Asahan Aidit:



                           In memoriam:

                HAMZARD MARSIMIN

               (28-8-1935   -  23-5-2009)


Hamzard saya kenal ketika kami sama-sama dalam grup pelajaran Fonetik Rusia di 
tahun 1961 di Moskow yang didoseni oleh Ludmila Georgievna Zubkova(Sekarang 
Prof.Dr. di sebuah Universitas di Moskow). Sejak itu hingga ahir hidupnya saya 
punya kesan Hamzard adalah seorang yang sangat mudah bergaul dengan setiap 
orang, bisa membawa diri di tengah bermacam golongan, suka tertawa dan humor 
tapi itu bukan berarti dia manusia yang tanpa prinsip. Hamzard seorang yang 
tidak suka kepalsuan, tidak suka munafik, tidak suka ketidak wajaran  tingkah 
laku menusia. Dan semua yang tidak disukainya itu terucap dalam  "sinisme 
Hamzard": tajam tapi lunak, humoristis tapi pedas. Komentarnya sangat enak 
didengar oleh orang-orang yang bisa memaklumi dia.

Sejak tahun 1966 ketika kami sudah sama- sama menamatkan Universitas, saya  
berpisah dengannya karena berangkat ke Vietnam. Kami bertemu kembali di Belanda 
di tahun, kalau tidak keliru di tahun 1993 di sebuah jalan di Hoofddorp dekat 
toko "Pandora" yang katanya dia bekerja di toko itu. Ketika itu ia bersama 
dengan dua putri remajanya yang masih sangat muda belia dari hasil 
perkawinannya dengan wanita Rusia. Saya dengan kedua putrinya terlibat dalam 
percakapan bahasa Rusia. Salah seorang putrinya bilang: Ciiista...(puur, 
murni). Dia memuji bahasa Rusia saya. Saya tentu senang mendengar pujian dari 
seorang yang dibesarkan dalam lingkungan bahasa Rusia sebagai bahasa ibunya. 
Sejak itu Hamzard sebagai teman lama sering mengundang saya ke rumahnya di 
Heerhugowaard (Alkmar). Tapi berhubung dengan keadaan keluarga saya sedang 
sangat tidak stabil, saya selalu menunda-nunda undangannya itu dan baru saya 
bisa datang kerumahnya pada tahun 2004, yang ketika itu ia sedang bersiap-siap 
menunggu  kedatangan istri yang baru dinikahinya di Indonesia. Hamzard 
memperkenalkan kepada saya situasi rumahnya dengan memperlihatkan semua 
kamar-kamar dari tingkat terbawah hingga tingkat teratas (zolder). Saya 
terheran-heran, alangkah rapinya dan bersihnya keadaan rumah Hamzard, tidak 
berbeda dengan rumah-rumah orang Belanda yang terkenal rapi bersih dan serba 
teratur. Katanya,semua itu dia lakukan sendiri dan hanya kadang-kadang saja ia 
mendapat pertolongan- dari tetangga-tetangga dekatnya. Saya tahu, mengurus 
rumah, mengaturnya, membuatnya hingga mudah ditinggali dan sehat adalah sebuah 
kerja keras dan tekun dan sering-sering harus membuang uang yang cukup banyak.
Begitulah Hamzard, seorang yang selalu tampak parlente dalam berpakaian, 
netjes, juga punya rumah yang rapi dan serba teratur, yang semua itu 
mencerminkan gaya atau cara hidup Hamzard.

Hari ini pada hari perpisahan terahir dengan Hamzard dalam satu upacara resmi 
di rumah duka di Heerhugowaard, seorang putrinya (salah seorang) membacakan 
kata-kata perpisahan terahir dengan ayahnya, Hamzard. Sebuah kata-kata 
perpisahan yang sangat mengharukan,sederhana tapi juga sangat jelas menyatakan 
kecintaan yang tulus murni dan kecintaan yang mendalam terhadap ayahnya.

Juga Bung Raharjo Sudiman sebagai salah seorang teman terdekat Hamzard 
mengucapkan pidato sederhana tentang kenang-kenangannya selama bergaul dengan 
Hamzard. Tidak ada kalimat-kalimat sebangsa: : "Pejuang HAM yang gigih dan tak 
kenal lelah" atau "Suri tauladan yang harus diikuti:" atau: "Kita bertekad 
melanjutkan perjuanganya hingga ahir hayat kita" atau segala macam 
kalimat-kalimat super klise semacam itu untuk membekali orang-orang yang 
ditinggalkan si mati. Absennya kalimat-kalimat klise kali ini membuat 
perpisahan terahir dengan Hamzard menjadi lebih manusiawi, bahkan lebih 
menghormati yang meninggal tanpa promosi-promosi yang semasa hidupnya tidak 
pernah dia dengar, yang hanya propaganda politik yang tidak seorangpun yang 
memerlukannya. Tanpa kalimat-kalimat klise yang selalu hambar, pulang melayat 
bisa dengan rasa ringan namun berkesan, lebih manusiawi tapi juga penuh respek 
terhadap yang sudah pergi duluan. Orang akan mengenang hal-hal yang kecil-kecil 
, remeh temeh tapi berkesan indah dan jujur daripada diberati dengan 
pangkat-pangkat "pejuang anti Orba" atau semacamnya dalam upacara mengantar 
jenazah untuk kepentingan iklan politik Partai tertentu atau ideologi tertentu 
yang seharusnya tidak lagi perlu di depan jenazah seorang teman atau kenalan. 
Bebaskanlah mereka yang sudah pergi duluan dari segala pangkat-pangkat palsu,  
promosi terlambat atau promosi palsu, demi kepuasan si pengucap. Saya juga 
merasa lega bahwa Hamzard dengan kepergiannya yang sekarang tidak diberati oleh 
barang-barang klise seperti yang biasa terdengar selama ini. Kita juga perlu 
jujur terhadap orang yang suduh mati  dan tak usah diperkosa dengan kata-kata 
hampa. Katakan saja dengan bunga, itu sudah cukup bila ingin berbuat demikian. 
Melihat bunga itu lebih terasa indah daripada mendengarkan kata-kata bombastis 
dalam suasana hening mengandung duka. Budaya Belasungkawa perlu lebih 
disederhanakan dan lebih jujur terhadap yang mati maupun terhadap yang masih 
hidup.
asahan.
Hoofddorp,
2752009.

Kirim email ke