Jurnal Sairara: 
   
   
  MUSIM SEMI  DAN SASTRA-SENI INDONESIA DI PARIS
   
   
  Musim Semi 2008 yang sudah memasuki kota sejak beberapa hari lalu,   disambut 
oleh Lembaga Persahabatan Franco-Indonesia "Pasar Malam", Paris,  dengan 
beberapa kegiatan sastra. Seperti diketahui, sejak berdirinya Lembaga ini yang 
selanjutnya kusingkat dengan "Pasar Malam", memang menggunakan pendekatan 
kebudayaan dalam mengembangnumbuhkan persahabatan antara kedua bangsa dan 
rakyat: Perancis-Indonesia. 
   
   
  Dengan pendekatan kebudayaan beginilah, Pasar Malam telah menyelenggarakan 
rangkaian kegiatan sastra-seni terencana dari tahun ke tahun.  Beberapa 
kegiatan sastra yang perlu dicatat adalah Hari Sastra Indonesia pada November 
2004, sebuah seminar tentang sastra Indonesia dalam hubungannya dengan sastra 
Perancis dan Belanda. Para pakar sastra terkemuka dari Belanda dan Perancis 
serta Joesoef Isak dari penerbit Hasta Mitra, telah berbicara.  Goenawan 
Mohamad yang juga diundang berhalangan datang karena pada waktu itu,  ia sedang 
mengikuti acara Ubud Writers and Readers. Hari Sastra Indonesia di Paris ini 
diselenggarakan dengan dukungan Menteri Kebudayaan Perancis, Dubes Perancis di 
Jakarta, Dubes Belanda di Paris dan berbagai sponsor lainnya. Semuanya 
diperoleh melalui lobbie kuat "Pasar Malam".
   
   
  Setahun kemudian, bekerja sama dengan Universitas Sorbonne, "Pasar Malam" 
menyelenggarakan seminar membandingkan dan melihat hubungan antara dua penulis 
terkenal André Malraux dan Eduard du Perron, serta hubungan mereka dengan 
Indonesiadan. Seminar bandingan dengan tema lain begini juga diselenggarakan 
oleh "Pasar Malam" bekerja sama dengan Senat. Dalam seminar ini dari Indonesia 
hadir Seno Adji Goemira dan Ayu Utami.
   
   
  Ayu Utami kembali datang ke Paris dalam rangka peluncuran "Saman" karyanya 
yang diterbitkan oleh Flammarion tahun lalu. Peluncuran dilakukan di Koperasi 
Restoran Indonesia dan mendapat perhatian besar. Berlangsung sampai tengah 
malam.  Debat tentang karya ini telah menyisihkan dingin musim ke pojok yang 
jauh. 
   
   
  Ketika Pramoedya A. Toer meninggal, menggunakan sebuah gedung bioskop publik, 
"Pasar Malam" telah menyelenggarakan pemutaran filem tentang Pram, dilanjutkan 
dengan dikusi tentang Pram dan karya-karyanya yang antara lain dihadiri oleh 
Dr. Sawitri Scherer, penyelamat naskah Gadis Pantai dari kelenyapan dan yang 
telah menulis tesis Ph. D-nya tentang Pram.
   
   
  Akhir Musim Dingin tahun ini,  "Pasar Malam" telah mengundang Tan Lioe Ie, 
penyair dari Bali untuk membacakan puisi-puisinya. Acara Tan berlangsung di 
Koperasi Restoran Indonesia Paris. Seperti diketahui "Pasar Malam" dan Koperasi 
Rstoran Indonesia Paris dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kebudayaan ini 
bekerjasama sangat erat karena pendekatan yang sama dalam memperkenalkan 
Indonesia kepada masyarakat Perancis.  Koperasi Restoran Indonesia dengan 
pendekatan ini telah melakukan berbagai kegiatan kebudayaan  secara mandiri 
selama seperempat abad lebih. Karena itu Yuli Mumpuni mantan Atase Pers KBRI 
Paris, sekarang Dubes RI di Aljazair menyebut Koperasi Restoran Indonesia di 
Paris sebagai "duta bangsa". Dan orang-orang Perancis menamakannya sebagai "le 
restaurant pas comme les autres" [restoran yang lain dari yang lain].
   
