yang juga sering salah,
baik diucapkan oleh para pembaca berita, maupun
di banyak tulisan, termasuk media cetak dan buku-buku

yaitu kata: "negosiasi"

sering salah diucapkan/ditulis sebagai:
"negoisasi"

dan kata yang terakhir, nampaknya dianggap kata yang benar
hehehe...

Tabik
Gayatri

--- On Sat, 23/5/09, Anwar Holid <war...@yahoo.com> wrote:
Subject: [ac-i] [HALAMAN GANJIL] Salah Eja atau Salah Pikir?
Date: Saturday, 23 May, 2009, 5:21 AM










    
            
            


[HALAMAN GANJIL]



Salah Eja atau Salah Pikir?

---Anwar Holid



Coba ucapkan "frustrasi" dengan lantang. Dengar baik-baik. Apa ia terdengar 
sebagai "frustasi"? Kalau ragu, mintalah beberapa teman Anda mengucapkannya 
dengan keras. Mana yang lebih sering mereka ucapkan: "frustasi" atau 
"frustrasi"?



Saya cek di Google, ternyata orang jauh lebih banyak menulis "frustasi" 
daripada "frustrasi." Kurang-lebih setengahnya. Betapa massal kebiasaan salah 
eja itu. Saya mengecek di arsip-arsip milis, ternyata para membernya pun, 
sekalipun banyak di antara mereka ialah penulis profesional dan wartawan, 
melakukan kesalahan serupa. Barangkali saya pun pernah melakukannya.



Baru-baru ini saya baca Our Iceberg is Melting (Elex Media Komputindo, 2007), 
karya John Kotter dan Holger Rathgeber. Di buku itu saya menemukan kira-kira 
enam kali kata frustrasi; sekali dieja sebagai f-r-u-s-t-r- a-s-i, sisanya 
dieja sebagai f-r-u-s-t-a- s-i. Hal serupa saya jumpai di 50 Self-Help Classics 
(Tom Butler-Bowdon) terbitan BIP.



Pada tahun 2007 lalu Ufuk Press menerbitkan novel karya Mark Robert Bowden, 
berjudul Joey, Si Frustasi yang Beruntung. Saya memberi tahu, bahwa ejaan yang 
benar itu ialah "frustrasi." Di dunia musik, band Tipe-X dan Ebiet G. Ade 
sama-sama menciptakan lagu berjudul "Frustasi." Di Bandung, ada sebuah band 
bernama The Frustaters. Saya yakin mereka pasti gagal bila diminta mengucapkan 
"frustrasi."



Salah eja seperti itu betul-betul bikin saya frustrasi. Melakukan kesalahan 
umum ternyata begitu mudah. Alangkah sulit menulis sesuatu sebagaimana 
mestinya. Apa kata itu terlalu sulit untuk kita eja? Kalau mengeja frustrasi 
saja susah, bagaimana lagi bila kita harus menulis: Csikszentmihalyi atau 
Nietzsche misalnya? Nama akhir saya yang sangat biasa saja kerap salah ditulis 
sebagai Cholid atau Kholid.



Apa yang kira-kira terjadi pada kita? Apa tangan dan lidah kita secara 
fisiologi, gen, serta budaya selalu selip dalam mengeja dan menyerap kata 
frustrasi atau justru pikiran kita yang menganggap bahwa yang benar ialah 
frustasi?[]

         
        
        








        


        
        


      

Reply via email to