WARTAWAN JAKARTA TERLIBAT PEMBUATAN FILM DOKUMENTER FIKTIF! Ah, tidak terlalu mengagetkan Bung; bukankah "wartawan" sekarang seperti halnya guru bukan lagi sebuah profesi yang sarat dengan nilai-nilai luhur dan idealisme. Wartawan sekedar "buruh upahan" dari para kapitalis yang empunya media. Kalau sementara wartawan yang sudah "mereguk ilmu" Sang Majikan yaah biasa-biasa saja. Saya sebagai orang keturunan Jawa yang tinggal di Surabaya protes karena anda menggunakan istilah "JAWA" begitu sangat generik! Kalau mau lebih akurat dan tepat pakai istilah "JAKARTA" dengan konsisiten Bung! Sentralisasi pemerinthan Orde Baru selama 32 tahun yang dilanjutkan dengan "ORDE GORO-GORO" selama hampir 10 tahun membuat Jakrta menjadi segala-galanya. Pengaruh Jakarta begitu hebat! Lihat saja perkembangan bahsa Indonesia sebagai bahasa tutur. Generasi muda bangsa Indonesia tidak tahu lagi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar yang pernah dikumandangkan oleh Yus Badudu. Bahasa Indonesia adalah bahasa "Gaul Betawi Moderen atawa Jakarta kontemporer!". Ekses negatip lainnya tentu meruyak pula yakni apa yang disebut sebagai AROGANSI JAKARTA ! Ungkapannya adalah: "Jakarta knows better and Jakarta is always the best!" termasuk dalam membuat film dokumenter tentang Aceh! Lebih celakanya lagi film dokumenternya fiktip . Salam perjuangan Tjuk Kasturi Sukiadi
rom: husni arifin <[EMAIL PROTECTED]> To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 4, 2008 1:36:59 PM Subject: Re: [acehkita] PROYEK FILM DOKUMENTER BRR DIDUGA FIKTIF (Mereka yang terlibat) para wartawan jakarta ternyata... Nurdin Hasan <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: Bang Hasbi, Dendy & milisters Menurut DOKUMEN laporan dari intelijen Baghdad, tim yang terlibat dalam pembuatan film tersebut adalah: 1. Tiarma Siboro (The Jakarta Post) 2. Muhamad Arif Ibnu (INDOSIAR) 3. Imelda Sari K (SCTV) 4. Maya Dewi Suryani (Producer video) 5. Moriza Prananda (METRO TV) 6. Rachmat Mulia (SCTV or RCTI?) 7. Yahdi Jamhur (????) Begitu...... ..... Menurut laporan intelijen Baghdad, ke-7 orang tersebut adalah teman dari penanggung jawab program yaitu Kepala Sekretariat Deputi Kelembagaan & Pengembangan SDM yang ketika itu dijabat oleh Tedy J Sitepu... Mudah2an info ini bermanfaat. Salam, ----- Original Message ---- From: Hasbi Azhar To: [EMAIL PROTECTED] s.com Sent: Friday, February 1, 2008 3:15:00 PM Subject: Re: [acehkita] PROYEK FILM DOKUMENTER BRR DIDUGA FIKTIF(Bajingan) Bang Dendy, Kalau di BRR sudah biasa urusan seperti itu. Contoh lain seperti foto Essay juga harus orang Jakarta yang notabene sudah jago dan sok tau tentang ACEH. Tapi paling tidak si pemberi job kelak setelah BRR bubar bisa dianggap sebagai pahlawan oleh Teman, Kroni, Sohib dan Saudaranya yang di Jawa sano karena pernah memberikan proyek di Aceh. Dan soal NGO di Aceh kan hobinya pura2 mau pake tenaga lokal hanya untuk acuan dana dan strategi aja. Toh mereka juga manusia dan tidak semuanya pintar. Yang sok pintar dan mencari keuntungan di setiap proyek tsunami jelas banyak orangnya. Semoga saja proyek-proyek yang tidak jelas seperti FILM BRR yang diduga FIKTIF tidak melibatkan filmaker Aceh Asik... On Feb 1, 2008 2:33 PM, dendy montgomery wrote: > Ya.. aku dengar waktu itu juga produksinya di buat oleh filmaker luar > aceh, padahal di aceh sendiri sudah banyak sekali filmaker bagus. laporan > terakhir komunitas Aceh Movie Maker saja ada 20-an anggota di banda aceh > yang siap bikin film, itu belum termasuk komunitas film lainnya yang > tersebar di seluruh kabupaten kota. ada anggapan dari semua sponsor kalo > filmaker aceh di tuduh belum bisa membuat produk yang bagus.., padahal kalo > mereka mau sedikit membuka mata