JURNAL TODDOPULI:
 
 
KONGRES REIMS PARTAI SOSIALIS PERANCIS
- Tanda Dari Krisis Konsepsional?
 
 
 
Partai Sosialis Perancis [PSP], sebelum Perang Dunia II seperti halnya dengan 
semua partai kiri sejens, tadinya bernama Partai Sosial Demokrat Perancis, 
Waktu itu belum ada Partai Komunis Perancis [PKP] . Setelah kongres PSDP di 
Marseille yang membicarakan sikap terhadaap gerakan kemerdekaan nasional,  
Kongres terbelah dua: yang  menyokong gerakan pembebasan nasional dan yang 
tidak menyokongnya. Yang menyokong,kemudian menjadi PKP, sedangkan yang tidak 
menyokong menjadi PSP. Organ resmi PSDP pada waktu itu yang dipimpin oleh Jean 
Jaures bernaa L'Humanité dan sekaang menjadi organ PKP.
 
 
Setelah PD II, PSP dan PKP merupakan partai-partai berpengaruh di Perancis, 
terutama karena jasa jaa mereka dalam melawan pendudukan Nazi Herman. Hanya 
kemudian PKP makin melemah, terutama setelah runtuhnya Tembok Berlin. Sedangkan 
PSP tetap merupakan salah satu partai terbesar,berpengaruh dan terpenting dari 
golongan kiri, seimbang dengan partai terbesar kanan seperti RPR sekarang 
menjelma menjadi UMP dan menjadi partai berkuasa. UMP atau PSP serta 
partai-partai kiri lainnya silih berganti berkuasa. Partao-partai kiri dan 
kanan menguasai pemerintahansecara silih berganti karena memang kekuatan 
antara  "kiri" dan kanan boleh dikatakan 50:50 persen. Apabila partai-partai 
ini terpecah-belah, maka mereka akan mengalami kekalahan dalam pemilu,  Di 
faktor lain, berkuasa tidaknya partai kiri dan kanan, juga ditentukan oleh 
pilihan politik dan akibat pilihan politik mereka. Rakyat Perancis menghukum 
partai-partai ini melalui pemilu dan unjuk rasa. Menurut
 angka Majalah "Science Sociale",Paris,  jika dipukul rata , maka di Perancis 
terjadi unjuk rasa saban hari. Kontrol masyarakat yang terorganisasi terhadap 
janji pemilu sangat ketat.  Sampai-sampai Harian Katolik yang berusia sudaha  
lebih dari 100 tahun,  La Croix,  mengatakan bahwa  di negeri ini terdapat tiga 
kekuatan utama  yaitu pemerintah, pengusaha dan rakyat yang teroganisasi yang 
disebut dengan istilah partner sosial. Organisasi para majikan,sebagai 
organisasi dari para pengusaha dan majikan,  yang sekarang,  juga sudah 
menyadari akan hal ini, sehingga dengan tujuan agar masyarakat terkelola baik, 
ketua organisasi para majikan/pengusaha yang sekarang sangat mempertimbangkan 
unsur patner sosial ini. Tanpa menyertakan patner sosial dalam masalah 
pengambilan keputusan di berbagai bidang, maka  tidak akan ada ketenangan 
dalam masyaraka. Produksi bisa mandeg dan negeri akan mengalami kerugian sangat 
besar di berbagai bidang. Bisakah
 dibayangkan bahwa pernah bahwa Paris pernah dikepung dan lumpuh karena 
kepungan para petani yang unjuk rasa, pernah macet karena mogok para sopir 
kendaraan berat yng memblokade tol-tol di sekitar Paris, sehingga tentara harus 
turun tangan untuk membuka blokade tersebut? Contoh ini kukemukakan untuk 
memperlihatkan pengaruh dan peran kontrol masyarakat yang terorganisasi 
terhadap penyelenggara negara dan partai-partai politik. Dan benarkah kontrol 
masyarakat begini merupakan suatu tingkat demokrasi yang telah dicapai dan 
dikhayati? Tingkat kesadaran  politik akan hak dan wajib, sebagai hasil dari 
suatu proses panjang semenjak anak-anak masuk sekolah? Kalau penglihatan saya 
benar, maka masalah kesadaran politik, berjalan sehat tidaknya demokrasi, 
kontrol sosial, erat kaitannya dengan masalah pendidikan. Warganegara tidak 
menjadi alat jinak [docile tool] menyelenggara negara, tetapi adalah 
warganegara yang berpikir. Karena itu hak mengungkapkanan diri
 disadari sebagai hak warga negara yang tidak bisa diusik-usik. 
 
 
Barangkali keadaan ini pula yang menyebabkan bahwa  baik pada partai kiri atau 
pun kanan, tanpa kecuali,  selalu terdapat kelompok-kelompok pendapat. Di PSP 
misalnya, sebagai satu partai terdapat tujuh kelompok pendapat dan grup atau 
aliran yang disebut sebagai "tujuh gajah".  Dalam Kongres Epinay, di bawah 
François Mitterrand, "tujuh gajah" berhasil disatukan dan kemudian pada buan 
Mei 1981, PSP bersama-sama partai-martai kiri lainnya berhasil memenangani 
pemeilihan umum presidensial dan parlemen..Tapi dalam kongres Rennes, "tujuh 
gajah" ini tidak berhasil mendapatkan kesepakatan sehingga Kongres berakhir 
tanpa menghasilkan sebuah resolusi apa pun. Kemudian Lionel Jospin datang 
menyatukan mereka dan berhasil memenangi pemilihan umum untuk Parlemen sehingga 
Lionel Jospin ditunjuk oleh Presiden Jacques Chirac menjadi Perdana Meenteri. 
Pemerintah kohabitasi pun lahir. Kohabitasi antara partai-partai kiri dan 
kanan. Presiden berada di tangan
 partai-partai kanan, sedangkan pemerintahan dipegang oleh partai-artai kiri, 
dengan PSP sebagai partai intinya. Kohabitasi terjadi karena baik partai kiri 
atau pun kanan pada waktu itu berpegang kokoh pada 
ketentuan-ketentuanKonstitusi dan tidak ada yang mengusulkan perobahannya. Di 
negeri ini, agaknya apa yang disebut hukum ,disadari benar arti pentingnya dan 
menjadi pegangan semua warga negara. Apabila orang Perancis mengatakan :"Cest 
la loi",  itu sudah merupakan ketentuan hukum, maksudnya aturan hukum itu 
berlaku pada siapa pun dan semua orang wajib mematuhinya,  Atas dasar hukum 
inilah semua orang hidup dan menggugat siapa pun yang melanggarnya, tanpa 
peduli apa pun kedudukan mereka. Presiden pun digugat walau pun selama menjadi 
presiden, ia tidak bisa dijadikan saksi atau dibawa ke depan pengadilan. Ia 
dibawa ke depan setelah ia tidak menjadi presiden lagi, seperti yang terjadi 
pada Jacques Chirac. Sedangkan untuk tingkat Perdana Menteri,
 kekebalan hukum yang dimiliki oleh Presiden tidak dipunyainya. Apalagi para 
menteri. Tidak sedikit para menteri yang karena terbukti salah,  oleh 
pengadilan langsung dikirim ke penjara. Ada juga yang langsung berhenti sebagai 
menteri. Sedangkan alat negara seperti polisi dan tentara yang mencederakan 
para pengunjuk rasa, lebih-lebih yang mengakibatkan kematia, pasti akan segera 
diusut dan dijatuhi hukuman.
 
 
Sejak pemilihan umum presidensial 2002, PSP dan partai-partai kiri tidak 
berhasil keluar sebagai pêmenang oleh perpecahan dalam tubuh partai-partai itu, 
terutama PSP. Perpecahan ini dalam Kongres Reims beberapa hari lalu makin 
menjadi-jadi saat Kongres memilih sekreataris jenderal baru menggantikan 
François Hollande, senkjen yang lama. Yang bersaing untuk kedudukan ini pada 
pemilihan ronde kedua, adalah Segolène Royal, mantan calon  Presiden PSP dalam 
pemilu 2005, Martine Aubry, walikota Lille. Kedua-duanya mantan menteri pada 
kabinet Lionel Jospin. Pemilihan dimenangkan oleh Matine Aubry dengan kelebihan 
42 suara atau 0,04 persen. Kemenangan yang oleh kelompok Segolène Royal dituduh 
sebagai hasil "kecurangan". Grup Royal meminta kepada Pimpinan Pusat PSP untuk 
melakukan pemilihan ulang serta bersiap-siap untuk mengajukan kelompok pemenang 
ke pengadilan negeri. Terhadap ide ini, keua grup PSP di Parlemmen,Jean-Marc 
Ayrraut,  menegaskan
 ketidaksepakatannya. "Masalah Partai tidak seharusnya diselesaikan melalui 
pengadilan, melainkan di dalam Partia. Untuk itu François Holland sebagai 
sekjen perlu memandbila langkah darurat agar PSP lepas dari kesedihan besar 
[grande tristesse] ini". 
 
 
Pemilihan sekjen PSP ini menarik perhatian masyarakat dan semua partai politik 
karena pengaruhnya akan berdampak nasional secara politik. Kongres Reims PSP 
yang baru berakhir Sabtu lalu  juga sangat mendapat perhatian dari pemerintah 
dan UMP sebagai partai berkuasa, karena seperti dikatakan oleh Presiden 
Perancis, Nicolas Sarkozy: "Jangan sampai ada terjai oposisi yang 
terorganisasi. Jika tidak ada oposisi terorganisasi maka pemerintah akan lancar 
menjalankan program reformasinya". Untuk memecah PSP maka begitu ia menjabat 
presiden, Sarkozy menarik beberapa tokoh penting PSP seperti Jack Lang, Jean 
Strauss-Kahn , Bernard Kouchner dengan memberikan mereka pos-pos penting.
 
 
Sebelum pemilihan,  kepada para anggota disodorkan tiga konsep kemasyarakatan 
integral yang kemudian bakal menjadi arahan PSP  dalam berkegiatan. Segolène 
Royal menginginkan masyarakat partisitpatif dan beraliansi dengan Modem 
[Movement Democratique],  partai sentris yang dipimpin oleh François Bayrou, 
walikota Paris, Bertrand Delanoê mengajukan konsep "sosial-liberal" dan Benoit 
Hamon menyodorkan konsep bersandar pada partai-partai kiri. Waktu itu, Martin 
Aubry masih raguu-ragu apakah mencalonkan diri sebagai sekjen atau tidak. 
 
 
Konsep Royal mengungguli dua konsep lainnya. Tapi konsep Royal ini oleh 
"gajah-gajah" lainnnya dituduh sebagai konsep kanan dan Segolène Royal dituding 
sebagai sayap kanan PSP. Maka "gajah-gajah" bersekutu membangun "Aliansi Anti 
Royal". Hanya dari kemenangan Martin Aubry yang hanya 42 suara, bisa dilihat 
bahwa dari kemenangan 0,04% ini dan secarai wacana konsep Royal unggul, 
pemikiran aliran Royal tidak bisa dipandang enteng. Ia juga memperlihatkan 
kecenderungan pemikiran baru di dalam PSP, sekaligus menunjukkan tendensi 
pimikiran dalam masyarakat Perancis. 
 
 
Dalam pengumpulan pendapat umum di tengah-tengah krisis finansial beberapa 
waktu lalu, mayoritas masyarakat Pzerancis menyatakan tidak ingin putus total 
dengan kapitalisme, hanya bagaimana kapitalisme itu dijinakkan. Sementara 
minoritas mengatakan harus putus total, pendapat yang menjadi dasar naiknya 
popularitas partai-partai kiri ekstrim, pada saat partai ekstrim kanan Front 
Nasional yang berkecenderungan neo-Nazi mengalami kemerosotan drastis. 
 
 
Partai-partai kiri agaknya mengalami kesulitan dalam menawarkan konsep 
masyarakat alternatif integral ketika partai-partai kanan pun menggunakan 
jargon-jargon kiri dalam program pemilu mereka. Keadaan yang membuat masyarakat 
bingung. Bahkan ada pertanyaan cukup santer terdengar sampai ke kalangan para 
cendekiawan: "Apa gerangan beda kiri dan kanan sekarang?"
 
 
Barangkali krisis konsep alternatif yang tanggap dan apresiatif inilah yang 
menjadi masalah mendesak Perancis sekarang, termasuk di dalam PSP. Kongres 
Reims, hakekatnya adalah usaha mencari alternatif tanggap apresiatif ini juga. 
Hanya  dari tiga konsep yang disodorkan kepada-kpara anggota, nampaknya 
kecenderungan sosialisme lama makin dtinggalkan. Lebih-lebih jika memperhatikan 
usulan "sosial-liberal" Bertrand Delanoê, atau konsep aliansi ke sentris dari 
Seglone. Masalah peran penting mendesak masalah konsep ini, karena ia merupakan 
pegangan dalam menata masyarakat sesuai dengan nilai-nilai "kebebasan, 
kesetaraan dan persaudaraan" yang masih merupakan motto utama Republik 
Perancis. Kemerosotan drastis PKP juga tidak lepas dari ketidakmampuannya 
menjawab zaman secara tanggap dan apresiatif.-Dalam keadaan begini, pers negeri 
ini secara malu-malu melirik Repulik Rakyat Tiongkok yang di sini sejak lama 
kurang populer di kalangan para politisi tapi mereka
 tidak mampu mengabaikannya.
 
 
Melalui pemilu-pemilu di Perancis dan kongres-kongres partai politik, termasuk 
Kongres Reims PSP baru-baru ini, saya melihat arti dan hubungan konsep dengan 
pemberdayaan dan pembangunan masyarakat. Konsep adalah orientasi. Pedoman 
bertindak secara sadar ditengah kompeksitas masyarakat. Oleh keadaan 
bahwa tidak ada konsep yang siap pakai, kompleksitas ini makin menjadi dan 
memaksa kita untuk berani berpikir dan bertindak , tak segan mengkoreksi 
kesalahan. Nilai-nilai  republiken hanyalah rangkaian nilai umum yang kemampuan 
mengejawantahkannya secara nyata.Untuk mencari jalan pengejawantahan ini maka 
debat ide makin menghangat. Adanya debat ide yang sehat ini saya ikuti dengan 
penuh perhatian semenjak bertahun-tahun sebagai sebuah ruang kuliah tersendiri. 
Debat ide  sangat membudaya di negeri ini dan oleh Mohammad Arkoun, seorang 
Islamolog terkemuka Perancis dari Sorbonne III,  disebut sebagai salah uncur 
penting untuk kemajuan dunia Barat. ***
 
 
Perjalanan Kembali , Musim Dingin 2008
--------------------------------------------------------
JJ. Kusni  


      Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/

Kirim email ke