan tahun tdk pernah lg nonton WO
> Bharata, hari itu, saya, istri, anak, ibu saya, dan saudara sepupu (8
orang)
> hadir menyaksikan "Gareng Kembar" di WO Bharata, Kalilio, Senen, Jakarta.
> Ini kesan2 saya:
>
> Kami semua kaget dengan kondisi Gedung yg jauh beda dgn jaman dulu. Tidak
> ada lagi suasana lusuh dan kumuh. Tdk ada lg kursi rotan, tikus, dan
nyamuk
> serta hawa panas yg pengap.
>
> Gedung yg bagus terasa cukup sejuk dgn AC yg lumayan banyak. Bersih,
nyaman,
> kursi empuk (walau jarak antar kursi agak mepet). Toilet terlihat bersih,
> terawat, kering, sabun ada, wangi dan tidak bau pesing sama sekali.
>
> WO Bharata, hanya menyajikan pertunjukan 1X dalam seminggu yaitu hanya
hari
> Sabtu Malam, jam 20.00 - 23.00. Prakteknya, pertunjukan baru dimulai jam
> 20.30 dan berakhir sekitar jam 23.00 sampai 23.30.
>
> Penonton malam itu penuh, khususnya di lantai 1. Di lantai 2 (balcon)
> terlihat bbrp penonton. Dibanding jaman dulu, jenis penonton juga beda.
> Kalau dulu audience adalah rakyat kebanyakan, malam itu mayoritas
> penontonnya lbh tinggi kelas hidupnya. Kelihatan berpendidikan, rapih2,
> terlihat bbrp penonton dr kalangan socialita yg biasa terlihat dimajalah2
> eklusive spt Ted Sulisto yg hadir membawa bbrp tamu2nya yg orang
asing.Saya
> jg lihat bbrp orang asing yg ikut nonton. Bnyk juga anak2 kecil dan anak
> muda yg ikut nonton.
>
> Dengan kapasitas kursi sekitar 200-an kursi (termasuk balcon), kursi
dibagi
> dlm kelas VIP Rp 40 rb (ada sekitar 5 atau 6 baris @16 kursi), kls 1 Rp 30
> rb, dan kls 2 dan balcon yg saya tdk tahu harganya.Tp walau duduk paling
> belakang jg tdk mslh, msh tertonton dgn baik dan sound system jg lumayan
> baik shgg tetap terdengar. Walau saya pesan sejak 3 minggu sebelumnya,
saya
> gagal dapat VIP, hanya dpt kelas 1.
>
> Mengingat yg hadir mayoritas kalangan menengah ke atas dan jumlah penonton
> yang diatas 90% dari kapasitas kursi, ada baiknya harga tiket dinaik-kan
> untuk dpt lbh mensejahterakan para pemain. Saya pikir harga tiket VIP bisa
> dinaikkan jadi Rp 75-100 ribu dan kelas 1 jadi Rp 50 rb.
>
> Suhu udara awalnya dingin, tp saat penonton penuh hawa agak hangat
sedikit.
> Mungkin krn pintu masuk terbuka lebar (tdk ditutup) shgg udara dingin AC
jd
> tdk optimal (saran: kalau bisa pintu luar ditutup dan gorden ditutup spy
jd
> dingin dan cegah nyamuk masuk). Ada baiknya ditambahkan bbrp kipas angin
> besar agar udara bisa lbh sejuk.
>
> Pertunjukan sgt menarik. Sayang dialog diawal antara Gareng dgn Istri
> terlalu panjang dan ber-tele2 shgg jd membosankan. Tp diluar itu keren
> sekali, jumlah pemain buanyaaak sekali ya ... Saya lihat ada pemain2 tamu
yg
> bermain saat Petruk bertapa. bagus tariannya dan sempat dpt aplause kecil
dr
> penonton.
>
> Rasanya pertunjukkan malam itu bagaikan menyaksikan masterpiece kesenian
> khas jawa yg susah kita bandingkan dengan menonton di TV, beda sekali
> rasanya. Bagus untuk mengenalkan kepada anak2 kita. Ada satu keponakan
saya
> (4 tahun), yg sangat antusias menonton, walau sdh kelelahan seharian
banyak
> acara, malam itu dia gagal tidur krn lbh tergoda menyaksikan pertunjukan
> dari pendawa lima, punakawan dan adegan peperangan yg keren .... Bahkan
dia
> ternyata menahan-nahan pipis krn tidak mau kehilangan sedetikpun
pertunjukan
> itu ....
