Writing Cam Rumah
Dunia:

SAATNYA  BIKIN
NOVEL DAN FILM SAMBIL NYUMBANG!

 

Sejak Banten
jadi provinsi pada tahun 2000, dunia informasi menjadi dekat di Banten.
Biasanya kita hanya membaca berita orang lain, tiba-tiba saja berita tentang
tetangga kita, guru kita, pemimpin kita, bahkan diri kita sendiri terhidang di
pagi hari di koran lokal seperti Banten Raya Post. Semuanya menjadi begitu
cepat dan tidak ada yang bisa disembunyikan lagi. Berita korupsi, kriminalitas,
perselingkuhan, mutasi pejabat, dan pelajar yang tidal lulus UN menjadi menu
sarapan sehari-hari. Hal ini pun seiring dengan pertumbuhan kios/lapak koran
dan toko-toko buku. Dunia tulis-menulis meningkat sangat cepat. Minat baca
warga Banten merangkak pelan-pelan, 
Perpustakaan Provinsi Banten dan komunitas baca diserbu pelajar dan
mahasiswa. Penulis-penulis lokal bermunculan. Dunia jurnalistik menggeliat. 
Bahkan
UNTIRTA (Universitas Tirtayasa) dan STIKOM (Sekolag Tinggi Komunikasi) Wangsa
Jaya pun mendirikan program studi FISIP dengan jurusan jurnalistik di dalamnya.
Menyuul UNSERA (Universitas Serang Raya) yang langsung membuat in-house
magazine.

 

NOVELIS

Selain dunia
jurnalistik dengan melahirkan wartawan berita dan penulis essay lokal, para
penulis cerpen dan puisi lokal juga bermunculan. Dua koran lokal berbasis di
Serang menyediakan halaman puisi dan cerpen. Buku-buku kumpulan cerpen dan
puisi bermunculan dan dibedah di kampus-kampus. Tapi, pernahkah kita berpikir,
ketika sedang memilih-milih novel di rak-rak toko buku yang kini bertebaran di
Serang, Cilegon, dan Rangkasbitung, salah satu novel yang berjejer itu adalah
buah tangan kita?

Rumah Dunia
yang peduli pada perkembangan dunia tulis-menulis menangkap kegelisahan itu.   
Selain
saya, beberapa nama yang bergumul di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) berhasil 
melahirkan
buah karya novel sepanjang 2004 – 2009, yaitu Qizink La Aziva (Mizan) Endang
Rukmana (Gagas Media), Ibnu Adam Aviciena (Beranda Hikmah), Najwa Fadia
(Beranda Hikmah), Tias Tatanka (Senayan Abadi), Firman Venayaksa (MU:3), Bella
(Mizan). Pada Juni 2009 ini lahir lagi penulis novel dari KMRD bernama Langlang
Randhawa (Bentang).  Sedangkan di luar KMRD
ada Wan Anwar dan Herwan FR dari komunitas Kubah Budaya.

Nah, pernahkah
terlintas di benak Anda, atau putra-putri kita, ingin menjadi penulis
novel?   Apa bisa? Ya, pasti bisalah!

 

FILM MAKER

Tanpa diduga,
berkah lain dari terbentuknya Provinsi Banten adalah kehadiran TV lokal bernama
Banten TV pada 2006. Bahkan ada 2 TV lokal lainnya yang akan mengudara; Radar
TV Banten dan Baraya TV. Ini tentu mengembirakan bagi para pecinta film.
Komunitas-komunitas film sudah bertumbuhan di Banten. Mereka secara otodidak
belajar membuat film pendek. Untirta membuat UTV dan IAIN dengan IAIN TV. Rumah
Dunia pun membuat lini Gong Media Cakrawala (GMC) yang bergerak di TV Program.
Berita-berita Banten TV para kontributornya dari GMC. Bahkan beberapa pekerja
kreatif Banten TV dari Kelas Film Rumah Dunia.

