Inilah buku ke-7 dari 11 judul  buku yang diterbitkan Dewan Kesenian Jawa
Timur.

 

Konservasi Budaya Panji





Editor

Henri Nurcahyo



Penulis:

Aminudin Kasdi

Bambang Tetuko

Dwi Cahyono

Henri Nurcahyo

Lydia Kieven

Narsen Afatara

Nasrul Illahi

R. Joko Prakosa

RM. Yunani Prawiranegara

S. Jai

Soemarno





Pracetak:

Abdul Malik, Ribut Wijoto



Desain cover dan lay out:

Kang Madrim



Cetakan pertama:

November 2009



Tebal:

216 halaman+xi



ISBN:

978-979-18793-7-8









Diterbitkan oleh

Dewan Kesenian Jawa Timur

Jl.Wisata Menanggal Surabaya 60234

Telp/fax 031- 8554304

Email:dk_ja...@yahoo.com





Bekerja sama dengan;

Bayumedia Publishing

Jl.Bukit Barisan 23 Malang

Telp 0341- 570343 fax 0341- 570342

Email:bayume...@yahoo.com









SEKAPUR SIRIH



Syukur Alhamdulillah, program penerbitan buku tahap kedua berjalan sesuai
rencana. Sejak semula, Dewan Kesenian Jawa Timur memahami bahwa kesenian tidak
hanya terpaku dengan wilayah olah rasa. Tapi juga ada gelibat kencang dari
pergulatan pemikiran. Inilah yang perlu dicatat. Problemnya, mencatat pemikiran
belum menjadi tradisi yang mengakar di Jawa Timur. Terbukti, penerbitan buku di
provinsi yang beragam etnik ini masih teramat sepi. Tetapi kami tetap
optimistis. Sepi bukan berarti tidak ada sama sekali. 

Kami berharap usaha penerbitan ini mampu meningkatkan gairah kehidupan
kesenian. Terkhusus di Jawa Timur. Untuk itu, kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada para seniman yang telah mencurahkan keringat-dinginnya untuk
menulis buku, editor, penerbit, dan seluruh insan yang terlibat langsung maupun
tidak langsung dalam kehidupan kesenian di Jawa Timur. Selebihnya, ungkapan
kuno, tiada gading yang tak retak, patut kami ketengahkan. Artinya, kami tetap
mengharapkan adanya kritik dan saran demi terciptanya kondusivitas berkesenian
yang sehat dan progresif. Amin.



Surabaya, 10 November 2009



Achmad Fauzi

Ketua Umum Dewan Kesenian Jatim















Semacam Pengantar



Apa yang disebut dengan Cerita Panji, ternyata bukan sekadar kisah percintaan
antara Panji Asmarabangun dan putri Galuh Candrakirana. Ada banyak hal yang 
menarik terkait dengan
cerita rakyat ini sehingga pantas menjadi perbincangan banyak kalangan. Bukan
hanya terkait dengan sastra lokal, melainkan juga menyangkut aspek sejarah,
arkeologi, antropologi, pertanian, politik, dan aspek budaya secara luas. Itu
sebabnya, khasanah cerita rakyat ini tidak hanya berhenti sebagai karya sastra,
melainkan sudah menjadi budaya. Dan apa yang disebut Budaya Panji, adalah
sebuah fenomena tersendiri. 



Sebagai sebuah kisah percintaan, menjadi hal yang menarik ketika ternyata kisah
itu menjadi cerita utama banyak seni pertunjukan. Mulai dari Wayang Beber,
Wayang Topeng, Wayang Krucil, Wayang Gedhog dan sejumlah teater rakyat. Dan
ternyata lakon tersebut juga melahirkan banyak varian sehingga pertunjukan 
teater
rakyat memiliki banyak alternatif ketika mementaskan cerita Panji. Inilah
fenomena yang pertama.



Kedua, banyak orang mengenal cerita-cerita rakyat seperti Ande-ande Lumut,
Timun Mas, Keong Mas, Thothok Kerot, Utheg-utheg Ugel dan sebagainya. Namun yang
tidak disadari, bahwa cerita yang akrab di kalangan anak-anak desa itu adalah
juga varian dari cerita Panji. Bisa dikatakan bahwa cerita-cerita itu adalah
fragmen-fragmen dari cerita besar mengenai pengembaraan Raden Panji
Asmorobangun ketika patah hati karena kekasihnya yang pertama, Dewi Anggraeni,
bunuh diri sebelum dibunuh utusan Raja. 



Ketiga, kisah yang bersumber dari kerajaan Kadiri dan Jenggala ini ternyata
menyebar ke seluruh Jawa, Bali, Nusa Tenggara, menyeberang ke Sumatra,
Kalimantan, bahkan hingga ke negara-negara Malaysia, Thailand, Kamboja, Myanmar
dan sebagainya. Bukankah ini dapat disebut sebagai ekspor budaya? 



Keempat, dirunut dari aspek sejarah, kisah ini terjadi pada masa kerajaan
Kadiri, namun justru muncul dua ratus tahun sesudah itu, yaitu pada masa
kerajaan Majapahit. Dari sini saja sudah memancing kajian sejarah dan aspek
politik yang menarik diperbincangkan. Bahkan, mempersoalkan apakah Panji ini
memang merupakan fakta sejarah atau hanya dongeng belaka, sudah menjadi bahan
diskusi yang menarik. 



