Kasih koment lagi: Dulu, diawal reformasi dan tentunya diawal munculnya ide pemilihan langsung yang fair play, ada catatan-catatan khusu. Diantaranya undang-undang tentang pemilu, dan yang tidak kalah pentingnya waktu itu kebetulan muncul dari pemikiran pak Amin Rais yaitu: Pemilu yang fairplay harus di sertai dengan pendidikan politik kepada masyarakat (peserta pilih) sebagai center penentu munculnya dukungan terhadap suatu partai atau tokoh. Namun mengacu kepada pemilu 2009 lalu ("ditempat saya: kab.tbo-jb") justru praktik money politik, intimidasi dan adu-domba dan fitnah yang tidak edukatif justru menjadi menu utama prosesi pemilu ketika itu. Dan itu tentunya menjadikan pikiran peserta pilih menjadi tidak objektif dalam memberikan penilaian. Selain itu, sistim pemilu (tanpa gambar calon) yang tidak familiar ditengah masyarakat awam di daerah yang tingkat pengetahuannya masih cukup rendah.
Nah, dengan kondisi demikian maka tentunya kandidat terpilih juga lahir dari sistim, proses dan kondisi masyarakat yang masih prematur dalam hal politik. Yaitu mereka lupa/tidak mengetahui bahwa ternyata dalam praktik politik dan tokohnya tidak semuanya bersih, jujur dan idealis normatif. Salam Nazar On: Tebo-Jambi Nb: Dunia....andai kau bisa ku genggam, maka akan ku bawa kau ketelaga yang jernih, untuk ku cuci kotoran yang melekat akibat pemikiran, kreasi dan sistim kekuasaan yang terlalu ambisius (emosional) yang menimbualkan tindakan a-normatif. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Eko Prasetiyo <ekopraset...@...> wrote: > > Nah permainan politik yg tidak elok itulah yg dicoba diminimalisir > dengan pemilihan Presiden langsung. Sementara partai2 yg sekarang > melakukan manuver politik di senayan akan menerima hasil/hukuman dalam > pemilu berikutnya. > > Menurut saya pertarungan politik yg sebenarnya adalah tahun 2014 > nanti. Semoga dlm 5 tahun kedepan Indonesia bisa memiliki calon2 > pemimpin yg lebih baik dari generasi yg baru tentunya. > >