Bukan FULGAR, namun VULGAR. Salam, Bismo DG ----- Original Message ----- From: humam rimba To: artculture-indonesia@yahoogroups.com Sent: Wednesday, December 31, 2008 10:24 AM Subject: [ac-i] Ayu Utami
Siapa yang tidak kenal dengan Ayu Utami seorang penulis dan juga seorang pembela kaum perempuan. Khalayak bisa menentukannya dari salah satu bukunya yaitu Saman. Didalam buku itu Ayu Utami mencoba membela kaum perempuan yang selama ini sering dijadikan sebagai obyek seksualitas. Ayu lebih sering menuliskan gagasan-gagasannya tentang pembelaan terhadap termaginalisasinya kaum perempuan dari percaturan wilayah persaingan dunia masyarakat sosial. Sering kali perempuan hanyalah sebagai alat kebutuhan nafsu belaka. Berkat bukunya itu ( Saman ) Ayu Utami mendapatkan penghargaan dari sebuah lembaga yang sering kali memberikan penghargaan terhadap para penulis yang hingga detik ini tidak ada jaminan penghargaan dari Negara bagi seorang penulis. Berbanding terbalik dengan apa yang ada di Malaysia. Disana seseorang yang melahirkan sebuah karya buku diberikan pengahargaan yang tinggi baik itu secara Material maupun immaterial. Sebut saja adalah Habiburrohman Elsirazi pengarang buku-buku Ayat- Ayat Cinta juga ikut mendapatkan sebuah penghargaan dari Masyarakat Malaysia. Terbukti hingga sekarang masih banyak dicari oleh Masyarakat disana. Mungkin ada benarnya jika banyak para penulis lebih menyukai hidup di negeri orang daripada di negeri sendiri yang tidak mampu memberikan apresiasi yang bagus serta sebuah penghargaan yang tinggi terhadap hasil karya orang lain. Bukan hanya itu saja sering kali pengkritikan terhadap karya orang lain lebih banyak kepada sisi pengkerdilan karakter penulis bukan untuk penambahan wawasan berbudaya. Begitu juga dengan Ayu Utami sah-sah saja jika dia mengkritik terhadap Ayat-Ayar Cinta yang menurutnya hanyalah sebuah karya yang lebih banyak mengekploitasi terhadap perempuan. Dan tentu saja cerita dalam Ayat-Ayat Cinta yang menonjolkan sisi Poligami ini jelas-jelas di tentang oleh Ayu Utami. Tapi bagaimana dengan karya Ayu Utami sendiri yaitu Saman yang lebih banyak berbicara tentang seksualitas belaka. Bahasanya pun menggunakan bahasa yang fulgar. Apa bedanya Saman dengan karya Fredi S yang juga menceritakan tentang seksualitas. Saya teringat dengan sebuah tulisan yang pernah say abaca “ Ajarkankanlah anak-anakmu dengan sastra, karena dengan belajar sastra ia akan menjadi lembut “. Bahasa-bahasa sastra cenderung pada penggunaan bahasa yang indah atau bagaimana pembaca bisa ikut menerjemahkannya. Boleh saja penulis menggunakan bahasa yang indah setinggi langit asalkan masih berkaitan dengan tema yang diangkat. Dan yang terpenting sastra adalah sebuah bentuk model pembelajaran dan juga untuk mendidik kepada masyarakat dan khususnya kepada pembaca. Ayu Utami memang dikenal sebagai aktifis perempuan yang memperjuangkan nasib perempuan yang menurutnya hanyalh bagian dari seksualitas belaka. Tapi bagaimana jika Saman itu karya yang dengan bahasa fulgarnya mengekploitasi perempuan. Atau jangan-jangan Ayu Utami sendiri merasa cemburu dengan Ayat-Ayat Cinta yang sudah sukses besar hingga di layer lebarkan. Jika Saman akan dilayar lebarkan tentu tidak akan sefulgar sebagaimana yang ada dalam buku karena pasti akan dicekal telah melanggar UU Pornografi. Rimba Palangka (alfurqononline.wordopress.com ) ------------------------------------------------------------------------------ No virus found in this incoming message. Checked by AVG - http://www.avg.com Version: 8.0.176 / Virus Database: 270.10.2/1872 - Release Date: 2.1.2009 13:10