Pameran Sketsa Jansen Jasien
House of sampoerna art Gallery
jalan taman sampoerna no 6 surabaya
28-28 Feb 2009
REKAMAN PERJALANAN PERADABAN UJUNG DUPA JANSEN JASIEN




Kreatifitas seniman memang mencengangkan. 
Kreatifitas memang tidak pernah bisa dibayangkan, bahkan tidak dapat pula 
secara ilmiah diprediksikan. ‘Out 
of the box’ adalah uniqueness seniman. Seperti ketika Jansen Jasien 
kembali membuat decak 
kagum dengan rekaman sejarah melalui ujung dupa kali ini.



Goresan-goresan penuh makna, antara ‘content’ dengan ‘tools’. Antara 
pengapresiasian 
makna visual dalam karya yang ada, dengan alat yang digunakan mencipta 
pemaknaan-pemaknaan itu. Semua menyimpan banyak interpretasi. Seperti tema 
pameran “Surabaya di Ujung Dupa”.



Dupa dalam pameran ini menerbangkan 
imajinasi kita. Juga mempertanyakan apa maunya Jansen Jasien. Dupa tidak 
sekedar menebarkan aromanya. Dia pun melayangkan asapnya. Sekaligus selalu 
mempertanyakan kemana asap itu membawa pergi dan menerbangkan angan-angan 
kita.



Jansen Jasien seakan membawa emosi kita 
teraduk-aduk. Dan ujung dupa tidak sekadar se-elastis asapnya yang meliukkan 

tarian indah di cakrawala. Tetes dan torehan tinta dari ujung dupa pun 
menari di media kanvas bahkan kertas, sambilmengusung pesan visual yang 
liar, unik, dan menyejarah.



Semua keterbatasan media, yang kali ini 
lewat ujung dupa, nyatanya bukan masalah di tangan Jansen Jasien. Seolah 
terbata-bata menarik garis-garis estetikanya, Jansen membawa eksotika dupa 
dan media tinta gayut dengan estetika berkeseniannya.



Dupa yang kadang membawa rupa magis, 
membuat karya-karya sketsa Jansen Jasien kali ini menjurus kesana pula. 
‘Surabaya di Ujung Dupa’ telah membawa karya Jansen Jasien larut dalam 
emosi berbeda para pengamatnya. Seperti pula karya-karya yang dihadirkan 
Jansen menjadi pusaran penasaran yang lain lagi.



Sebagian penikmat pun mungkin sempat 
bertanya pula, kenapa dengan kondisi kota, hingga diungkap denganfrase 
“Surabaya di Ujung Dupa”.



Dan kesetiaan Jansen Jasien pada sejarah 
Surabaya yang otentik adanya, diantara pintu masuk mencari jawaban atas 
tanya itu. Dupa seakan tamsil, bahwa sejarah peradapan kota ini, jangan 
sekadar nyala, redup, mati lalu membekas sekadar abu.



Tamsil dupa bukan mengada-ada. Inilah 
keseharian Jansen ketua kelompok Pekerja Seni Pecinta Sejarah atau KPSPS 
Surabaya. Yang mengakrabi dupa seakan nafasnya. Dupa sekutunya, waktu kantuk 

menyeruduk tengah malam di studio lukisnya di Krian. Juga teknik dan media 
yang sengaja ia jumput.



Dan lahirlah tarikan-tarikan spontan dari 
batang dupa itu. Lewat ujung dupa yang sudah terbakar dan terhirup aromanya, 

jadilah goreran lukisan sketsa tentang kota, bak sperma aktif yang menyeruak 

kemana-mana. Seakan ekspresi dinamis bagaimana aktivitas warga kota ini.



Goresan terbatas dupa kadang meliuk 
pendek. Meski juga sering menggerus panjang, hadirkan banyak kejutan guratan 

visual. Apalagi sesekali Jansen Jasien mengawinkannya pula dengan goresan 
kuas spontan tebal tipis yang susah ditebak. Padu padan ini seakan kesadaran 

ingin hadirkan cermin sejarah kota Surabaya, yang kaya akan keberagamannya. 
Spontan emosinya.



Kalau kemudian Jansen Jasien menyapa 
pemerhati dan pecinta lukisannya dengan elemen-elemen Jawa, China, Arab atau 

bahkan Belanda; maka itu Surabaya pula. Sebuah cerita total tentang kota 
kesayangannya.



Dupa membawa juga misi utama, ketika dia 
kadang menjadi media reliji manusia. Terlihat Jansen Jasien menuangkan semua 

ekspresi nurani dangejolak 
batinnya dalam pusaran goresan ujung dupanya.



