Radar Bojonegoro -Jawa Pos Grup

[ Minggu, 20 Desember 2009 ] 
600 Grup Barongan Atraksi Masal 

BLORA - Enam ratus grup barongan se-Kabupaten Blora kemarin (19/12) memadati 
Jalan Pemuda. Mereka menggelar atraksi masal untuk mendeklarasikan kesenian 
barongan sebagai kesenian khas dan asli Blora. 

''Jika di Ponorogo ada reog, di sini ada barongan karena kesenian ini sudah 
mendarah daging bagi warga Blora,'' ujar Pudiyatmo, kepala Dinas Pariwisata 
Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (DPKPOR) Blora.

Selain Bupati Yudhi Sancoyo dan Ketua DPRD Maulana Kusnanto, deklarasi itu juga 
dihadiri para pejabat pemkab setempat dan Profesor Slamet, ahli kebudayaan dari 
Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. 'Kami ingin pemkab mengembangkan 
kesenian ini dan menjadikan kesenian ini kebanggaan dan budaya lokal yang 
adiluhung,'' tambah Pudiyatmo.

Enam ratus grup barongan itu tampil memanjang hingga lebih dari dua kilometer. 
Menurut Prof Slamet, dari catatan dirinya, kesenian barongan ada sejak sekitar 
tahun 1935. Kesenian itu merupakan kesenian asli Blora. Alasannya, sebuah buku 
yang ditulis warga Belanda, menyebutkan Gubernur Belanda saat itu pernah datang 
ke Blora dan disuguhi kesenian tersebut. Setiap tahun, kesenian barongan 
berkembang. ''Sebelum tahun 1945 kesenian Barongan masih merupakan kepercayaan 
dan olah kanuragan,'' tuturnya.

Sejak 1945 sampai 1965, kesenian barongan menjadi propaganda politik. Melalui 
kesenian ini, warga Blora ingin menggelorakan perlawanan pada penjajah. Karena 
itu, ada sebuah wadanan atau olok-olok untuk barongan. Yakni, barongan ora 
galak, barongan moto beling. Barongan ora galak, endas butak ditempiling 
(Barongan tidak galak, barongan bermata kaca. Barongan tidak galak, kepala 
botak di tempeleng). ''Wadanan ini isyarat karena mengandung makna semangat. 
Kepala botak yang dimaksud adalah penjajah saat itu sehingga harus ditempeleng 
dan diusir dari negeri ini,'' jelasnya.

Dalam perkembangan selanjutnya, barongan menjadi seni pertunjukan, meski masih 
ada unsur mistiknya. Menurut Slamet, barongan sebagai alat mengusir energi 
jahat ketika itu masih ada. 

Sejak 1965 sampai 1998, lanjut dia, kesenian ini terpengaruh dengan kuda 
lumping. Sehingga kuda lumping pun dimasukkan. ''Dan hingga sekarang barongan 
menjadi kesenian yang masih digemari,'' ujarnya. (ono)




      Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke 
Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer

Kirim email ke