--- Pada a, 19/6/09, Wajah Bercahaya <wajahbercah...@yahoo.co.id> menulis:

Dari: Wajah Bercahaya <wajahbercah...@yahoo.co.id>
Topik: Trs: Pendekar Sendang Drajat di www.untukku.com dan www.bukukita.
Kepada: wajahbercah...@yahoo.co.id, alfat...@yahoo.com
Cc: wibjay...@gmail.com
Tanggal: Jumat, 19 Juni, 2009, 7:00 AM



--- Pada Jum, 19/6/09, Wajah Bercahaya <wajahbercah...@yahoo.co.id> menulis:

Dari: Wajah Bercahaya <wajahbercah...@yahoo.co.id>
Topik: Pendekar Sendang Drajat di www.untukku.com dan www.bukukita.com
Kepada: pendekarbudiman1...@yahoo.co.id, pesi...@yahoogroups.com, 
prieya...@yahoo.com
Cc: putrak...@gmail.com
Tanggal: Jumat, 19 Juni, 2009, 6:57 AM

Di usia senja kekuasaannya, Kerajaan Majapahit
yang rapuh secara politik kehilangan kendali “hukum”. Tak ada lagi
aturan, tak ada lagi moral, tak ada lagi tata susila. Kehidupan
masyarakat kacau-balau: angkara murka merajalela, kejahatan merebak di
mana-mana, perampok dan oknum penguasa semena-mena terhadap rakyat
jelata.

Pada masa itulah berkelebatan seorang pendekar sakti mandraguna. 

Dalam pengembaraannya, sang pendekar kerap berikhtiar mengamankan
kawasan pesisir utara dari sepak terjang kaum durjana. Namun, pendekar
itu—yang merupakan cucu Sunan Drajat dan Sunan Sendang Duwur—tak hanya
mengumbar kekerasan terhadap penjahat, tapi juga memberi pencerahan
dengan bahasa dakwah yang lembut dan damai.
Melanjutkan tradisi SH Mintardja, Pendekar Sendang Drajat adalah
novel silat tentang wilayah paling utara Majapahit di tahun
1500-an—wilayah itu dulu disebut Pamotan-Tuban (kini bernama Lamongan),
tempat benteng pasukan Majapahit paling berani. Inilah karya yang
mengungkap satu fragmen riwayat kerajaan terbesar di Nusantara yang tak
terkupas oleh buku-buku sejarah kerajaan.
* * * * *
“Saya adalah orang yang paling merasa senang ketika ruang yang
selama ini diam sepeninggal pendekarnya itu mulai bergerak. Saya
mencatat, setidaknya setelah Singgih Hadi Mintardja (SH Mintardja )
membesut Nogososro dan Sabuk Inten serta Api di Bukit Menoreh, lebih
sepuluh tahun sepeninggalnya, ranah sastra silat langsung membeku.
Arswendo Atmowiloto yang membesut Senopati Pamungkas entah mengapa
tidak lagi menulis buku sejenis. Asmaraman Sukowati Khoo Ping Hoo,
dalang cersil China, telah meninggal. Sementara Herman Pratikto,
pembesut Bende Mataram, tidak ada kabar kelanjutannya.

Setelah saya melepas pentalogi Gajah Mada, ruang kosong itu bergolak
lagi. Ada Hermawan Aksan yang bercerita tentang Dyah Pitaloka
menggunakan cara pandang Sunda. Ada pula Remi Silado yang bertutur
tentang Diponegoro. S. Tidjab pun turun gunung melalui Pelangi di Atas
Glagah Wangi, demikian pula Gamal Komandoko lewat Ken Arok, Banjir
Darah di Tumapel.

Berikut ini, sebuah kisah yang membuat saya agak terenyak. Majapahit
di tahun 1500-an diolah dalam judul Pendekar Sendang Drajad oleh Viddy
AD Daery, menempatkan kita lebih mudah belajar sejarah tanpa berniat
belajar sejarah.”

—Langit Kresna Hariadi, penulis pentalogi Gajah Mada
_______________________________________
“Karya kreatif apa pun, selagi dihasilkan di atas landas yang jujur,
wajar dan bermaruah, harus dihargai dan disokong oleh setiap khalayak
pembaca. Apalagi kalau karya tersebut dilabelkan sebagai “novel sastera
silat bertema Islam”, yang agak asing bagi saya atau umumnya pembaca di
Malaysia.

Pendekar Sendang Drajat (terus terang tokoh ini juga sangat asing
bagi saya), saya percaya akan jadi karya hebat dan mendapat reaksi yang
baik dari khalayak, kerana keluarbiasaan genre tersebut. Dari petikan
yang saya baca, jelas gaya penceritaan novel ini sangat dramatik dan
sinematik, memungkinkan ia mudah diadaptasi kepada medium visual, layar
perak terutamanya, untuk menjangkau khalayak yang lebih besar. Semoga
sukses!”

