Pentas&Keberadaan Wayang Orang Bharata
 
Text: Hari Setianto
Nikmati Esai Foto WO.Bharata
di http://www.indonesiaculture.net/photo-gallery/
 
Selaras gerak tari yang
kompleks, sejenak terpana keluwesan sang Arjuna dan Dewi Sukesi dalam tempo
tari yang sangat lamban diiringi gending gamelan jawa. Sesaat kemudian, berubah
ke tempo tinggi dan adegan menjadi arena pertempuran para buto (raksasa).
Sepenggal alur adegan yang dinamis dari pentas Wayang Orang Bharata melakonkan
kembali kekuatan cerita-cerita Mahabharata dan Ramayana. Dialog dan peran
berkarakter ala teater. busana dan lukisan diwajah serta tata panggung
tradisional yang artistik. Menjadikan pentas Wayang Orang Bharata sebagai
sebuah pentas teatrikal kelas dunia. 
 
Pagelaran baru akan dimulai
sekitar pukul 20.00WIB. Para pendukung acara
sudah mulai bersiap diri selepas maghrib. Indonesiaculture.net mendapatkan
kesempatan (all acsess) untuk berada
ditengah-tengah menyaksikan semua kegiatan Wayang Orang Bharata. Berada 
dibelakang
panggung, lebih dari 60 orang pelakon wayang sedang asyik melukis wajahnya.
Berbagai peran tokoh pewayangan mulai terlihat dari goresan warna yang melekat
di wajah.
 
Beberapa pelakon senior lebih
dulu selesai bersiap diri. Para pelakon baru
yang masih sangat muda usia tak segan meminta bantuan untuk membuat
goresan-goresan yang dianggap sulit. Sahut-sahutan guyonan yang kreatif khas
jawa terlontar begitu saja dengan cepatnya meramaikan suasana ruangan yang
memang sudah padat. Satu persatu mereka bersiap diri disamping panggung 
melakukan
pemanasan dengan gayanya masing-masing. Terlihat tokoh Gatotkaca yang terus
melafalkan dialog bersamaan bahasa tubuhnya yang gagah, ditopang posisi 
kuda-kuda
tegap.
 
Gending gamelan dalam tempo
cepat terlantun, pertanda pagelaran wayang orang dimulai. Seorang penari Sripi 
dengan
memakai topeng kayu diwajahnya menari begitu atraktif. Dari samping panggung
sebagian besar pelakon lainnya serius memperhatikan aksi panggung pembuka ini. 
Pantas
dijadikan panutan. Proses belajar yang tak pernah berhenti dari masing-masing 
pelakon
wayang orang terlihat dari belakang panggung. 
 
Malam
itu, pagelaran Wayang Orang Bharata mengambil tema Makutoromo, sebuah wejangan
atau wahyu yang diturunkan oleh Dewa kepada Abimanyu dari pertapaannya untuk
menentukan  titisan ratu di kerajaan
Astina. Lakon cerita dari pewayangan yang selalu dipentaskan oleh Kelompok
Wayang Orang Bharata tetap sesuai dengan sumbernya yaitu dari cerita Mahabarata
dan Ramayana yang berasal India.
Cerita mahabarata, ketika diadopsi ceritanya dikembangkan oleh para pujanga 
Nusantara
menjadi Bharatayuda. 

Pada jaman itu, Jayabaya memberikan tugas
kepada empu Sedah untuk mengembangkan dan menulis cerita Bhatarayuda, kemudian
sebelum selesai, empu sedah meninggal dan dilanjutkan oleh empu Panuluh dan
melahirkan cerita Bharatayuda. Kemudian oleh para pujangga lain cerita 
Bharatayuda
dikembangkan cerita-cerita lain yang berdasar pada kitab Bhatarayuda.

Lakon dalam wayang orang tidak dapat
disesuaikan dengan cerita modern seperti kesenian ketoprak, karena cerita dalam
pewayangan sudah sangat lengkap. Misalkan dari segi sosial politik, dalam
wayang orang terdapat itu cerita tentang kudeta, perebutan wilayah dan jika
dibandingkan dengan kondisi sekarang semua sudah termaktup dalam cerita
pewayangan. Jenis cerita pewayangan terdapat ratusan jenis cerita.

Termasuk
falsafah-falsafah tentang tata krama dalam kehidupan sehari-hari,
seperti bagaimana seorang anak bersikap dan berbicara dengan orang tua,
bagaimana hubungan antara rakyat jelata dengan rajanya dan masih banyak sekali
nilai-nilai budi pekerti yang dapat dipelajari dari sebuah cerita pewayangan.
Tak heran pada setiap pertunjukan Wayang Orang Bharata, para orang tua membawa
serta anak-anaknya. Biasanya mereka memilih balkon atas agar lebih leluasa
menterjemahkan filosofi-filosofi jawa. Melihat interaksi tersebut, rasanya satu
lagi misi pelestarian sosial budaya tersampaikan oleh kelompok Wayang Orang
Bharata.

