Press release:
WAYANG LINTANG JOHAR 5 Pentas Keliling Dalang Bocah Malam Minggu Kliwon Februari Desember 2008 anak-anak, masa depan sumber mata air tradisi Menindaklanjuti pentas keliling dalang bocah yang ke 5 , akan menampilkan dalang cilik ADAM GIFARI menampilkan lakon Seno Bumbu dan PRASETYO DUNUNG PANGGALIH menampilkan lakon Babad Alas Wanamarta pada 5 Juli 2008, bertempat di Perempatan Tugu Batik, Jl. Sidoluhur, Kampung Batik Laweyan, pk. 19.00 wib. Profil Dalang Cilik ADAM GIFARI Dilahirkan di solo, 13 September 1999. Putra H.Rhoma Irama dengan Ibu Gita Andini Saputri. Belajar mendalang semenjak usia 3,5 tahun di Sanggar Seni Sarotama. Saat ini kelas 2 di SD Al-Firdaus Surakarta. Tokoh idolanya Sunan Kalijaga. Tercatat pentas dalang sudah sekitar 34 kali. Pengalaman mendalang keliling Jawa: Tahun 2005 pentas Wayang Kancill: Jogja, Salatiga, Surabaya, Jakarta. Pentas Ekshibisi Lomba dalang Cilik se-Karesidenan Surakarta di Wonogiri (2005). Pentas Ekshibisi Dalang Cilik se-Kota Surakarta di Joglo Sriwedari (2006). Pentas duet 2 Kelir 2 Dalang: Pati, Malang, Wonogiri, Purwokerto (2007). Pentas dalang Bocah dalam Festival Budaya Jawa Tengah di RRI Semarang (2007). Pendukung kolaborasi wayang anak sebagai tokoh Guwarso dalam rangka Indonesia Performance Art Mart di ISI Surakarta sebagai tokoh Guwarso (2007). Pentas Wungonan Gubernur Jawa Tengah di Rumah Dinas Puri Gedeh Semarang, pentas Dalang Bocah pada Expo dan Bazaar 35 tahun perjalanan MTA Surakarta (Juli 2007). SINOPSIS 'SENO BUMBU' D ise buah desa Manahilan, hidup seorang demang (tetua desa) bernama Wijrapa. Ia memiliki anak bernama Rawan. Anaknya sangat berbakti pada orang tua dan rajin beribadah, sehingga disebut anak yang anneng anung gito. Rawan juga sangat disukai oleh teman-temannya, karena ramah dan baik hati. Pada suatu saat, punggawa (tentara) Kerajan Ekacakara memaksa Demang Wijrapa untuk dijadikan santapan Prabu Baka. Upaya Rawan yang gagah berani untuk menyelematkan ayahnya sia-sia bleka, karena ia tidka meiliki kekuatan untuk melawan para punggawa. Namun Rawan tidak putus asa. Dewi Kunti mengetahui hal tersebut kemudian mencari Rada Bratasena untuk menolong keselamatan Ki Demang. Melalui pertempuran yang seru, kahirnya Raden Bratasena berhasil mengalahkan Prabu Baka. Kematian Prabu Baka membuat negara Ekacakra kembali aman, rakyat hidup tenteram, damai dan sejahtera. PRASETYO DUNUNG PANGGALIH Lahir di Sukoharjo pada 5 Juni 1997. Siswa kelas 5 SD Kemasan 03 ini pernah menjadi juara III karawitan Porseni tingkat Jawa Tengah. Juara I Pekan Seni Karawitan 2007. Saat ini tinggal di Grantang, Kemasan, Polokarto, Sukoharjo. Pentas keliling Dalang Bocah 4 kota 2006: Pati, Malang, Wonogiri, Purwokerto. Pengendang terbaik Pekan Seni Jawa Tengah 2007. SINOPSIS 'BABAD ALAS WANAMARTA Sifat kemandirian perlu ditanamkan semenjak usia dini, hal ini tercermin pada Mahabharata dalam cerita 'Babad Alas Wanamarta'. Para Pendawa setelah terhindar dari malapetaka terbakarnya balai Sigala-gala akhirnya hidup di Hutan Ekacakra, tepatnya di Desa Soma Manahilan tinggal bersama Demang Wijrapa. Berita ini sampai pada Begawan Bisma dan atas kebijakan Prabu Destrarasta, Pandawa diberi Hutan Wanamarta. Dengan tekad yang membara dan penuh percaya diri Bratasena menyanggupkan diri untuk membangun negeri sendiri. Atas rahmat Allah swt, Bratasena berhasil membangun dan mewujudkan Negeri Amarta, yaitu negeri yang adil dan makmur. A. Latar Depan Wayang Lintang Johar Kuo Pao Kun (2001), tokoh teater modern Singapura, mengatakan anda cukup beruntung menjadi bangsa Indonesia, bisa meminum begitu banyak sumber mata air tradisi di Indonesia. Ungkapan Pau Kun tersebut