—Zakaria Arifin, Kuala Lumpur, Malaysia—sesepuh ASWARA [Akademi Seni
Budaya dan Warisan Kebangsaan, dulu bernama Akademi Seni Kebangsaan]
_______________________________________
“Perlawanan terhadap penjajah sering menjadi elemen penting dalam
sastera pascakolonial sebagai suatu strategi mengangkat rasa yakin diri
pribumi untuk menghadapi tantangan neokolonialisme mahupun
neoimperialisme yang tidak pernah berhenti. Novel sebagai senjata
budaya yang telah lama dimanfaatkan oleh kuasa kolonial tidak pernah
hilang “taji”nya.

Saya membaca, novel ini juga tampaknya telah berfungsi dengan baik
dan mantap bagi tujuan menghimpunkan kekuatan jati diri pribumi melalui
bumbu sejarah dan fiksinya. Tiada yang lebih penting dalam sastera
selain manfaatnya untuk membangunkan jiwa manusia agar sadar akan
tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi, dan inilah yang terkesan
dalam novel ini.”

—DR. Mohamad Saleeh Rahamad, kritikus sastra dan dosen Universiti Malaya, Kuala 
Lumpur
_______________________________________
“Sejarah dan sastera adalah dua wajah pada perkembangan kehidupan
masyarakat. Keduanya merupakan narasi yang berusaha menjelaskan mengapa
dan bagaimana suatu peristiwa berlaku. Keduanya memusatkan manusia
sebagai pelaku aktif.
Apabila sejarah menemukan dan ditemukan dengan sastera dalam kisah
pendekar, degup jantung masyarakat menjadi bertambah intens dan deras,
kerana suara perjuangan, kepahlawanan dan pengorbanan menjadi teras
pengucapan dan ekspresi.

Minda dan jiwa bergetar dan disentak lewat pembacaan lantas menjadikan kita

manusia yang hidup tanpa menyerah kalah dalam apa jua pun.
Usaha Pak Viddy harus disanjung.”

—Isa Kamari, sastrawan Singapura
* * * * *
VIDDY AD DAERY alias Drs. Anuf Chafiddi—lahir di desa Laren,
Lamongan, 28 Desember 1961—memulai dunia seninya sejak kanak-kanak.
Karena ibunya melahirkan dan mengasuh adiknya, Viddy diasuh
kakek-neneknya yang suka mendongeng menjelang tidur. Dongeng-dongeng
itu membuat fantasi Viddy menjadi kaya. Fantasi itu kerap ia tuangkan
menjadi lukisan-lukisan yang menghiasi dinding-dinding rumahnya yang
terbuat dari kayu kuno, juga di lantai-lantai plester rumahnya. Seluruh
bagian rumah Viddy pun habis oleh lukisannya, kecuali ruang tamu karena
sudah ditegel keramik kuno dan sukar dilukisi.

Ketika masuk TK Aisyiyah Pangkatrejo, Parengan, Viddy cuma disuruh
ibu-gurunya menggambar di seluruh bagian papan tulis yang dobel dan
berulang-ulang, ia pun merasa cuma dijadikan “tamasya fantasi” gratis,
dan karena itu ia memutuskan cuma sekolah 2 hari, lalu selanjutnya
mengisi hari-harinya dengan keluyuran ke seluruh pelosok desa dan
pedukuhan, bahkan sering bermalam di rumah teman-temannya.

Ketika menjelang Agustusan ayahnya biasa berlatih drama bersama
teman-temannya—sesuatu yang marak di tahun-tahun pertengahan 1960-an
karena hiruk-pikuk sebagai underbow partai-partai besar—Viddy suntuk
hanya menjadi penonton latihan drama tersebut, juga pementasannya di
hari perayaan Agustusan (HUT Kemerdekaan RI ). Tak puas hanya sebagai
penonton, Viddy bergerak mengumpulkan teman-temannya dan melatih mereka
bermain drama anak-anak, dan akhirnya diputuskan bersama untuk “pesta
drama” di suatu malam purnama—malam yang paling indah bagi orang-orang
desa yang kala itu belum mendapat penerangan listrik PLN. Pentas di
halaman rumah Mbah Suratman itu akhirnya sukses besar, ditonton hampir
seluruh warga desa. Kiranya, Viddy bisa disebut sebagai sutradara
teater termuda di dunia.

