Pak Hendro, Thanks tanggapannya,newbie yg berbobot kok Pak :-). Begini Pak,memang 8 ayat 2c tdk bisa utk non karyawati jika dipahami terkait Pasal 2 UU KUP.Tapi jika dikaitkan dg logika Ps 8 ay 1 di mana keluarga sbg satu kesatuan ekonomis mengecualikan penghasilan istri dr satu pemberi kerja,bisa dibuat penafsiran yg logis dan adil. Prinsip sy sederhana,keadilan.Asas pajak equality,maka atas taatbestand yg sama beban pajaknya jg harus sama.Krn jika tidak jd melangar asas pemajakan.Lagi pula,jika krn alasan administrasi berkonsekuensi beban pajak lbh tinggi,ini tdk selaras dg prinsip substance over form. Bagi sy hierarkinya seharusnya: -Pasal 8 ay 1 ini ontologis,krn mengatur ttg 'apa' -ayat 2 mengatur 'siapa' -ayat 3 mengatur 'bagaimana'
Tugas pemerintah menyusun penafsiran bukan penegasan.Mungkin hrs ada PP bukan SE,sbg jalan keluar bagi pemenuhan aspek keadilan. Argumen lain,dg asumsi tax evasion,karyawati tdk mgkn melakukannya krn tlh dipotong,beda dg non karyawati. Tp ini semua berujung pd pemahaman keliru soal Ps 2 UU KUP,seolah NPWP itu sekedar identitas tanpa implikasi. Tinggal mana yg bw manfaat lbh besar,krn kedua posisi memiliki alasannya masing2. Salam, Pras Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang! Membuat tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/