cukup releven jika kita menengok bagaimana eksistensi seni tradisi bagi anak-anak di perkotaan, khususnya Kota Solo. Ruang-ruang publik kultural sebagai ruang bermain di perkotaan makin menyempit dan nyaris punah, hanya ruang ekonomi makin dominan. Ruang bermain sebagai ruang kreatif anak dalam proses interaksi sosial dan kultural dalam kehidupan nyata sudah tidak natural. Budaya televisi telah memasuki memori kolektif anak. dan berdampak menyeragamkan kreativitas. Tontonan TV menjadi panutan anak, `idola' dan 'pengganti pengasuh orang tua' dalam pendidikan anak, juga menggantikan ruang bermain yang tidak mendekatkan anak terhadap alam sekitar. Secara psikologis, membuat anak berjarak dengan realitas. Wayang dengan banyak ragamnya, salah satu seni tradisional nusantara, yang sangat populer bagi masyarakat Jawa hingga kini dan juga local genius Kota Solo, meski telah diakui sebagai pusaka dunia (world heritage) oleh UNESCO sejak 2003 sudahkah mencapai esensinya sebagai sumber mata air tradisi dalam kreativitas berkesenian di mata anak-anak? Menurut Heri Hono, perupa kontemporer Indonesia, wayang adalah kartun atau bentuk sederhana dari film kartun. Walaupun wayang sudah akrab dengan masyarakat Jawa melalui radio dan televisi, tapi masih banyak anak-anak masa kini mayoritas masih menyukai tokoh-tokoh hero impor superman, batman, spiderman dan kartun Jepang yang menjadi idola. Misalnya, Gatotkoco masih kalah dengan mereka, belum jadi idola anak-anak Indonesia. Apakah kita terus menunggu bangsa lain yang terus menggali kekayaan local genius nusantara? Oleh karena itu, penting diadakan pentas Wayang Lintang Johar, pentas anak-anak dalam ekspresi pertunjukan wayang kulit dan wayang bocah di ruang-ruang publik kota Solo tiap bulan sekali minggu kliwonan (Februari - Desember 2008). Di sini mereka langsung bersentuhan dengan realitas publik kota untuk mengundang publik apakah mereka masih setia menjadi masyarakat pendukung seni wayang yang bisa mendorong lahirnya kreator-kreator wayang masa depan. Ataukah anak-anak kreator wayang ini akan memasuki jalan sunyi di masa depan? Kata `lintang johar' disini bermakna dari dalang bocah akan lahir dalang masa depan yang membangun dan mencipta tradisi kata mencipta dan membangun tersebut mengkristal menjadi `melestarikan'. Artinya, mereka mampu berproses, berkreativitas, dan melestarikan wayang sesuai dengan perubahan zamannya dengan bertumpu pada akar local genius-nya. Dengan demikian mereka di masa depan akan mampu memasuki dialektik kebudayaan yang memahami tanda-tanda perubahan zaman. Jadi dalam Wayang Lintang Johar ini berharap akan lahir bintang kecil tradisi, kreator wayang masa depan yang lintas-batas. Anak-anak adalah masa depan sumber mata air tradisi! B. Tujuan 1. Membangun dan mengembangkan otoritas imajiner kreativitas anak. 2. Sebagai pendidikan informal untuk berproses, berkreativitas, dan melestarikan wayang sesuai dengan perubahan zamannya dengan bertumpu pada akar local genius-nya. 3. Mendekatkan anak pada kekayaan tradisi dan pusaka budaya nusantara sebagai sebagai sumber kreativitas. C. Waktu & Tempat 16 Februari 2008.Pk 19.00 Wib di City Walk Depan Taman Sriwedari 22 Maret 2008.Pk 19.00 Wib di Halaman Pasar Nusukan 26 April 2008. Pk. 19.00 Wib di City Walk 31 Mei 2008.Pk 19.00 Wib di Kampung Batik Kauman 5 Juli 2008, pk. 19.00 di Kampung Batik Laweyan F. Penyelenggara: Taman Budaya Surakarta bekerja sama dengan Padepokan Seni Sarotama, Mataya arts&heritage, dan Forum Komunikasi Kampung Batik Laweyan Contact person: Heru Mataya 0816675808 Email: [EMAIL PROTECTED] <mailto:[EMAIL PROTECTED]> , [EMAIL PROTECTED] <mailto:[EMAIL PROTECTED]> ******