Semoga polugri, politik luar negeri, administrasi BH Obama yang akan tidak "doyan perang", tidak asal gebug seperti yang dijalankan oleh Bush, Cheney dan Rumsfeld, tetapi lebih banyak akan memakai soft power alias terutama diplomasi akan dapat meredakan radikalisme dan konservatisme di beberapa kalangan Islam di dunia maupun di Indonesia.
Juga sebetulnya tidak perlu bingung terus menerus tujuh keliling karena sejak awal berjayanya Islam, termasuk dalam falsafat, sains, seni budaya dll, para cendekiawan Islam telah sangat meminati falsafat Yunani yang banyak mengandung rasionalisme dan tentu saja pemikiran kritis. Salam, Bismo DG ----- Original Message ----- From: Satrio Arismunandar To: ppiin...@yahoogroups.com ; aipi_poli...@yahoogroups.com ; is...@yahoogroups.com ; HMI Kahmi Pro Network ; koran-digi...@googlegroups.com ; jurnalisme ; sastra pembebasan ; Pers Indonesia ; news Trans TV ; kampus tiga Sent: Monday, February 16, 2009 12:58 PM Subject: #sastra-pembebasan# MUI Perlu Mengeluarkan Fatwa Tentang Multikulturalisme (dikutip dr milis tetangga:) MUI Perlu Mengeluarkan Fatwa Tentang Multikulturalisme Friday, 13 February 2009 10:26 Setelah istilah pluralisme agama banyak ditolak kalangan Muslim. Kini, ia berobah bentu menjadi multikulturalisme Hidayatullah. com--Setelah MUI mengeluarkan fatwa haramnya Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme, Ketua DDII Adian Husaini menyarankan MUI agar mengeluarkan fatwa tentang multikulturalisme. "Paham ini sekarang masuk ke pesanren-pesantren dan perguruan-perguruan tinggi sebagai ganti paham pluralisme yang telah diharamkan MUI,"jelas Adian dalam ceramahnya di depan 300 pimpinan pondok pesantren se Indonesia kemarin(12/2) di Jakarta. Adian memaparkan bahwa buku-buku berpaham multikultutalisme atau pluralisme telah memasuki beberapa pesantren dengan dukungan beberapa LSM Amerika seperti The Asia Foundation dan Ford Foundation. "Buku-buku itu bila kita kaji, jelas merusak aqidah dan perlu dicegah agar tidak mengacaukan pemikiran Islam para santri,"tegasnya. Adian juga menceritakan bagaimana tentang usaha keras para pimpinan Pondok Pesantren Ponorogo untuk membersihkan beberapa pengajarnya yang telah kena virus liberal. Menurutnya, perlu usaha yang sungguh-sungguh dari para kiyai di pesantren, untuk mencegah paham syirik pluralisme atau multikulturalisme ini agar para santri tidak lemah semangat iman dan Islamnya. "Sekarang kan terjadi orang yang belajar atau mengambil jurusan syariah, malah yang paling nggak semangat untuk menerapkan syariah. Ini kan berarti para ustadz atau pengajarnya sendiri keliru dalam memahami syariah. Karena para pengajarnya sendiri telah kena virus liberal, maka ia menularkan hal itu kepada muridnya." Wakil Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama MUI ini mengingatkan akan seriusnya para intelektual- intelektual Barat untuk mempengaruhi pemikiran-pemikiran para kiyai atau santri, lewat beasiswa-beasiswa, bantuan-bantuan teknologi, buku-buku dan lain-lain. Adian mengingatkan mungkin banyak yang tidak menyadari bahwa sejak beberapa puluh tahun lalu, telah dilakukan proses liberalisasi pendidikan Islam secara sistematis melalui sistem perubahan metode studi Islam di Perguruan Tinggi. Salah satunya adalah pengiriman dosen secara besar-besaran untuk belajar Islam di pusat-pusat studi Islam di Barat. "Hasilnya kini para alumni studi Islam di negara-negara Barat telah berhasil menancapkan kukunya di perguruan-perguruan tinggi Islam di Indonesia. Secara sistematis metode studi Islam telah diubah mengikuti system dan paradigma Barat, dengan dalih menerapkan metode "Objektif Ilmiah". Hasilnya tidak sedikit yang belajar Islam kemudian menjadi bingung dan ragu-ragu terhadap Islam. Bahkan banyak sarjana yang terang-terangan menghujat Islam,"jelasnya. Dalam acara itu Adian juga menyoroti tentang survei penelitian PPIM UIN (Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat UIN) Ciputat, Jakarta. Dimana dalam penelitian itu, Direktur PPIM UIN Jakarta, Dr Jajat Burhanudin mengatakan bahwa survei dilakukan terhadap 500 guru di 500 SMA/SMK di Jawa selama kurun Oktober 2008. Hasilnya di antaranya,"Sebagian besar guru-guru agama Islam di sekolah negeri dan swasta di Jawa menentang Pluralisme, cenderung ke arah radikalisme dan konservatisme. " (situs www.thejakartapost. com). "Itulah hasil survei PPIM UIN Jakarta terhadap pemikiran para guru agama. Hasil survei itu digunakan untuk proyek agar nanti guru-guru agama tidak menentang pluralisme. Ini sejalan dengan politik luar negeri AS dan sekutu-sekutunya, dimana proyek liberalisasi pendidikan Islam ini mendapatkan kucuran dana yang luar biasa besarnya," papar cendekiawan Islam yang dikenal produktif menulis buku ini. Seperti diketahui, pada 16 Oktober 2003, Menhan AS Donald Rumsfeld menyatakan : "AS perlu menciptakan lembaga donor untuk mengubah kurikulum pendidikan Islam yang radikal menjadi moderat. Lembaga pendidikan Islam bisa lebih cepat menumbuhkan teroris baru, lebih cepat dibandingkan kemampuan AS untuk menangkap atau membunuh mreka." [nh/www.hidayatulla h.com] ------------------------------------------------------------------------------ No virus found in this incoming message. Checked by AVG - www.avg.com Version: 8.0.237 / Virus Database: 270.10.25/1955 - Release Date: 02/16/09 06:55:00