lubang bahasa dan retaknya bahasa
Posted by Hudan Hidayat on Sep 6, '08 10:04 AM for everyone

lubang bahasa bisa datang dari retaknya bahasa. tapi juga dari lubang kehidupan 
itu sendiri. gejes gejes meretak dari bahasa formal indonesia yang baku dan 
benar: adakah gejes gejes itu?

saya belum sempat melihat kamus bahasa indonesia. tapi dugaan saya gejes gejes 
adalah bahasa daerah mungkin jawa. gejes gejes memang adalah pendengaran kita 
terhadap lajunya kereta api: gejes, gejes, gejes.

begitulah kereta api melaju membelah perkotaan dengan kampung kampung yang 
padat, dengan ragam ragam kemiskinan yang bisa kita lihat dari rumah rumah 
kotak yang malang melintang di sepanjang sisian rel kereta. atau alam pesawahan 
dan hutan hutan yang kita lalui dengan kereta.

begitulah retaknya bahasa yang datang dari terbelahnya jiwa kita saat 
bersentuhan dengan dua fenomena hidup: kemiskinan dan keindahan alam. jiwa kita 
ditarik pada kegembiraan saat melihat alam yang indah, tapi membelah diri saat 
melihat rumah rumah orang miskin itu: jadi kecamuk kesal dan sedih.

maka dalam ucapan lisan bahasa yang meretak itu menjadi : oh indahnya alam 
penuh sawah sawah dengan padi padi melambai itu - seolah kekasih kita di 
pinggiran peron melambaikan tangan setelah lama menunggu kereta kita tiba: aduh 
belahan jiwaku, lama sudah kamu kutunggu.

atau retaknya bahasa dari cara kita menyusun huruf - seperti yang diperagakan 
oleh puisi langit paramesthi. di mana betapa huruf huruf yang disusun tidak 
sama tinggi memunculkan makna baru, meretak dari makna tekstual yang hendak 
dimaksudkannya.

saya tidak sempat lagi melihat puisi langit paramesthi, tapi untuk kebutuhan 
tulisan saya saat ini, saya akan mengutip dari dunia novel yang saya tulis 
dengan mariana, novel tuan dan nona kosong. di sana tuhan kami retakkan: huruf 
h nya dibuang, maka ia menjadi tuan (tuan hudan). maka makna tuhan menjadi 
manusia. tapi bisa dibaca juga sebagai sebuah kabar: betapa manusia bisa 
menjadi, atau belahan dari, tuhan itu sendiri. sebagaimana tuan kita pasangkan 
h nya lagi menjadi tuhan.

maka lihatlah bahasa yang retak itu, huruf, bisa bolak balik memainkan makna 
yang lain, untuk suatu saat lain, tapi kembali lagi menjadi artinya semula saat 
retakkannya kita tampitkan.

tapi retakan nya juga menunjukkan sebuah gejala bahwa tuhan adalah manusia atau 
manusia adalah bagian dari roh tuhan yang meretakkan dirinya ke dalam roh 
manusia.

dan itulah lubang bahasa. dan itulah retaknya bahasa.

dedy tri dalam cerpennya cincin kawin melakukan retaknya bahasa dan mencipta 
lubang bahasa, saat lelaki suami itu sejak awal cerita terhampar kepada kita 
sebagai lelaki setia dan sedang prihatin (karena itu sampai ia terpaksa menjual 
cincin kawinnya agar ia dan anak istrinya terus dapat hidup).

tapi lihatlah saat si rambut panjang ai asyiknya itu melambaikan rayuan dengan 
wangi rambut yang terhirup kepadanya, serta bisa pula kita tambah tambahi 
dengan imaji: sebagai seorang lelaki dan perempuan duduk dalam bus yang 
terguncang guncang asyik tersentuh ke kiri dan tersentuh ke kanan - agaknya 
sedikit tersentuh ke buah dada.

lalu sang suami berkata: boleh kenalan?

dalam bahasa ucap seperti itu, boleh kenalan seolah meretakkan bahasa 
sebelumnya yang ia sampaikan: lelaki prihatin yang setia dengan keluarganya 
sampai harus menjual cincin kawinnya.

tapi dengan begitu terciptalah lubang bahasa dari retaknya bahasa: lubang 
bahasa yang bisa kita masuki dengan imajinasi apa saja, mengapa sang lelaki 
begitu mudahnya tergoda dengan wanita.

hudan
Prev: celingkuh inna gejes gejes



      
___________________________________________________________________________
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Kirim email ke