Masuk usia SD (SDN Laren), Viddy mendapat hadiah sepeda onthel
“laki-laki” yang kokoh dari ayahnya. Maka, mulailah ia memperluas
wilayah jelajahnya. Di setiap hari libur, Viddy selalu bersepeda
menjelajahi desa-desa hingga radius separuh kecamatan, mengagumi alam
dan kehidupan, arsitektur rumah orang kaya desa di masa lalu, dan
sering menghadiri pertunjukan wayang kulit di desa-desa tetangga, serta
berburu komik dan mainan tradisional—termasuk wayang kertas—di pasar
desanya maupun di pasar-pasar desa tetangga.

CUT TO: Masa mahasiswa yang dinilainya paling indah: baru di tingkat
I Fisip Universitas Airlangga Surabaya, nama Viddy sudah melejit
sebagai selebriti sastra. Puisinya, “Surabaya, Mari Berbicara Empat
Mata”, meraih berbagai penghargaan tingkat lokal dan nasional,
dipentaskan di berbagai panggung dan TVRI Surabaya. Setelah itu, ia
banyak menulis puisi dan esai di Memorandum, Jawa Pos, Hai, Zaman,
Semangat, Surabaya Post, Suara Indonesia, Merdeka, Mutiara, Kompas,
Suara Pembaruan, dan banyak lagi. Perlu dicatat bahwa di zaman itu, di
tahun 1980-an, belum banyak remaja yang kreatif menulis.

Pergaulannya dengan Teater Patriana Surabaya membawa Viddy menjadi
tim penulis Film Seri ACI—produksi Pustekkom Dikbud—yang disiarkan TVRI
pusat. Itu pula yang memberi jalan Viddy bekerja di TPI (Televisi
Pendidikan Indonesia) sejak belum siaran—TPI mengudara pertama kali
pada 23 Januari 1991. Mula-mula ia menjabat Redaktur Features Seni
Serbaneka (1990-1991), lalu jadi Manajer/Penanggung Jawab Sinetron
Komedi (1993), yang melahirkan sinetron-sinetron top rating, seperti
Diamor Komeng—Jarwo Kwat, Lenong Bocah, Patrio Ngelaba, Kentrung Humor
Lamongan, Dagelan Neo Mataram—Butet Kartarejasa cs, proyek percontohan
sinetron murah Di Mana Cinta Kutitipkan—Rieke Diah Pitaloka, dan
sebagainya.

Viddy menyumbang TPI kekayaan penghasilan iklan miliaran rupiah,
rating-rating tinggi (top program), dan sinetron-sinetron bermutu yang
menggondol lebih kurang 8 Piala Vidia dari FSI (Festival Sinetron
Indonesia). Kala itu, stasiun televisi lain semacam RCTI, SCTV, Anteve,
dan Indosiar belum banyak berperan, ”masih ayam sayur”. Tetapi ajaib,
rezim manajemen justru mengganjar Viddy dengan tendangan silat
“Ciaaaat…!!!”

Maka, kini Viddy pun menekuni penulisan cerita silat, selain jadi
kolomnis tetap Surabaya Post, menggarap naskah acara TV via PH, jadi
konsultan dan supervisor TV daerah, dan menerima undangan ceramah dari
Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand, dan Filipina. Ia juga berbisnis
macam-macam, dibantu keluarganya yang kreatif, tabah, perkasa, dan luar
biasa.
Judul : Pendekar Sendang Drajat

 No. ISBN : 9789793064758

Penulis : Viddy AD Daery

Penerbit : Alvabet

Tanggal terbit : Juni - 2009

Jumlah Halaman : 236

Jenis Cover : Soft Cover

Kategori : Sejarah Fiksi

Text Bahasa : Indonesia

Harga : Rp. 37.000 Rp. 31.450,- (Anda hemat Rp. 5.550,-)


Dibaca : 428 kali  
                 

Artikel Terkait : 
Cerita Tentang Rokok         
                        
                 
         
         
         
                 
         
                  
          
         
99 Web Penghasil Duit di Internet 
         BLOGSPOT UNTUK CORPORATE
        
         
                 
        
         
        
        
        x
        
        Beritahu Teman Anda:
        Nama Anda:

        Email Anda:

        Nama Teman:

        Email Teman:

        
        
        
        
        
        BERITAHU TEMAN
 | 
         Print This Post | 
          | Add comments                                 
         
         
      



                        

         


Leave a Reply






Name (required)


Mail (will not be published) (required)


Website









                
                    
                                    
                    
                           
                    

                    
                    

        Nama baru untuk Anda!  

Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 

Cepat sebelum diambil orang lain!

        Berselancar lebih cepat. 
 Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk Yahoo! otomatis membuka 2 halaman 
favorit Anda setiap kali Anda membuka browser.Dapatkan IE8 di sini! (Gratis)


      Selalu bersama teman-teman di Yahoo! Messenger. Tambahkan mereka dari 
email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/

Kirim email ke