Press release:


WAYANG LINTANG JOHAR 4

Pentas Keliling Dalang Bocah Malam Minggu Kliwon

Februari – Desember 2008



anak-anak:  masa depan  sumber mata air tradisi





Menindaklanjuti pentas keliling dalang bocah yang ke 5 ,  akan
menampilkan dalang cilik CENDHIKIA ISHMATUKA SRIHASCRYASMORO pada 31 Mei
2008, bertempat di Kampoeng Batik Kauman Solo,Jl. Wijaya Kusuma, pk.
19.00 wib.



Profil Dalang  Cilik



CENDHIKIA ISHMATUKA SRIHASCRYASMORO

Lahir di Solo, 5 September 2001, kelas 1 di SDN Tugu Jebres Surakarta.
Telah pentas medalalang sebanyak 11 kali. Semenjak umur 4 tahun sudah
terlihat bakat maupun minat terhadap seni pedalangan. Hal ini tidaklah
mengherankan karena dilahirkan dari keluarga seniman, yaitu bapak
Muryadi dengan ibu Retno Manik Trihapsari. Alamat: Perum Gulon Permai
Blok B V Jebres, Solo.



A. Latar Depan Wayang Lintang Johar

             Kuo Pao Kun (2001), tokoh teater modern Singapura,
mengatakan anda cukup beruntung menjadi bangsa Indonesia, bisa meminum
begitu banyak sumber mata air tradisi di Indonesia. Ungkapan  Pau Kun
tersebut cukup releven jika kita menengok bagaimana eksistensi seni
tradisi bagi anak-anak di perkotaan, khususnya Kota Solo. Ruang-ruang
publik kultural sebagai ruang bermain di perkotaan makin menyempit dan
nyaris punah, hanya ruang ekonomi makin dominan. Ruang bermain sebagai
ruang kreatif anak dalam proses interaksi sosial dan kultural dalam
kehidupan nyata sudah tidak natural. Budaya televisi telah memasuki
memori kolektif anak. dan berdampak menyeragamkan kreativitas.  Tontonan
TV menjadi panutan anak,  `idola' dan 'pengganti pengasuh
orang tua' dalam pendidikan anak, juga  menggantikan ruang bermain
yang tidak mendekatkan anak terhadap  alam sekitar. Secara psikologis,
membuat anak berjarak dengan realitas.

Wayang dengan banyak ragamnya, salah satu seni tradisional nusantara,
yang sangat  populer bagi masyarakat Jawa hingga kini dan juga   local
genius Kota Solo, meski telah diakui sebagai pusaka dunia (world
heritage) oleh UNESCO sejak 2003 – sudahkah mencapai esensinya
sebagai sumber mata air tradisi dalam kreativitas berkesenian di mata
anak-anak? Menurut Heri Hono, perupa kontemporer Indonesia, wayang
adalah kartun atau bentuk sederhana dari film kartun. Walaupun wayang
sudah akrab  dengan masyarakat Jawa melalui radio dan televisi, tapi
masih banyak anak-anak  masa kini mayoritas masih  menyukai  
tokoh-tokoh hero impor – superman, batman, spiderman dan kartun
Jepang yang menjadi idola. Misalnya, Gatotkoco masih kalah dengan
mereka, belum jadi idola anak-anak Indonesia. Apakah kita terus menunggu
bangsa lain yang terus menggali kekayaan local genius nusantara?

             Oleh karena itu, penting diadakan pentas Wayang Lintang
Johar, pentas anak-anak  dalam ekspresi pertunjukan  wayang kulit  dan
wayang bocah di ruang-ruang publik kota Solo tiap bulan sekali minggu
kliwonan (Februari - Desember 2008). Di sini mereka langsung bersentuhan
dengan realitas publik kota untuk mengundang publik apakah mereka masih
setia menjadi masyarakat pendukung seni wayang yang bisa mendorong
lahirnya kreator-kreator wayang masa depan. Ataukah anak-anak  kreator
wayang ini akan memasuki jalan sunyi di masa depan?  Kata `lintang
johar' disini bermakna dari dalang bocah akan lahir dalang masa
depan yang membangun dan mencipta tradisi – kata mencipta dan
membangun tersebut mengkristal menjadi `melestarikan'.  Artinya,
mereka mampu berproses, berkreativitas, dan melestarikan wayang sesuai
dengan perubahan zamannya dengan bertumpu pada akar local genius-nya.
Dengan demikian mereka di masa depan akan mampu memasuki dialektik
kebudayaan yang memahami tanda-tanda perubahan zaman. Jadi dalam Wayang
Lintang Johar ini berharap akan lahir bintang kecil tradisi, kreator
wayang masa depan yang lintas-batas. Anak-anak adalah masa depan sumber
mata air tradisi!





B. Tujuan

    1. Membangun dan mengembangkan otoritas imajiner kreativitas anak.
    2. Sebagai pendidikan informal untuk berproses, berkreativitas, dan
melestarikan wayang sesuai dengan perubahan zamannya dengan bertumpu
pada akar local genius-nya.
    3. Mendekatkan anak pada kekayaan tradisi dan pusaka budaya nusantara
sebagai sebagai sumber kreativitas.



C. Waktu & Tempat



16 Februari 2008.Pk 19.00 Wib di City Walk Depan Taman Sriwedari

22 Maret 2008.Pk 19.00 Wib di Halaman Pasar Nusukan

26 April 2008. Pk. 19.00 Wib di City Walk

31 Mei 2008.Pk 19.00 Wib di Kampung Batik Kauman



F. Penyelenggara:

Taman Budaya Surakarta bekerja sama dengan  Padepokan Seni Sarotama,
Mataya arts&heritage, dan Paguyuban Kampoeng Batik Kauman.



Contact person:

Heru Mataya 0816675808

Email: [EMAIL PROTECTED] <mailto:[EMAIL PROTECTED]> ,
[EMAIL PROTECTED] <mailto:[EMAIL PROTECTED]>



******





Kirim email ke