Pusaran-pusaran itu memusat menuju inti 
kehidupan relijinya, fokus pada ketuhanannya. Peradaban bangsa ini memang 
catatan-catatan juga aspek rohani warga-negaranya. Lewat ujung dupa, Jansen 
Jasien mewakilinya. Membawa ujung dupa bahkan bagian dari ekspresi nurani 
dasarnya, “Cintailah Sejarah!”.



** 
Freddy H Istanto

Vice 
Chairman Surabaya Heritage/

Dekan Fakultas teknologi dan Disain Universitas Ciputra/

Kurator Karya Jansen Jasien.





=======================================WHEN ENCENSES SCRECTH HISTORY

CIVILIZATION’S JOURNEY 
RECORDS BY JANSEN JASIEN’S ENCENSES’ TIP





It is always amazing 
to se how artists develop their creativity. Human’s creativity will never 
be imagined or even scientifically predicted. ‘Out of the box’ 
is the artist’ uniqueness. Just like JANSEN JASIEN amazed us 
(again) by displaying his historical record paintings through the tip of 
incenses



Meaningful scratches 
are such a perfect combination between contents and tools. It is also 
appreciation visual meaning in the painting, when the artist with his tool, 
composing various meanings and messages. All this mixture, ends in thousand 
interpretations, in “Surabaya di Ujung Dupa” (Surabaya at Incense’s 
Tip) 
Exhibition.



Incenses in this 
artwork exhibition will fly our imagination up. This Exhibition also 
questioning JANSEN JASIEN’s intention. Incenses will not only spread their 

scent, their aroma. The incenses will spread its smoke. Audiences will 
always wondering, where the smoke take our imagination away.



JANSEN JASIEN is 
twisting our emotion. Thus, the incenses’ tip is not just elastic as its 
smoke that wandering in the sky. Ink drops from the incenses’ tip will 
dance in canvas even paper, delivering wild, unique and historical visual 
messages



Media limitation, in 
this moment, by using incenses’ tip, can be reveal by JANSEN JASIEN. The 
artist is stagnate draw its esthetic lines; JANSEN brings the incense’s 
exotic, coloring ink to meet his aesthetic artworks.



Thus . . . the 
incenses bring the magic atmosphere reveal in the work of JANSEN JASIEN. 
‘Surabaya di Ujung Dupa’ presents JANSEN JASIEN art work twisted into 
various emotional appreciations from its audiences. JANSEN JASIEN once again 

throws other thousand vexed questions.





As some audiences 
also questioning, what about the city anyway, for JANSEN JASIEN reveals the 
city in the “Surabaya di Ujung Dupa”.



JANSEN JASIEN’s 
loyalty to Surabaya’s authentically history is the passage to answer those 

questions. Incenses are symbolizing the city. JANSEN JASIEN captured the 
city as the incenses bright shining, fading, and turn into ashes away.



Incenses are 
resemblance of JANSEN JASIEN. This is the whole life of JANSEN JASIEN, the 
Chief of Surabaya Historical Lover Artist Club. This Artist will take a very 

deep air full of incenses’ scent to breathe. The incenses are the 
artist’s loyal companion, to meet his desire in composing his paintings. 
Incenses are also the technique and media the Artist used, in composing his 
artworks.



Thus. . Suddenly the 
artist drawn several spontaneous lines, performing his masterpiece of 
artwork. From the scent of those burning incenses, various sketches 
describing the city revealed. It is such a dynamic activity, conduct by this 

entire citizen.



Whether it is short 
or in longer scratches, the incense’s tip dancing beautifully. Those lines 

show thousand shocking visual scratches. It is amplified by other 
unpredictable coloring techniques. This mixture is also resemblance the 
city’s history, that indeed, various. It is his spontaneous emotion.



When JANSEN JASIEN 
teasing his artwork audiences through Javanese, Chinese or even European 
(read; Dutch) aspects, it is Surabaya. An Ode to the city JANSEN JASIEN like 
most.



Those incenses are 
also performing their major function, when the incenses performing as human 
are religious media. JANSEN JASIEN also performing his total expression, 
emotion and passion on those twisted incenses tip’ scratches.



Those twisted lines 
are focused into the center of his religious pattern of life. Centering into 

his faith. The civilization of this nation is a religious sketch from its 
entire people. With his Incense’s tip scratches, JANSEN JASIEN resemble 
this phenomenon. Scratching his incenses’ tip is part of his radical 
expression.

Simply “Love The 
History!!”



** Freddy H 
Istanto

Vice Chairman 
Surabaya Heritage/

Dean of 
Technological and Design Faculty - Ciputra University

JANSEN JASIENS’ CURATOR

Kirim email ke