Nah, pernahkah
terlintas di benak Anda, atau putra-putri kita, ingin menjadi  film maker? 
Setiap saat, ruang keluarga kita
diserbu program-program TV; infotainment, berita, dan sinetron. Pertanyaannya,
sanggupkan kita menjadi pembuatnya? Atau, cukup puaskah kita hanya sebagai
konsumen saja? Memangnya, kita bisa sebagai produsen alias pembuat TV program? 
Padahal
di Banten tidak ada lembaga pendidikan seperti Institut Keenian Jakarta yang
mengajarkan cara membuat film.

Sekedar
informasi, ya. Lihatlah di Banten TV. Dalam sekejap beberapa nama muda-mudi di
Banten mulai ramai muncul di layar kaca. Para
pejabat di lingkungan Banten mulai lancar mengeluarkan pendapat atau
gagasannya. Dosen, mahasiswa, aktivis, dan rakyat Banten sudah terbiasa muncul
di Banten Pagi sebagai nara
sumber. Di program “Obor: Obrolan Rakyat”, pejabat dan rakyat pun saling
berbagi cerita. Komunitas-komunitas teater di Banten leluasa berekspresi di
“Panggung: Teater Untuk Semua”. Para budayawan
Banten mengkristalkan gagasannya di “Jati Diri”. Penyair dan pemusik
berkolaborasi di “Bianglala; Dengan Musik Kita Bernyanyi”.

Nah, sekali
lagi, bisakah kita sebagai pembuatnya?

 

BELAJAR DAN MENYUMBANG

Jangan
khawatir. Tidak perlu jauh-jauh belajar menulis novel dan membuat film dengan
pergi ke Jakarta atau Bandung. Tidak perlu. Rumah Dunia tetap
peduli pada hal itu; jurnalistik, sastra, dan film. 

Ijinkan saya
bercerita dulu. Agak berputar sedikit, ya. Seperti kata pepatah, banyak jalan
menuju Roma.

Setelah
bergulir 7 tahun, kegiatan-kegiatan di Rumah Dunia semakin banyak dan seolah
menjadi taman budaya alternatif di Banten, bahkan secara nasional dijadikan
rujukan komunitas baca yang  progresif. Sesuai
dengan kebutuhan itu, kini Rumah Dunia sedang berusaha membebaskan tanah seluas
2873 meter persegi. Lokasinya persis di depan Rumah Dunia, tempat biasa
dipergunakan parkir. Jika tanah itu berhasil dibebaskan dengan bantuan sedekah
dari teman-teman, akan kami bangun gedung kesenian, WC umum bagi warga, kios
jajanan kampung, ruang  pameran, gedung
perpustakaan, panggung terbuka, galeri lukisan, dan lapangan basket. 

Berbagai cara
dilakukan untuk membebaskan tanah seluas 2873 meter persegi itu yang  dibatasi 
hingga 1 Juli 2009. Jika lewat batas
waktu itu, pemilik tanah akan menjual ke pihak   lain.  Cara pertama yang kami 
lakukan dimulai dengan
“Gerakan Sedekah Untuk  Kemuliaan Rumah
Akherat Melalui Rumah Dunia” pada 20 April 2009, yang terus bergulir  dan sudah 
berhasil mengumpulkan sumbangan
seluas 513 meter persegi per-30 Mei 2009. 

Upaya lain untuk
membebasan tanah itu, bekerjasama dengan Banten Raya Post, Radio Top FM  
Cilegon, Penerbit Gagas Media, Suhud Media
Promo, Banten TV, dan Rumah Produksi Indika Entertainment, Rumah Dunia menggelar
kegiatan belajar sambil menyumbang berupa pelatihan novel dan fim dalam  acara 
bertajuk: “Writing Cam Rumah Dunia : Bikin
Novel dan Film, Yuk!” yang akan berlangsung pada 26, 27, 28 Juni 2009,
bertempat di Rumah Dunia.  

Dengan kegiatan
‘writing Cam” ini, diharapkan bisa memberikan wawasan tentang bagaimana sebuah
penerbitan buku menerima ide-ide cerita dari penulis, menambah wawasan tentang
bagaimana industri perfileman di Indonesia, mengenal tips-tips mudah penulisan 
novel,
skenario film, dan pembuatan film indie. 