>
> Pencahayaan juga bagus dan hidup. Suasana Gedung yg bersih terbantu krn
> suasana gedung yg terang (dipertahankan terus).
>
> Jarak antar kursi yg mepet akan lbh nyaman kalau bisa dimundurkan sedikit
> shgg bisa memudahkan penonton keluar masuk. Saat ini susah krn agak
sempit.
>
> Melihat animo penonton yg kelihatannya bagus, gak ada salahnya WO Bharata
> menambah jumat malam sbg malam pertunjukan, yg bisa dibikin sama diisi
acara
> WO, atau atau acara khusus ludruk, atau lawak, atau acara khusus dgn
bintang
> tamu, tentunya dgn harga tiket yg berbeda .... Atau bahkan sebagai hari
> pertunjukkan khusus bagi kelompok atau instansi atau komunitas tertentu yg
> ingin booking khusus menonton untuk kelompoknya ....
>
> Bagus2 juga kalau setiap pertunjukan ada brosur yg berisi sinopsis cerita
> baik dlm bhs indonesia dan inggris, ada isi nama pemain2nya (sebagai
> apresiasi), ada isi daftar judul pertunjukan2 berikutnya, yg bisa saja
biaya
> pembuatannya di sponsori perusahaan tertentu ...
>
> Tempat parkir saat itu terlihat penuh dgn berbagai macam kendaraan dari
> toyota alphard sampai motor, tp tersedia dgn biaya parkir Rp 5 ribu/mbl.
> Pelayanan parkir ramah jd gak usah khawatir dgn keamanan disana.
>
> Paling istimewa, kita bisa nonton sambil makan ketoprak (Rp 6 rb/piring)
yg
> bs dipesan dan diantar ke kursi kita. Ketopraknya sendiri enak, saya
nambah
> lho.
>
> Bagi yg tdk bs bhs jawa,tdk usah khawatir, mulai malam itu, sdh tersedia
> sinopsis (ringkasan cerita) dlm bhs Indonesia. Juga setiap adegan
> diceritakan di running text yg ada dibagian atas panggung dgn huruf yg
> besar. Bagus2 kalau ada bhs inggris supaya turis bisa ngerti jg.
>
> Wuiiih ... banyak sekali jadinya laporan berikut saran2 dari saya ini ya
...
>
> Yang pasti kami puas hadir menonton malam ini, kelihatannya kami akan
> sering2 hadir menyaksikan pertunjukan di WO Bharata ...
>
> Bagi yg belum pernah nonton, sangat direkomendasikan u/ mencoba menonton.
> Beda sekali koq kondisi WO Bharata saat ini .... Paling tidak, dicoba
saja,
> jangan ditunda-tunda. Kalau ingin tahu lebih banyak silahkan klik di
search
> FB "WO Bharata", disana anda bisa jadi member dan mengetahui lebih banyak
> judul2 pertunjukan ke depan ... Kalau mau beli tiket silahkan hubungi Mas
> Yunus - 08561211842. Tinggal pesan, lalu diambil dan dibayar saat
> pertunjukan atau setiap sabtu malam.
>
> Untuk judul pertunjukan kedepan adalah:
>
> 15 Agustus 2009 - Ramayana: Subali Leno
> 22 Agustus 2009 - Widoretno Larung
> 29 Agustus 2009 - Dewa Ruci
> 5 September 2009 - Begawan Dawala
>
> 12 September 2009 - Ramayana: Anoman Dhuta
> 19 September 2009 - Abhilawa
> 26 September 2009 - Gathutkaca Wisuda
>
> Apresiasi saya bagi semua pihak yg berusaha mati2an mempertahankan WO
> Bharata hidup terus menjadi tontonan yang menarik, dan itu pasti bukan
usaha
> yg tdk mudah, krn harus menggunakan hati .....
>
> Wassalam
> Dandossi Matram'81 (101/85)
> 8 Agustus 2009
>
> --
>
> .
>
>
<http://geo.yahoo.com/serv?s=97359714/grpId=10885136/grpspId=1705001222/msgI
> d=33530/stime=1249884049/nc1=4507179/nc2=3848644/nc3=5689660>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> 





[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke