>
>
>
>
> Maaf sekedar informasi sekaligus promosi
>
>
>
> Salam TAPIAN
>
>
>
> Bagi masyarakat Batak,
> Sisingamangaraja XII adalah heroisme sekaligus spiritualisme. Mereka
> bangga
> mengenang Baginda Raja yang bisa bertahan sampai 30 tahun dalam memerangi
> sang
> penjajah bermata putih, sibottar mata.
> Belanda! Raja yang bersumpah lebih baik mati daripada menerima kata damai
> dan
> tawaran menjadi sultan, asalkan dia berpangku tangan  melihat tanah dan
> kaumnya ditindas. Dia adalah juga seorang malim, orang suci, yang menjadi
> penghubung hati orang-orang Batak dengan sang maha pencipta mereka, Debata
> Mulajadi Na Bolon.
>
>             Sisingamangaraja XII diangkat pemerintah sebagai pahlawan
> nasional. Tetapi, bukan semata-mata karena itu TAPIAN dalam edisi
> (kepahlawanan) November ini menyajikan tulisan agak panjang mengenai tokoh
> legendaris dari Bakkara itu. Yang layak diingat adalah bahwa dia tak pelak
> lagi
> merupakan pejuang yang telah memberikan sumbangan yang tak diragukan lagi
> dalam
> perlawanan terhadap penjajah Belanda. Sementara predikat yang sama mungkin
> saja
> telah jatuh kepada seseorang yang justeru telah melancarkan invasi
> terhadap
> etnis lain, dan dengan demikian memberikan kemudahan kepada Belanda untuk
> menguasai Nusantara. Artikel dengan judul ”Warisan Raja Namaruhum,
> Namarhatua” kami berharap agar beberapa warisan-warisan dari
> Sisingamangaraja XII dapat terus dirawat. Warisan yang tidak hanya
> berbentuk
> fisik melainkan berbentuk warisan hukum dan gerakan spiritualitas
> Parmalim.
> Tulisan utama Sisingamangaraja XII di edisi November ini tidak hanya
> menceritakan
> proses perjuangannya melawan kolonial, tapi juga dibalik semua itu ada
> petemanan yang indah antara etnis Batak dan Aceh yang sangat dikhawatirkan
> oleh
> Belanda, migrasi (selama ini sering dinyatakan lari) Sisingamangaraja XII
> ke
> Dairi, termasuk juga pengkhianatan terhadap raja ini.  Beruntung kami
> berhasil menyajikan wawancara dengan salah seorang
> cucu kandung dari Sisingamangaraja XII yang masih ada, Raja Napatar
> Sinambela. Sehingga tulisan yang semuanya berada pada artikel Sudut
> Pandang, sengaja kami beri tema besar di Edisi ini ”Siapa Mengkhianati
> Sisingamangaraja XII ?”
>
>             Undang-undang anti pornografi telah disahkan. Meskipun
> demikian saat menjelang pengesahannya banyak kontroversi. Terakhir muncul
> di
> beberapa daerah, yang menyatakan menantang pengesahannya. Dirubrik
> Serbaneka,
> ada uraian tentang asal-usul kata pornografi, dan bahwa yang memaksakan
> disahkannya rancangan undang-undang itu hanyalah gairah yang tak tertahan
> pada
> sekelompok kecil orang. Sejarawan Hilmar Farid memaparkan dengan tulisan
> ”RUU Porno : Hasrat Besar Kelompok Kecil”
>
>             Keuletan dan keteguhan dalam memberikan makna bagi
> kehidupan seseorang bisa menjadi ilham atau malahan pendorong bagi orang
> lain.
> Silakan menikmati perjalanan karier sutradara film Edward Pesta Sirait
> dalam rubrik Sosok. Sementara dalam rubrik Dari Rantau kami sajikan kisah
> sukses Raja Utara Simanulang, yang mengadu nasib sebagai tukang tambal
> ban, namun berhasil menyekolahkan
> anaknya sampai perguruan tinggi. Dan dengan bermodal angin, dia bersama
> istrinya sudah pernah menginjakkan kaki di Yerusalem.
>
>             Para pembaca yang terhormat, kalau sudah membaca kisah si
> tukang tambal ban yang bernama Raja itu, terimalah permintaan maaf dari
> kami,
> karena kisah sukses itu semestinya sudah dimuat dalam TAPIAN edisi
> kemarin. Sekali
> lagi maaf.
>
> Tak sedikit
> keluh-kesah mengapa Tanah Batak tetap tertinggal dalam kemiskinan. Di
> rubrik
> Kritik ada uraian tentang koperasi agribisnis sebagai basis ekonomi
> rakyat.
> Tulisan itu ditutup dengan saran jika gerakan koperasi itu dipraktekkan
> dengan
> berpegang pada semboyan marsipature
> hutana be, maka dalam tempo 5-10 tahun pedesaan di Tanah Batak akan maju
> dan kemiskinan akan teratasi.
>
> Dari sebuah ayat
> Al Quran dapat dipahami bahwa tidak ada perbedaan antara manusia yang
> sehat dan
> sakit, termasuk mereka yang kena HIV/AIDS. Yang membedakan manusia
> hanyalah  prestasi takwa. Belum tentu
> penderita HIV/AIDS lebih rendah kualitas takwanya dari yang bukan
> penderita.
> Demikian pula sebaliknya. Begitulah ungkapan seorang penulis yang Islami
> di
> rubrik Spiritualitas dalam memandang bagaimana para penderita penyakit
> yang
> mematikan itu harus diperlakukan secara manusiawi. Karena Islam, katanya,
> adalah agama yang memuliakan manusia. Begitulah intisari tulisan yang
> disampaikan oleh Siti Musdah Mulia, muslimah pertama yang menulis
> buku anti poligami, dengan tulisan yang berjudul “Mewaspadai HIV/ AIDS
> Perspektif Islam”.
>
> Tak
> bosan-bosannya Om Galung tampil di rubrik Catur, dengan studi permainan
> akhir yang mencerahkan. Dan ada lagi sejumlah tulisan yang sayang kalau
> ditinggalkan. Termasuk pesona Danau Toba di rubrik Wisata dan tentang
> penyakit
> gatal-gatal yang kembali menyerang penduduk dan diduga karena limbah
> pabrik
> bubur kertas yang terletak tak jauh dari Porsea.
>
>
>
> Majalah TAPIAN,
>
> Kami berangkat dari
> budaya batak menuju budaya untuk kemanusiaan.
>
> Dengan semangat
> keberagaman dan toleransi antar setiap etnis
>
>
> Dalam terus merawat  “Bhinneka Tunggal Ika”
>
>
>
>
>
> Salam Hormat
>
>
>
> Chris  Poerba
>
> Wartawan dan Penggiat
>
> Majalah TAPIAN
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
> ------------------------------------
>
> Kalau anda mau berhenti dari keanggotaan dalam milis ini, silahkan kirim
> surat kosong ke alamat berikut ini:
> [EMAIL PROTECTED]
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>


Kirim email ke