Sumber:
http://dendemang.wordpress.com/2008/01/10/federasi-teater-indonesia/

Pada malam penganugerahan FTI Award 2007 (Federasi Teater Indonesia) 
kepada Putu Wijaya yang berlangsung kemarin 9 Januari di Teater 
Studio Taman Ismail Marzuki, Ketua FTI Radhar Panca Dahana tampil 
diatas panggung memberi sambutan. Dalam sambutannya Radhar memaparkan 
pentingnya kolektivitas dalam melakukan pergerakan.

FTI lahir pada 27 Desember 2004 bersama 250 pekerja teater setelah 
berada dalam rahim sejak tahun 2000 dalam kegelisahan bersama akibat 
posisi teater Indonesia yang inferior ketika berhadapan dengan 
lembaga lain diluar teater.

FTI adalah lembaga yang didesign untuk dapat memberdayakan teater 
Indonesia dari sisi non-artistik yang pada gilirannya akan berdampak 
pada kualitas produksi teater itu sendiri.

Pemberdayaan teater melalui lembaga semacam FTI dirasa sangat penting 
dan strategis melihat indikasi rendahnya apresiasi publik pada 
teater, lemahnya posisi teater dalam relasi politik-ekonomi-sosial, 
kecilnya akses pada berbagai fasilitas sosial-ekonomi-politik, daya 
juang hidup teater yang masih individual dan kurangnya kolektivitas 
sebagai unsur penting dalam kemajuan teater.

Mungkin atas dasar ini para tokoh yang hadir di malam itu tidak hanya 
tokoh teater seperti WS Rendra, Didi Petet, Slamet Rahardjo, Garin 
Nugroho, Deddy Mizwar, Jajang C Noer, Rachman Arge, Ikranagara, Ria 
Irawan, Remy Silado, Butet Kertaredjasa atau Alex Komang, tapi juga 
hadir tokoh dari "planet" lain seperti Sutrisno Bachir (ketua PAN), 
Faisal Basri (Ekonom), Ebiet G Ade (Musisi), Muji Sutrisno 
(Rohaniawan) dan Ibu Aurora (Pemda DKI).

Untuk mengukur bagaimana tingkat pengetahuan, apresiasi dan harapan 
publik saat ini atas teater, FTI telah melakukan survey dari 500 
orang responden dengan komposisi wanita(33,3%), pria(66,7%) dari 
latar belakang mahasiswa(28%), pelajar(20%), wiraswata(16%), karyawan
(15%), guru(9%), tidak berkerja(7%), PNS(4%) dan ibu rumah tangga(1%).

Hasil dari survey tersebut mengungkap bahwa 95,6% dari responden 
mengenal teater dan sisanya tidak mengenal, 74,4% pernah menonton 
teater dan sisanya belum pernah, 43% menonton pertunjukkan teater di 
TIM (Taman Ismail Marzuki), 4,4% menonton di GKJ (Gedung Kesenian 
Jakarta), sisanya 52,3% menonton di tempat lain.

Kemudian seberapa sering responden menonton teater; 1,6% persen 
menjawab 1 kali seminggu, 8,9% 1 kali sebulan, sisanya 89,5 diatas 
satu bulan. Dari pertanyaan siapa tokoh teater yang mereka kenali 
jawabannya adalah: WS Rendra (50%), Putu Wijaya (25,6%), N Riantiarno 
(8,9%) lainnya (15,5%).

Yang menarik adalah 57,8% responden menjawab teater sudah berkembang 
di Indonesia padahal dibentuknya FTI justru karena perkembangan 
teater di Indonesia dirasakan mengalami stagnasi. Jadi pengetahuan 
masyarakat umum tentang posisi teater masih kurang. Ini karena 
konsepsi yang salah tentang teater.

Terbukti dari harapan para responden pada teater, 50% hanya berharap 
teater sebagai sebuah hiburan yang mencerahkan padahal teater bisa 
berperan jauh lebih dari itu. Bahkan 16% menjawab yang diharapkan 
dari teater hanya pertunjukan yang menghibur. Hanya 24% yang menjawab 
teater diharapkan bisa mengangkat derajat dan wibawa bangsa.

Pada sambutan Slamet Rahardjo dan Didi Petet diatas panggung yang 
disampaikan dalam dialog mereka berdua, bahwa teater adalah 
personifikasi kehidupan dimana imaginasi dimainkan. Tanpa imaginasi 
tak ada itu teknologi, jalan tol, gedung bertingkat, komputer, 
handphone dan segala macam hasil kebudayaan manusia.

Angka angka diatas bisa dijadikan salah satu tolok ukur kemajuan 
kinerja FTI. Semoga survey tahun depan bisa memberikan angka angka 
yang lebih menggembirakan asalkan FTI bisa bekerja dengan baik pada 
tahun 2008 ini.

FTI menjadi strategis bila misi yang dilakukannya berhasil, 
diantaranya memperjuangkan hak ekspresi dan hak kultural para pekerja 
teater, menyokong penciptaan, penerbitan dan penyebarluasan karya 
seni pertunjukan teater. Kegiatan yang digelar dalam rangka mencapai 
misi itu diantaranya Bulan Teater, Sayembara Naskah Drama, FTI Award 
dan refleksi tahunan FTI.

Selain kegiatan strategis juga ada program rutin seperti sosialisasi, 
penggalangan dana, kursus pelatihan manajemen dan pelatihan guru 
teatral bersama Depdiknas.

Menjadi anggota FTI bagi kelompok teater atau pekerja teater akan 
mendapat manfaat berupa dukungan manajerial dengan mengupayakan semua 
kebutuhan non-artistik berupa prasarana dan infrastruktur pertunjukan.

FTI akan menggunakan jaringan internal (komunitas teater dalam 
negeri) dan eksternal (komunitas teater mancanegara) sepenuhnya untuk 
mencapai misi yang ingin diraihnya.

Dengan selesai diselenggarakannya FTI Award 2007 yang menempatkan 
Putu Wijaya sebagai peraih FTI Award tahun 2007 maka satu misi 
strategis telah berhasil dijalankan dan semoga tahun tahun kedepan 
teater Indonesia lebih berjaya.

Bagi kelompok teater yang ingin bergabung berikut persyaratannya:

- Kelompok atau grup yang telah berdiri minimal 3 (tiga) tahun 
- Telah membuat produksi pertunjukkan sekurang kurangnya 3 (tiga) 
kali atau 1 (satu) kali dalam setahun 
- Memiliki anggota tetap minimal 10 (sepuluh) orang 
- Memiliki komitmen dan idealiasme, serta motivasi tinggi untuk 
belajar 
- Mengembangkan seni pertunjukkan 

Formulir pendaftaran bisa didapatkan dengan mengisi formulir 
pendaftaran dengan menghubungi nomor telephone 021 9827 5912, lalu 
mengirimkannya ke alamat sekretariat FTI JL Kebagusan Dalam 59, 
Jagakarsa, Jakarta Selatan atau kirim email ke ftindonesia [at] 
yahoo.com atau faks ke 021 7471 2992.

Salam

Wibisono Sastrodiwiryo


Kirim email ke