Radar Bojonegoro                
            
        
        
        
        
        
          
                [ Sabtu, 20 Desember 2008 ]
        
          
                
  Menjadi Kawasan Studi Purba
        
        
        
        
          BLORA -
Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional menetapkan
Kabupaten Blora sebagai kawasan studi purba. Sebab, sejumlah arkeolog
banyak menemukan fosil-fosil dan peninggalan manusia purba di bekas
endapan Sungai Bengawan Solo purba.

Peneliti senior Pusat
Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional Prof Truman Simanjuntak
mengatakan, Blora memiliki sejarah hunian yang sangat panjang. Sejumlah
arkeolog yang mengadakan penelitian di Blora dapat menemukan dan
mempelajari evolusi lingkungan, manusia, dan budaya. "Fosil manusia
purba yang terakhir, Homo soloensis, justru ditemukan di
Ngandong, yang ternyata di Kecamatan Kradenan, Blora. Daerah itu
sebelumnya disebut-sebut masuk wilayah Ngawi,Jawa Timur," katanya, saat
berada di Blora.

Berdasarkan kajian Pusat Penelitian dan
Pengembangan Arkeologi Nasional, kata dia, di sepanjang daerah aliran
Sungai Bengawan Solo di Blora terdapat 16 teras endapan yang membentang
di Kecamatan Kradenan, Kedungtuban, dan Cepu. Salah satunya adalah
teras Ngandong. 

Tinggi teras itu sekitar 28 meter dari Sungai
Bengawan Solo sekarang. Kawasan itu, menjadi pusat penelitian arkeologi
sejak 1931 yang dirintis tim survei geologi Belanda Ter Haar Oppenoorth
Koenigswald. Tim itu menemukan 11 tengkorak dan dua tibia atau tulang
kering.

Arkeolog Balai Arkeologi Yogyakarta Gunadi mengatakan
pada 1977 sejumlah arkeolog melanjutkan penelitian di kawasan Blora
bagian selatan itu. Semula mereka memfokuskan penelitian di Dusun
Jigar, Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan, dengan luas area penelitian
sekitar 2.500 meter persegi.

Mereka, lanjut Truman, menemukan
sumber daya arkeologi seperti fosil-fosil binatang purba seperti yang
ditemukan di Situs Sangiran, misalnya fosil gajah, rusa, kura-kura, dan
kerbau. Pada saat itulah, sejumlah arkeolog itu menyatakan lokasi
temuan itu merupakan endapan Sungai Bengawan Solo purba, karena
letaknya tidak jauh dari Sungai Bengawan Solo sekarang ini.

Pada
tahun-tahun selanjutnya hingga sekarang, sejumlah arkeolog menemukan
artefak-arefak pada zaman klasik dan perkembangan kerajaan-kerajaan
Hindu-Budha. Misalnya pada 1997 arkeolog menemukan sebuah sisa-sisa
candi bata di Desa Kamolan, Kecamatan Blora, dan pada 2008 pelataran
berundak di Desa Sentono, Kecamatan Kradenan. "Kami berharap Pemkab
Blora mau mengelola cagar budaya itu, sehingga Blora benar-benar
menjadi kawasan studi arkeologi," kata dia. (ono) 



      Mencari semua teman di Yahoo! Messenger? Undang teman dari Hotmail, Gmail 
ke Yahoo! Messenger dengan mudah sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/

Kirim email ke