   
  Pasar Malam bekerjasama dengan Koperasi Restoran Indonesia dan kotapraja 
Paris VI, pernah menyelenggarakan pameran lukisan Pelukis Salim selama 
seminggu.  Seperti diketahui, Pelukis Salim sejak usia 17 tahun sudah menetap 
di Paris dan hidup sebagai pelukis profesional.  Tahun ini beliau berusia 102 
tahun.  Salim adalah seorang pelukis Indonesia yang langka. Sering terlintas 
padaku pikiran, mengapa tidak Indonesia membangun sebuah museum Salim. Ajip 
Rosidi telah menulis biografinya, sedangkan Sanento Yuliman alm. dengan bantuan 
Buyung Tanisan,  pernah mendokumentasi kehidupan beliau. Toeti Heraty disamping 
Ajip termasuk salah seorang yang banyak menyimpan karya-karya Salim mantan 
murid Ferdinand Leger, dan kenal baik dengan Picasso. 
   
   
  Kegiatan penting lain  di bidang sastra dari "Pasar Malam" yang berlangsung 
musim dingin tahun lalu adalah seminar banding bertemakan "masalah seks dalam 
sastra Indonesia. Dalam acara ini yang digunakan sebagai bahasan, terutama 
karya-karya penulis perempuan Indonesia seperti Dorothea Herliany, Ayu Utami, 
Djenar Maesa Ayu dan lain-lain...  Seminar banding ini diselenggarakan 
bekerjasama dengan L'Institut NĂ©erlandais , sebuah lembaga kebudayaan Belanda 
di Paris yang juga sangat akrab hubungannya dengan Koperasi kami.
   
   
  Dalam rangka memperkenalkan Indonesia dan mengembangkan persahabatan 
Perancis-Indonesia, "Pasar Malam" juga telah menerbitkan sebuah majalah bernama 
"Le Banian" yang ditopang oleh para Indonesianis Perancis dan negeri-negeri 
lain. Banyak artikel-artikel menarik dalam berbagai bidang tentang Indonesia , 
dengan acuan-acuan pendukung yang kuat, terdapat di Le Banian. Hampir semua 
penulis Le Banian adalah orang-orang yang sering menulis di L'Archipel, 
penerbitan akademi  dari L'Ecole des Haute Etudes en Sicences Sociales 
[L'EHESS] -- sebuah pendidikan tinggi yang telah menelorkan banyak 
tenaga-tenaga peneliti Indonesia , terutama di bidang ilmu-ilmu sosial.
   
   
  Hari Jumat 04 April 2008, menurut rencana, "Pasar Malam" kembali akan 
menyelenggarakan acara sastra menggunakan Koperasi Restoran Indonesia sebagai 
tempat kegiatan. Yang akan menjadi pembicara utamanya adalah penyair Sitor 
Situmorang. Sebelumnya, Sitor memang pernah datang ke Koperasi ini dan kukira 
secara pemikiran dan emosional Sitor mempunyai  keterkaitan dengan Koperasi 
Restoran Indonesia di Paris karena itu ia minta kegiatan untuknya dilangsungkan 
di Koperasi. Jauh sebelum kedatangannya di Koperasi kali ini, Sitor pernah 
membacakan puisi-puisinya bersama Rendra dan Radar Pancadahana.
   