Kelompok Wayang Orang
Bharata, adalah sebuah paguyuban kesenian Wayang Orang yang masih bertahan 
menjadi
pejuang budaya dalam gerusan moderenisasi jaman. Saat ini, tinggal tiga
paguyuban Wayang Orang yang masih bertahan. Dua diantaranya berada di kota 
Yogyakarta dan Solo.
Wayang Orang Bharata yang berbasis di Jakarta sebagai sentra negara Indonesia,
menjadi tolak ukur keberlangsungan tradisi kesenian Wayang Orang.
 
Menurut
Marsam Mulyo Atmojo, Pimpinan Paguyuban Wayang Orang Bharata, Berdirinya
Kelompok Kesenian Wayang Orang Bharata tak dapat dilepaskan dari keberadaan
kelompok Kesenian wayang orang Panca Murti yang telah ada sejak tahun 1963 dan
berpusat di gedung realto theather, kawasan senen, Jakarta Pusat-yang saat ini
telah berubah nama menjadi gedung Wayang Orang Bharata.

Meski
sempat pecah di tahun 1972,  kelompok
kesenian Wayang Orang Bharata sejak pertama kali didirikan sampai dengan tahun
1999 konsisten menggelar pertunjukan wayang orang. Namun sejak tahun 2000
hingga 2004, Bharata mengalami vakum dari kegiatan pementasan wayang orang di
gedung Bharata akibat dilakukannya renovasi gedung. 

 Setelah renovasi gedung selesai dan
Bharata kembali melakuan pertunjukan, rutin satu kali dalam seminggu dihari
sabtu malam. Tak sulit menemukan gedung wayang orang Bharata lokasinya sangat
strategis berada dideretan toko-toko disamping terminal besar bis PASAR SENEN
Jakarta Pusat. Oleh pengelola dikembangkan juga sebuah kegiatan pelestarian
wayang orang-dengan mendidik para anak muda yang diharapkan akan meneruskan dan
melestarikan budaya ini. Sebagian besar anak muda ini adalah anak-anak dari
para pemain senior Bharata. Sampai saat ini jumlah seluruh anggota yang
terlibat dalam kegitan Wayang Orang Bharata 120 orang.

Sebagai sebuah upaya pelestarian sebuah
budaya dan kesadaran yang sangat tinggi akan arti seni wayang orang. Sering
kali para anggota Wayang Orang Bharata harus mengeluarkan biaya dari kantong
mereka sendiri untuk membiayai sebuah pementasan termasuk dalam proses
latihannya dan tidak sedikit biaya yang mereka keluarkan. Biaya yang
dikeluarkan hingga jutaan rupiah untuk menyewa kostum, transportasi, dekorasi
dan sebagainya.

Ditengah
beratnya upaya melestarikan budaya wayang orang, tetap terpercik harapan karena 
sampai saat inipun masih banyak pihak luar negeri yang datang ke Indonesia  
mencari kelompok kesenian wayang orang untuk
diundang dan melakukan pertunjukan di negaranya. Namun Marsam menyesalkan,
karena adanya kecurangan dari pihak terkait, sering kali mereka tidak datang
langsung ke Wayang Orang Bharata. Oleh orang-orang dinas kebudayaan para tamu
luar negeri itu tidak pernah dibawa dan ditunjukkan keberadaan kelompok wayang
orang bharata, tetapi mereka terima sendiri undangan tersebut dan hanya
melibatkan beberapa orang bharata saja. 

Harus disadari bahwa sebuah
pelestarian budaya adalah sebuah pekerjaan dengan biaya mahal. Sebagai contoh
kesenian kabuki di jepang, di sana pelaku kesenian kabuki dijamin kehidupannya 
oleh negara, sehingga mereka dapat
fokus menampilkan kesenian kabuki dan baik. Berbeda dengan di Indonesia,
meski sudah ada perhatian dari pemerintah tapi tetap saja masih setengah hati,
para pelaku seni tetap harus berjuang untuk bertahan hidup dan menghidupi diri
sendiri dan keluarganya.
 
Melihat besarnya potensi
kesenian wayang orang sebagai citra teatrikal tradisional Indonesia berskala 
dunia, semua elemen harus membantu melestarikannya. Datang dan nikmati
pertunjukannya. Seperti saat pagelaran beberapa waktu lalu, dua baris terdepan
kelas VIP dipenuhi expatriates yang mempunyai agenda rutin menyaksikan
pagelaran Wayang Orang Bharata. Ketika pertunjukkan berakhir beberapa orang
perwakilan dari mereka datang menghampiri para pelakon dibelakang panggung dan
berujar dalam bahasa Indonesia “ teramat istimewa..teramat istimewa,”  


      

Kirim email ke