ada beberapa filmaker Aceh yang punya > prestasi luar biasa bahkan sudah mampu ber-afiliasi dengan jaringan televisi > penyedia tayangan documenter seperti National Geographic dan Discovery > Channel, belum lagi tv di asia sperti starnews asia dan channel news asia. > beberapa dari mereka sudah berhasil menembus jiffest dan yamagata film > festival di jepang bahkan sebelum Tsunami datang.. > > Sampai sekarang setahu saya para filmaker lokal hanya bisa jadi penonton > saja ketika puluhan production house luar aceh datang untuk bikin produksi > di aceh. padahal dengan segala pengetahuan lokal juga daerah domisili bisa > menekan budget re-search dan akomodasi selama produksi hingga > post-production yang juga bisa dilakukan di banda aceh. di banda sendiri > sudah banyak rumah produksi yang punya kemampuan dan studio editing yang > cukup mampu bersaing dengan studio editing di jakarta. tinggal bagaimana si > filmaker itu sendiri bisa menemani para editor untuk bisa merangkai bahan > mentah yang dimilki. > > saya ingat ada penyair aceh yang ikut jadi aktor di film TJOET NYA' DHIEN > dalam salah satu acara pemutaran film aceh di jakarta(saya kira panitia > jakarta terlalu berani mengklaim acara itu dengan acaranya orang ACEH karena > tidak melibatkan para pelaku film di aceh sendiri) penyair kebanggaan kita > itu menyebut bahwa film2 yang diputar saat itu sebagai SAMPAH. karena > menurut dia filmakernya sok tau! > > sebagai contoh kasus yang melibatkan saya sendiri(bukan ingin membanggakan > diri, tapi ini demi kemajuan filmaker aceh) Unicef bekerjasama dengan MILES > productionnya Riri Riza dan Mira lesmana pernah membuat satu produksi serial > film dokumenter yang di buat sendiri oleh anak-anak korban tsunami di > sebagian aceh pada 2006 yang melibatkan saya sebagai lokal partner. produksi > pertama itu hanya mampu menembus jiffest. setahun setelah itu Unicef jakarta > kembali menghubungi saya untuk membuat re-make dari film tersebut. film yang > saya produksi ulang dan saya sendiri menjadi cameramennya berhasil di > tayangkan di BBC world, CNN dan channel news asia serta SCTV sebagai tv > nasional pada peringatan 3 tahun tsunami kemarin.sebentar lagi film dengan > judul ACEH LIL' HEROES ini akan juga di putar di nat-geo. di luar kasus saya > juga banyak sekali senior maupun junior di dunia film aceh yang juga punya > reputasi excellent di bidangnya. jadi intinyanya tak perlu lagi bayar > mahal-mahal untuk > filmaker luar aceh yang selalu punya budget besar2an, yang daripada untuk > buat film bisa membuat puluhan keluarga korban tsunami yang tidak beruntung > tidak LAPAR selama sebulan dengan angka2 yang mereka ajukan seperti yang di > berikan BRR . jumlah seperti yang di temukan kawan dari harian aceh itu bagi > saya bisa dan cukup untuk bikin 15 film 24 menit dengan kualitas SUPER! > > menurutku dokumenter hanya sebuah pemaparan bukan solusi, kalau beberapa > diantaranya bisa menghasilkan solusi setelah di tonton barulah itu kita > sebut itu > keberhasilan dari sebuah film dokumenter. > > salam dariku.. > > Dendy F. Montgomery > anak muda keturunan Pidie yang lahir dan besar di kutaraja! > > jaka rasyid > wrote: > Laporan yang luar biasa, > > > > Hasbi Azhar > wrote: > ka lom, mangat that mita peng bak sagoe nyan... > > On Jan 31, 2008 10:05 AM, Mr Murizal wrote: > > > > > > > PROYEK FILM DOKUMENTER BRR DIDUGA FIKTIF > > > > Kamis, 31 Januari 2008 > > Banda Aceh | Harian Aceh—Proyek pembuatan film dokumenter bertema Potret > > Pilkada Aceh yang menelan dana DIPA 2006 sebesar Rp497.817.500 oleh > Badan > > Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias, diduga fiktif. Pasalnya, > film > > direncanakan tayang pada peringatan dua tahun