Kelima, meski “hanya” berupa kisah percintaan dua anak manusia, seorang
arkeolog asal Jerman, Lydia Kieven, menemukan adanya kisah Panji ini di 20 (dua
puluh) relief candi di Jawa Timur. Apakah ada sesuatu yang luar biasa sehingga
sampai sebegitu banyak candi yang mengabadikan kisah ini? 



Semakin menelisik lebih jauh ke dalamnya, akan banyak ditemui fenomena kisah
sastra yang mampu menjadi alternatif kisah Mahabarata dan Ramayana ini. Itu
sebabnya, Dewan Kesenian Jawa Timur ingin mengangkat Budaya Panji ini sebagai
ikon Jawa Timur, melalui program Konservasi Budaya Panji. Hal ini merupakan
langkah kongkrit dari serangkaian acara bertemakan Panji yang digelar di
Universitas Merdeka Malang tahun 2007, menyusul Pasamuan Budaya Panji di PPLH 
Seloliman
tahun 2008, dan diskusi bedah Panji di Pusat Kebudayaan Prancis (CCCL) Surabaya
awal tahun 2009, yang secara khusus memang merupakan hajat Dewan Kesenian
Jatim. Bagi DK Jatim, yang terlibat dalam program Panji ini sejak awal,
kemudian ikut memfasilitasi dialog Lydia Kieven di Kediri dan Malang, serta 
secara khusus bekerjasama
dengan TVRI Jawa Timur, dengan membuka program Jagongan Budaya. Tiga episode
pertama, memilih topik Budaya Panji ini. 



Konservasi Budaya Panji itu memang bukan hanya menyangkut aspek kesenian saja,
melainkan aspek-aspek yang lain. Namun Dewan Kesenian Jawa Timur, sesuai dengan
lingkupnya, hanya berkonsentrasi pada aspek keseniannya belaka. Penerbitan buku
ini misalnya, hanyalah merupakan langkah awal dari upaya konservasi tersebut.
Sebagaimana disarankan banyak pihak, akan dilaksanakan juga penerbitan (ulang)
cerita-cerita rakyat yang bersumber dari Cerita Panji, pementasan seni
pertunjukan rakyat yang berbasis Cerita Panji dan juga berbagai upaya lainnya.
Berbagai upaya tersebut bahkan diharapkan dapat bermuara dengan menjadikan
Budaya Panji sebagai ikon Jatim. Bahwa ada suatu potensi budaya yang dimiliki
dan menjadi kebanggaan Jawa Timur berupa sebuah budaya Panji. Disebut “budaya”,
karena di dalamnya ada kesenian (sastra, seni pertunjukan, seni rupa, seni
tari), sejarah, arkeologi, filsafat, politik, bahkan terkait dengan aspek
lingkungan hidup. 



Buku ini, adalah catatan rangkuman dari Pasamuan Budaya Panji di PPLH, diskusi
Bedah Panji di CCCL dan cuplikan perjalanan ceramah keliling Lydia Kieven di
Surabaya, Kediri dan Malang. Sebagian makalah yang disajikan dalam
acara di PPLH Seloliman dan CCCL Surabaya, juga dilampirkan dalam buku ini.
Demikian pula rekomendasi dari Pasamuan Budaya Panji di PPLH dan Reportase
Bedah Panji, serta catatan khusus yang dibuat oleh Lydia Kieven sendiri. Ke
depan, pengkajian Budaya Panji itu tentu akan lebih menarik lagi dilakukan
dalam sebuah seminar internasional yang mendatangkan pakar-pakar berbagai
disiplin ilmu untuk membahas Panji.



Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada Dewan Kesenian Jawa Timur yang
memberikan kepercayaan pada penulis untuk menjadi koordinator program
Konservasi Budaya Panji ini. Terima kasih pula kepada para narasumber, yang
dengan besar hati menyumbangkan pemikirannya untuk acara diskusi dan kemudian
dibukukan ini. Tentu saja, penulis menghaturkan maaf yang sebesar-besarnya
lantaran penerbitan buku ini masih memiliki banyak kelemahan. 





Surabaya, September 2009



Henri Nurcahyo 

Editor







Buku Terbitan Dewan Kesenian Jawa Timur:

1. Koreografi Etnik Jawa Timur 

Penulis: Tri Broto Wibisono, Bambang Sugito, Rahmat Djoko Prakosa, Eko Wahyuni
Rahayu, Peni Puspito, Setyo Yanuarti

Editor: Eko Wahyuni Rahayu

Produksi Komite Tari, Tahun 2009

2. Teater dan Kembarannya

Penulis: Antonin Artaud (terjemahan)

Penerjemah: Max Arifin

Editor: Abdul Mukhid

Produksi Komite Teater, Tahun 2009

3. Dua Kutub, Panjak Hore & Rock Progresif

Penulis: Suwarmin dan Gamantyo Hendrantoro

Editor: Nashar Bathati

Produksi Komite Musik, Tahun 2009

4. Damar Kurung, dari Masa ke Masa

Penulis: Ika Ismurdyahwati 

Editor: Nonot Sukrasmono

Produksi Komite Seni Rupa, Tahun 2009

5. Isu Minoritas dalam Sinema Indonesia Pasca Orde Baru 

Penulis: Rachmah Ida, dkk

Editor: IGAK. Satrya Wibawa

Produksi Komite Film, Tahun 2009

6. Pesta Penyair, Antologi Puisi Jawa Timur

Penulis: Akhudiat, dkk

Editor: Mashuri dan Ribut Wijoto

Produksi Komite Sastra, Tahun 2009




      

Kirim email ke