Hm...yang lebih baik adalah menata sistim politik dan ketatanegaraan itu dulu 
yang benar-benar nasional indonesia. Toh kita bisa lihat sendiri ketika politik 
bisa melabrak norma-norma/uu/kesepakatan-kesepakatan yang sudah dirumuskan 
sebelumnya. dan kita juga bisa melihat bagaimana bingungnya masyarakat mencari 
tokoh yang Bisa dipercaya sebagai panutan atau tuntunan. karena sistim negara 
dan politik di negeri ini justru membolak balik kebenaran, mengatakan tidak 
baik seseorang yang sebenarnya berkompeten. ya, penilaian tidak objektif itu 
penyebabnya. dan penyakit itu masuk ke setiap daerah-daerah. Maaf: contoh pak 
BJ. Habibi, (karena perilaku politisi) sempat dibilang tidak berkompeten, 
sementara di negeri tetangga dia diakui keahliannya. Ya, standar menilai 
orang-orang indonesia ini cenderung berdasarkan "like dan dislike" akibatnya 
tidak objektif. persis seperti tes-tes diberbagai instansi kenegaraan. mungkin 
karena Budaya kekeluargaan dan kebersamaan serta mata duitan yang terlalu 
tinggi sehingga penilaian objektif menjadi tereliminasi.

Salam
Nazar
On: Tebo-Jambi



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Wong Cilik <gajahpelan...@...> 
wrote:
>
> Seperti Cina... atau
> Seperti Brunei Darussalamm?
> 
> Maksudnya, ekonomi cina diperkirakan sudah menjadi ekonomi terbesar ke dua
> (atau 3) di dunia. Tapi secara orang perorang, 150juta jiwa (kira2 10%
> penduduk mungkin?) masih merupakan penduduk miskin dengan pendapatan perhari
> $1 per hari (280 ribu rupiah per bulan?). Pemerintahnya sih bisa arogan,
> tidak mengacuhkan saran internasional untuk meningkatkan HAM dan memilih
> bekerja sama dengan pemerintah diktator negara lain asalkan bisa beli minyak
> murah, batubara murah, dan besi murah? Merasa gagah sebagai pemerintah
> negara besar padahal pendapatan penduduk per kapita masih rendah?
> 
> Ataukah seperti Brunei atau Singapore? Negaranya kecil, total ekonomi GDP
> negara barangkali kecil tapi per kapitanya lebih baik tapi kalau hubungan
> luar negeri atau diplomasi sering dianggap gak ada saking kecilnya ekonomi?


Kirim email ke