tsunami, hingga kini tidak > > jelas. Anehnya, kasus pada 2006 tersebut sempat ditangani oleh Satuan > Anti > > Korupsi (SAK) dan Dewan Pengawas BRR. Namun, hingga kini belum ada > > kejelasannya. > > > > Menurut dokumen yang diperoleh Harian Aceh, proyek film dokumenter > dengan > > durasi tayang 20 menit itu bertujuan untuk memotret pemilih perempuan > dan > > pelajar dalam gambaran bagaimana mereka memandang Pilkada Aceh. Proyek > itu > > di bawah tanggung jawab Kepala Skretariat Kelembagaan dan Pengembangan > SDM > > di BRR Aceh-Nias yang saat itu dijabat Tedy J Sitepu. > > > > Dalam dokumen kerangka acuan kerja proyek itu yang didapat Harian Aceh > > disebutkan penayangan film ini direncanakan pada peringatan dua tahun > > tsunami. Sedangkan lokasi untuk pembuatan film itu dibagi tiga wilayah, > > yakni Banda Aceh, Samalanga Kabupaten Bireuen, dan Tapak Tuan di Aceh > > Selatan. > > > > Sementara untuk biaya produksi film yang diagendakan waktu 14 hari > > menghabiskan dana Rp497.817.500 dengan susunan lima agenda persiapan, > > yakni honorer tenaga kerja tujuh orang dan nara sumber Rp278. 817.500. > > Selanjutnya transportasi, akomodasi, dan konsumsi Rp22.200.000, tahap > > produksi Rp92.100.000, pengadaan jasa Rp93.500.000 dan pengadaan barang > > Rp11.200.000. > > > > Pencairan uang proyek atau SP2D dari KPPN dilakukan pada 26 Desember > 2006 > > dan 28 Desember 2006. Disebutkan, pada 26 Desember pencairan dilakukan > tiga > > tahap ke PT Pena Media Titian Kencana di Jakarta atas nama Indriati > melalui > > Bank BCA Jakarta dengan jumlah keseluruhan Rp73. 726. 800 untuk > pembayaran > > sewa peralatan pembuatan film. Pada tanggal itu juga SP2D dikeluarkan ke > > bendahara Satker untuk pembayaran honor tenaga kerja sebesar > > Rp267.6100.000, dan SP2D Rp36 juta ke CV Intan Sari Ren Car di Banda > Aceh > > untuk biaya sewa mobil tiga unit Kijang Innova selama satu bulan. > Sedangkan > > SP2D pada 28 Desember 2006 dengan jumlah Rp27.032.000 dicairkan ke PT > > Camilla Pruduction di Jakarta melalui rekening Bank BCA untuk pembayaran > > biaya pekerjaan editing. > > > > Kepala Satua Anti Korupsi (SAK) BRR, Yustra, mengaku kasus tersebut > pernah > > ditangani SAK, tetapi sebelum badan yang menangani masalah korupsi di > > lembaga BRR itu dipimpinnya. "Tahun 2006, kasus itu sudah ditangani oleh > > SAK, tapi saat itu belum ada saya di sini," katanya yang dihubungi > Harian > > Aceh tadi malam. > > > > Dia mengatakan kasus tersebut sudah sampai ke deputi kelembagaan, namun > > hingga tadi malam dia belum mengetahui sudah seberapa jauh penanganan > kasus > > tersebut. "Deputi kelembagaan sudah mengetahui kasus ini, mengenai > > kelanjutannya saya belum mengetahui, tapi nanti saya tanyakan lagi," > kata > > Yustra. > > > > Sementara juru bicara BRR, Mirza Kemala, mengatakan sampai sejauh ini > dia > > belum mengetahui perkembangan film dokumenter Pilkada tersebut. Namun, > dia > > mengakui kalau program pembuatan film itu ada pada tahun 2006. "saya > akan > > menelusuri lagi tentang keberadaan film tersebut," tandasnya.(rop) > > > > > > > http://harian- aceh.com/ index.php? option=com_ content&task= view&id=1442& Itemid=1 > > > > ------------ --------- --------- --- > > > > Real people. Real questions. Real answers. Share what you know. > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > > > > -- > .:: Hasbi Azhar ::. > +62 81269 20260 > > [Non-text portions of this message have been removed] > > Yahoo! Groups Links > > Jaka Rasyid > Blangpidie. Aceh. Indonesia > +628126952324 --------------------------------- Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. --------------------------------- Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers