Revolusi sosial yang terjadi di daerah Sumatera Utara (khususnya Tanjungpura  
dan Binjai) pada tahun 1964 telah memakan banyak korban yang tak bersalah, 
terutama dari kaum bangsawan melayu. Salah satunya adalah Tengku Amir Hamzah. 
Penyair kenamaan dan pahlawan nasional ini dihukum pancung oleh algojo dari 
laskar kiri tanpa ada proses pengadilan.

Novel berlatar revolusi sosial di tanah melayu ini banyak membahas tentang 
penderitaan kaum  bangsawan, mulai dari teror, penangkapan, penyiksaan, dan 
pembunuhan yang dilakukan oleh laskar kiri kepada kaum Borjuis atau Feodal 
(julukan laskar kiri kepada kaum bangsawan)..

Menceritakan Farida Sebagai tokoh utama, gadis jelita puteri pangeran Setiakala 
yang baru berusia 17 tahun. Dia harus rela meninggalkan kemewahan dan 
kebahagiaan istana dan menjalani kehidupan baru sebagai tawanan dan tinggal di 
kampung-kampung tahanan laskar kiri. Puncak kebahagiaan Farida adalah saat 
acara pesta ulang tahunnya yang ke -17, dan kembalinya Farid (pria idaman 
Farida) dari Batavia  ke Tanjungpura dengan seragam perwira TKR.

Namun kejadian dini hari tertanggal 17 Maret 1964 alur kehidupan Farida berubah 
sangat cepat, pintu kediaman pangeran Setiakala digedor pasukan  laskar kiri, 
hartanya dijarah. Pangeran Setiakala sendiri tewas pada kejadian tersebut.  
Sedangkan, nasib ibundanya sendiri tidak diketahui Fraida secara pasti.

Setelah kejadian tersebut resmilah  Farida dengan status tawanan laskar kiri. 
Sebagai tawanan Farida banyak mendapat perlakuan tak manusiawi oleh 
penjaga-penjaga kampung, mulai dari penyiksaan hingga percobaan pemerkosaan. 
Namun untunglah ada umar (salah seorang petinggi TKR) yang membawa Farida 
keluar dari tahanan dan menjadikannya sebagai perawat. Namun apakah penderitaan 
Farida berakhir setelah datangnya Umar dalam kehidupan Fraida?

Novel karya Ammirudin Noor ini ditulis dengan gaya bertutur dan banyak dibumbui 
oleh dialog-dialog berbahasa melayu yang menjadi nilai lebih pada novel ini. 
Terutama bahasa puitis yang ada pada setiap paragraf akan membuat pembaca 
menjadi nyaman menikmati bagian-perbagian novel ini.

Sayangnya, alur dalam novel ini maju dengan terlalu cepat sehingga pembaca akan 
merasa seperti di kejar-kejar oleh cepatnya jalan cerita. Namun gaya bahasa 
yang digunakan bisa menutupi kekurangan pada novel ini. Secara keseluruhan, 
novel ini sangat sayang jika dilewatkan. (Rendi Handoko ,Hilman Ramadhan , dan 
Ega Nurjaman; santri kelas 11 MA. Manba'ul Huda, Bandung).

Judul                           : Puteri Melayu 

Penulis                        : Amirudin Noor 

Penerbit                     : Bentang, anggota IKAPI 

Tanggal terbit            : Februari – 2009 

Jumlah halaman         : 428 halaman 

Kategori                      : Novel

--------------------------  PT BENTANG PUSTAKA 
Jl. Pandega Padma No. 19 
Yogyakarta 55284 
Indonesia   Phone 62-274-517373 
Fax 62-274-541441
www.mizan.com
  www.klub-sastra-bentang.blogspot.com  www.cpublishing.blogspot.com   
--------------------------


      

Kirim email ke