Para pembicara
“Writing Cam” ini adalah orang-orang yang berkompeten di bidangnya, terdiri
dari Gola Gong, penulis dari lebih 70 novel dan ratusan skenario film, dan
pengelola Rumah Dunia. Tim Penerbit Gagas Media, Jakarta. Tim Kreatif Rumah 
Produksi Indika
Entertainment, Jakarta.
Fahri Asiza, penulis scenario sitcom OB di RCTI, pengarang novel dan Pimpinan
CreatiFA,  lembaga kreatif pimpinan Fahri
Asiza, tim kreatif Kepompong (SCTV), Super Men (SCTV), dan Bukan Romeo Juliet
(ANTV). Fahri juga dikenal sebagai pengarang novel produktif. Pernah meraih
penghargain sebagai penulis produkstif versi Islamic Book Fair, setahun menulis
24 novel (2005) dan Penulis Cerita Anak Terbaik (IBF 2006) lewat novel “Jas
Hujan Buat Abi”. Agres Setiawan, sineas muda lulusan IKJ, praktisi perfileman.
Piter Tamba (sutradara Banten TV)

Pendaftaran
berlaku sejak dikeluarkannya pengumuman ini hingga 25 Juni 2009.  Biaya yang 
dibutuhkan sebesar Rp. 2.500.000,-
(Dua Juta Lima Ratus Ribu). Dengan biaya itu peserta selain mendapatkan
pelatihan, meninap di rumah penduduk, disuguhi menu khas Banten, pentas seni,
pembuatan film pendek, juga akan mendapatkan souvenir berupa: Seminar kit,
Sertifikat, CD album Ki Amuk, Buku “Jangan Gak Mau Nulis Seumur Hidup” karya
Gola Gong. Selain itu, sebagaian uangnya akan disumbangkan ke rencana
pembebasan tanah Rumah Dunia. per-5 Juni sudah 3 orang mendaftar; Ratih S 
Jatmiko
(Jakarta), Ramli (Serang), Anis Diniyati Raksanegara
(Jakarta)

Jadi, tidak
rugi membayar investasi sebesar Rp. 2,5 jt. Nilai itu jadi tidak sebanding
dengan materi-materi ilmu yang kita dapatkan langsung dari tangan pertama.
Saya, Fahri Aziza, Penerbit Gagas Media, Indika Entertainment, adalah para
praktisi yang berpengalaman di bidangnya masing-masing.

 

BELAJAR UNIK

Writing Cam
Rumah Dunia tidak hanya sekedar belajar saja. Tapi juga saling berbagi. Uang
investasi sebagain akan disumbangkan untk membebaskan tanah. Itu keunikannya.
Dan hal uniknya tidak berhenti sampai di situ saja. 

Belajarnya pun
memakai metode active learning. 

Bahkan diberi
stimulus dengan pentas musikalisasi puisi Ki Amuk, divisi musik Rumah Dunia
pimpinan Firman Venayaksa (Presiden Rumah Dunia), yang sudah membuat CD album
berjudul “Mencari Pelangi” yang diproduseri Jaya Komarodin Cholic. Juga 
pembacaan
Puisi Toto ST Radik, penasehat Rumah Dunia, peraih penghargaan Penyair Terbaik
Komunitas Sastra Indonesia Award pada 1999 dengan antologi puisi “Indonesia
Setengah Tiang”. Monolog Dedi Setiawan, tutor teater Rumah Dunia, peraih
penghargaan juara monolog se-Banten 2005, dan juara 2 monolog mahasiswa
se-Indonesia di Kalimantan (2006). Pembuatan film pendek bersama tim kreatif
Rumah Produksi India Entertainment. Dan “Xpresikan Dirimu”, pentas seni dari
peserta berupa pembacaan puisi, menyanyi, standing comedi, atau apa saja.

Nah, nunggu apa
lagi?

Ayo, daftarkan
segera di “Witing Cam”!

Dijamin jadi
novelis dan film maker! (Gola Gong, penasehat Rumah Dunia dan Executive
Produser Banten TV).

 

 




      

Kirim email ke