Sampaikan kepada rekan

Cetak berita ini


REPUBLIKA 

 
Minggu, 06 Juli 2008

Pesta Penyair, dari Kediri ke Kualalumpur 



Sebuah pesta besar baru saja berakhir di Kediri, Jawa Timur. Nama pesta itu 
cukup keren, Pesta Penyair Nusantara 2008, sempena The 2nd Kediri International 
Poetry Gathering. Sesuai namanya, tentu, pestanya adalah pesta ala penyair yang 
penuh sentuhan sastra.
 
Suasana pesta mulai terasa pada acara pembukaan, di halaman Sanggar Mulang 
Sara, kampung Cakarwesi, pinggiran Kediri, pada 30 Juni 2008, yang didahului 
pawai budaya. Walikota Kediri, Maschut, membuka pesta dengan basmallah, dan 
penyair D Zawawi Imron memberi bobot dengan orasi budaya yang memukau.
 
Di Sanggar Mulang Sara pula lomba baca puisi tingkat nasional untuk siswa SLTA 
dan umum mendahului Pesta Penyair Nusantara (PPN) 2008. Lomba yang diikuti 95 
peserta dari berbagai daerah di Indonesia ini, untuk kategori umum, dimenangkan 
oleh Apito Lahire (Tegal, juara pertama), Nurkhalis (Madura, juara kedua), dan 
Nana Riskhi Susanti atau Nana eReS (Tegal, juara ketiga).
 
Suasana pesta makin terasa pada hari kedua, 1 Juli 2008 malam, ketika para 
penyair dan sastrawan yang hadir melakukan syuting untuk tayangan khusus di 
Doho TV di atas panggung artistik yang dilengkapi warung kopi. "Kita rekaman 
untuk tayangan tunda," kata Khoirul Anwar, ketua panitia pelaksana yang juga 
pengelola Sanggar Mulang Sara. 
 
( Catatan : akhirnya rekaman ditayangkan di layar Doho TV pada Sabtu 
malam/malam Minggu 5 Juli 2008 pada jam siar "prime time" ).
 
Di sela-sela dialog sastra yang dipandu presenter kocak Mbah Bejo, para penyair 
dari Indonesia dan Malaysia beradu kebolehan membacakan sajak-sajak mereka. 
Acara berlangsung santai dan gembira, namun tetap berbobot karena membicarakan 
berbagai persoalan sastra terkini. Peserta dari Kalimantan Timur yang diketuai 
H Darwis M Noor (ketua Dewan Kesenian Kaltim), sambil menari sesaat bersama 
Hany, sempat menyerahkan mandao ( senjata tradisional Dayak )  kepada Khoirul 
Anwar dan Dr Kemala sebagai cindera mata.
 
Suasana pesta kembali terasa pada malam penutupan -- juga di Sanggar Mulang 
Sara. Suasana acara penutupan bahkan mirip pesta hajatan pengantin atau 
sunatan, karena didahului dan diakhiri pertunjukan dangdut electon lengkap 
dengan goyangnya. "Saya sangat terharu atas sambutan masyarakat Kediri yang 
begitu ramah dan antusias," kata SM Zakir, Sekjen PENA Malaysia, pada sambutan 
penutupannya.
 
Sayangnya, tidak semua peserta -- sekitar 150 orang -- tampak hadir pada acara 
penutupan. Sebagian sudah pulang, dan sebagian lagi memilih beristirahat di 
penginapan karena kecapean sehabis mengikuti seminar dan musyawarah (gathering) 
hingga sore.
 
Seminar Para penyair dan pecinta sastra yang hadir ke PPN 2008 berasal dari 
Kediri, Madiun, Ngawi, Nganjuk, Pare, Blitar, Lamongan, Bojonegoro, Mojokerto, 
Malang, Probolinggo, Surabaya, Madura, Semarang, Ungaran, Tegal, Banyumas, 
Solo, Yogyakarta, Jakarta,Bandung,Bogor,Depok,Sumbawa, Flores, Balikpapan, 
Samarinda, Banjarmasin, Banjarbaru, Siak, Lampung, Pekanbaru, dan Makassar, 
serta Jepang dan Malaysia (Kuala Lumpur, Johor, Kelantan dan Sabah).
 
 

Tentu, tidak hanya untuk berpesta sastra para penyair dari berbagai daerah di 
Nusantara -- termasuk Malaysia – itu berkumpul selama tiga hari (30 Juni - 3 
Juli) di Kediri. Mereka juga mengikuti seminar internasional di kampus 
Universitas Islam Kadhiri (Unik), di kaki Gunung Klothok, tidak jauh dari Gua 
Selomangleng yang terkenal dan tercatat pada hikayat Panji Semirang dan Serat 
Babat Kadhiri.
Untuk diketahui,Hikayat Panji Semirang ini sudahpun menyebar ke seluruh 
Nusantara,termasuk Malaysia,Thailand,Kamboja dan Vietnam. Malahan di dalam 
negeri sendiri,Hikayat Panji Semirang ini tenggelam oleh seni-seni modern di 
televisi.
 
SEMINAR DAN MUSYAWARAH
 
Ada beberapa topik menarik yang diseminarkan selama dua hari, 1-2 Juli 2008, 
dengan menampilkan pembicara Dr Datuk Kemala, SM Zakir, Dr Mohammad Saleeh 
Rahamad, Dr Ibrahim Ghaffar dan Shamsuddin Othman (PENA Malaysia ), serta 
Ahmadun Yosi Herfanda, Viddy AD Daery, Diah Hadaning, Endang W, dan Korrie 
Layun Rampan (diwakili oleh Santinet).
 
Puncak acara PPN 2008 adalah Musyawarah Penyair Nusantara di Unik, pada 2 Juli 
2008 sore, yang dipimpin oleh Ahmadun dan Viddy,serta didampingi beberapa 
anggota Pengarah Panitia dari dalam dan luar negeri. Meski berlangsung agak 
alot, musyawarah atau gathering para penyair Nusantara ini akhirnya menyepakati 
beberapa keputusan.
 
Salah satu kesepakatan terpentingnya: Pesta Penyair Nusantara akan tetap 
dilanjutkan sebagai tradisi tahunan untuk ikut menggairahkan kehidupan sastra 
di Nusantara. Tahun depan, PPN 2009 akan digelar di Kualalumpur, Malaysia, dan 
PPN 2010 akan digelar di Balikpapan, Kalimantan Timur. Forum juga menyepakati 
SM Zakir sebagai ketua panitia pelaksana PPN 2009.
 
Beberapa penyair dan peserta yang sempat membacakan karya-karya mereka dalam 
pesta sastra ini, antara lain Dinullah Rayes, D Zawawi Imron, Diah Hadaning, 
Khoirul Anwar, Viddy AD Daery, Dr Kemala, Dr Ibrahim Ghaffar, Bagus Putu Parto, 
dan Herman Rante.
Pada hari terakhir, 3 Juli 2008, para peserta mendapat hadiah dari Bupati 
Kediri: diajak darmawisata ke Gunung Kelud dengan lima mobil dan sebuah bus. 
Usai berwisata, mereka pun berpisah, sambil mengucapkan, "Sampai jumpa pada 
Pesta penyair Nusantara 2009 di Kualalumpur." 
(ayh )


      

Kirim email ke