Menggagas Hadiah Sastra Jawa

 

 

Sangat
ironis, hadiah paling bergengsi untuk Sastra Jawa justru diberikan oleh Yayasan
Rancage (Sunda). Artinya, orang ’luar jawa’ ternyata justru lebih (memihak)
jawa daripada orang jawa sendiri. Acara penganugerahaan Hadiah Rancage pun
selalu ditunggu-tunggu sebagai acara terhormat bin bergengsi bukan saja oleh
para sastrawan Sunda,melainkan juga oleh sastrawan Jawa, Bali,
Lampung. 

 

Ke
mana orang jawa yang sebenarnya punya cukup modal untuk menyelenggarakan
pemberian hadiah, bukan saja untuk sastra, melainkan untuk sosok-sosok yang bisa
dinilai memiliki prestasi di bidang pelestarian dan pengembangan nilai-nilai
budaya Jawa? 

 

Ini
persoalan kemauan, sama sekali tidak menyangkut kemampuan. Maka:

 

[1]
Mari kita sidangkan melalui bursa pendapat (boleh menulis opini yang panjang)
melalui milis sastraj...@yahoogroups.com
atau kirim ke email sastraj...@yahoo.com,
atau ada saran untuk saluran lain? Di sini kita bisa berdiskusi, kalau perlu
berdebat, apakah ’hadiah’ itu perlu, penting, atau bahkan tak akan bermanfaat
samasekali.

 

[2]
 Nanti, jika simpulannya adalah: hadiah
itu penting, mari kita bersama-sama mengingatkan pemerintah daerah (Jawa
Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur) yang menaungi masyarakat (dan 
kebudayaan)
Jawa untuk mengagendakan pemberian hadiah itu. 

 

[3]
Jika Pemerintah Daerah (seperti tersebut pada no 2) tidak memberikan respon
positif terhadap usulan pemberian hadiah itu, bolehlah kita bentuk sebuah
komunitas, organisasi, atau apa, untuk mengimpun dana perorangan semampunya,
hingga gagasan yang pernah dengan susah-payah dimulai pelaksanaannya
(menawarkan proposal) oleh Pak Parto (Suparto Brata), Pak Tamsir AS (alm.), dan
Pak Esmiet (alm.) di awal 90-an itu bisa terwujud.

 

Sebagai
bahan pertimbangan, perlu diketahui bahwa Pemerintah DIY, Jateng, Jatim, sejak
1991 memiliki agenda 5 tahunan bernama Kongres Bahasa Jawa. Konon, KBJ IV 
(Semarang, September 2006)
digelar dengan dana tak kurang dari Rp 5 milyar. Nah, kalau setiap tahun kita 
bisa
menilai 5 orang paling berprestasi di ranah kebudayaan Jawa, dan memberikan
hadiah dengan nominal Rp 10 juta/orang (konon nominal Hadiah Rancage Rp 5
juta/orang), berarti kita perlu anggaran dana (kalau bisa dari pemerintah) Rp
50 juta/tahun. Catatan: Dana untuk acara seremonialnya bisa dicarikan dari
sponsor (?). Jika ditanggung oleh 3 pemerintah daerah, berarti masing-masing
daerah hanya perlu mengeluarkan tak sampai Rp 20 juta/tahun atau Rp 100 juta
dalam 5 tahun. 

 

Maka,
secara pribadi, kalau saya boleh memilih:

[a]
pilihan I: keduanya, baik pemberian hadiah maupun Kongres Bahasa Jawa berjalan
seirama.

[b]
pilihan II: kalau harus memilih salah satu, KBJ dibekukan saja!

Bagaimana
pendapat Anda?

 

[Bonari
Nabonenar]




      

Kirim email ke