Resensi Buku:

Air Kata-Kata: Sebuah Samudera yang Luas 




Dalam literatur Jawa tentang spiritualitas dikatakan bahwa Rasajati (inti 
terdalam manusia, kebenaran yang tertinggi) adalah Rasa yang paling halus, dan 
karenanya paling luas, dan Ia mencakup semua tingkatan rahsa yang berada di 
bawahnya. Makin halus rasa seseorang dia akan makin momot, makin luas ruang 
hatinya, bagai samodera raya yang dapat menampung ribuan sungai yang mengalir 
kepadanya tanpa menjadi penuh maupun kotor. Maka Rasajati, rasa yang paling 
halus dari semua rahsa itu, dapat momot (memuat) semua rahsa: dari yang paling 
kasar hingga yang paling halus, dari alam bekasakan (alam neraka yang paling 
bawah) hingga alam kaswargan luhur (alam surga yang tertinggi).

Buku 'Air Kata-kata' yang ditulis oleh Romo Sindhunata (diterbitkan oleh Galang 
Press dan Bayu Media, tahun 2003) menurut saya sangat menarik. Buku ini ditulis 
oleh seorang rohaniwan Katholik, namun di dalamnya tidak hanya terdapat doa-doa 
yang 'suci' dan sakral, tapi bahkan juga terdapat makian dan umpatan, dalam 
'Kutukan Asu' (Jw.: anjing) misalnya:

Aku ini bukan binatang jalang
Aku hanya khewan omahan
Aku ini asu. Asu, Su!
(Hal. 64)

Di dalam buku ini Romo Sindhu mengungkapkan hal-hal apa saja: dari hal-hal yang 
paling kasar hingga yang paling halus, dari yang profan hingga yang 
spiritual...dari kisah tentang seorang guru yang mendem ciu hingga Ave Maria. 
Begitulah dikisahkan seorang guru yang karena kesulitan ekonomi melarikan diri 
dari realitas kehidupan dan minum ciu (sejenis arak) hingga mabuk dan 
'melayang-layang', maka dia pun dikejar-kejar polisi... namun karena nasibnya 
lagi apes, saat lari ketakutan dia malah nubruk polisi yang mau menangkapnya:

Aku mlayu sandalku kari
Kesusu malah nubruk Pulisi
Aku kaget setengah mati
Pulisine malah tak rangkuli
(Hal. 15) 

Di dalamnya kita juga dapat menemukan mantra-mantra suci, kawruh-kawruh 
kebatinan Jawa yang adiluhur, tentang ngelmu pring (ilmu bambu) misalnya, yang 
mengajak kita untuk belajar dari kelenturan, kerendahan hati dan 'kekosongan' 
yang dimiliki sebatang bambu:

Pring iku mung suket
ning gunane akeh banget
Yaiku jenenge ngelmu pring
dadia kaya pring
prasojo ora duwe apa-apa
ning merga ora duwe apa-apa
bakal bisa dadi apa-apa
kaya pring
(Hal. 44)

Yang menarik dari buku ini menurut saya adalah: keluasan isinya, bagai samodera 
yang dapat menampung apa saja yang masuk ke dalamnya, baik yang kasar maupun 
yang halus, yang 'neraka' maupun yang 'surga'... semua ia rangkul dengan kasih 
yang tidak membedakan. Bukankah demikian juga Tuhan mengasihi kita? Sebab Ia 
"...menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan 
menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar." (Matius 
5:45).

Salam,
www.catatanrenungan.blogspot.com

Reply via email to