   
  Setelah acara Jumat dengan Sitor ini, pada 09 April 2008 bekerjasama dengan 
IFEO [Institut Perancis Untuk Studi Negeri-negeri Timur] akan menyelenggarakan 
pertemuan dengan Goenawan  Mohamad dan Laksmi Pamuncak. IFEO mempunyai 
perwakilan tetap di Indonesia. Aku tidak tahu, apakah perwakilan tetap ini oleh 
pemerintahan Sarkozy yang banyak melakukan reformasi, masih tetap 
dipertahankan. Sebab menurut harian Katolik La Croix,  Paris, Sarkozy, presiden 
Perancis yang sekarang, akan mengurangi lembaga-lembaga kebudayaan Perancis di 
luar negeri. Jika hal ini benar terjadi maka aku hanya bisa menyayangkan, 
terutama untuk konteks Indonesia. Sebab  setelah berpuluh tahun mendorong 
Perancis mengintensifkan kegiatan kebudayaannya di Indonesia dan sekarang usaha 
itu memperlihatkan instensitasnya,  jika benar dilakukan pengurangan maka usaha 
puluhan tahun mendorongnya akan terasa seperti diabaikan atau  disetarakan 
sebagai kertas klad alias corat-coret. 
   
   
  Melalui kegiatan "Pasar Malam" dengan pendekatan kebudayaannya ditambah 
dengan pengalaman berpuluh tahun, juga pengalaman sejarah negeri mana pun, 
selama ini memperkenalkan Indonesia dan masalahnya, akan sangat heran jika ada 
yang masih meremehkan arti organisasi , entah apa pun namanya, dalam kegiatan , 
berkesenian. Joesoef Isak, Goenawan Mohamad,Tan Lioe Iie, Ayu Utami, Seno Adji 
Gumira, Pram, Sitor dan lain-lain... mungkinkah hadir di Paris tanpa 
organisasi?  Tanpa organisasi dan pengorganisasian, aku tak bisa membayangkan 
kegiatan berkesenian akan berkembang terencana, apalagi menciptakan suatu 
gerakan kebudayaan.
   
   
  "Pasar Malam" tentu saja tidak mempunyai niat mengembangkan gerakan 
kebudayaan di Indonesia kecuali menggalang persahabatan antara kedua negeri. 
Hanya saja melalui undangan-undangan terhadap sastrawan Indonesia  seperti yang 
dilakukan "Pasar Malam"  sampai sekarang, kukira akan berdampak positif dalam 
mendorong perkembangan sastra di Indonesia. Kiranya perhatian penerbit Perancis 
terhadap sastra Indonesia beerbahasa Indonesia sekarang, tidak lepas dari 
kegiatan "Pasar Malam". 
   
   
  Dalam hal ini,  yang aku ingin pertanyakan kepada "Pasar Malam", apakah tidak 
sebaiknya jika yang diundang bukan hanya penulis-penulis yang "bernama" dari 
Jakarta, tapi juga dari daerah. Untuk masa mendatang, kukira perhatian terhadap 
penulis-penulis daerah luar Jawa dan daerah perlu mendapat perhatian lebih dari 
"Pasar Malam" . Pengangkatan penulis-penulis daerah dan luar Jawa akan sejalan 
dengan pengembangan serta pengejawantahan sastra-seni kepulauan sesuai konsep 
republiken dan berkendonesiaan. Sekedar usul kepada "Pasar Malam" karena 
kuanggap lebih punya persektif dalam pengembangan sastra Indonesia daripada 
hanya membatasi undangan pada Jakarta dan Jawa.  Apalagi kukira perspektif 
Indonesia ada di daerah dan pulau-pulau. Untuk ini kukira sastrawan dari 
Makassar, Lampung, Riau, Medan, Kaltim, Timor Barat, Flores, patut mendapat 
perhatian. Sekali lagi sekedar usul. Aku memang memimpikan sastra Indonesia 
yang republiken dan berkeindonesiaan , yang bhinneka tunggal ika
 menjelma dari konsep menjadi kenyataan. "I have a dream" and this is my dream. 
Inilah mimpiku.*** 
   
   
  Paris, Musim Bunga 2008
  ----------------------------------
  JJ. Kusni, pekerja biasa pada Koperasi Restoran Indonesia di Paris.  

       
---------------------------------

Search. browse and book your hotels and flights through Yahoo! Travel

Reply via email to