Apakah JJ Kusni tidak diajak Taufik baca sajak di MK itu? Atau mungkin Kusni 
sedang berada di MK yang lain(Mengurus Kambing).
BISAI (membaca sajak di KM = Konstituai Mabur)

  ----- Original Message ----- 
  From: Chalik Hamid 
  To: nasional-l...@yahoogroups.com ; Gelora 45 ; Sastra Pembebasan ; 
wahana-n...@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, March 26, 2010 11:07 PM
  Subject: Trs: #sastra-pembebasan# Taufiq Ismail Baca Puisi di Sidang MK


    
  Agaknya Taufik Ismail salah masuk ruangan. Masak dia tidak tahu mana MK dan 
mana gedung kesenian. Mungkin MK itu ia artikan Mimbar Kesenian.

  --- Pada Jum, 26/3/10, Insan Terkekang <insan_terkek...@yahoo.com> menulis:

  Dari: Insan Terkekang <insan_terkek...@yahoo.com>
  Judul: #sastra-pembebasan# Taufiq Ismail Baca Puisi di Sidang MK
  Kepada: "sarikata" <sarik...@yahoogroups.com>, "apresiasi sastra" 
<apresiasi-sas...@yahoogroups.com>, sastra-pembeba...@yahoogroups.com, "nb" 
<nongkrong_bare...@yahoogroups.com>, bumimanu...@yahoogroups.com
  Tanggal: Jumat, 26 Maret, 2010, 7:20 AM

    

  Taufiq Ismail Baca Puisi di Sidang MK

  http://www.lampungp ost.com/aktual/ berita.php? id=15874 

  JAKARTA (LampostOnline) : Penyair Taufiq Ismail pernah membaca puisi di mana 
  saja. Bahkan saat dipanggil sebagai saksi ahli dalam sidang uji materi UU 
  Penistaan Agama di Mahkamah Konstitusi (MK), Taufiq pun memilih 
  berdeklamasi.
  Taufiq hadir dalam sidang uji materi UU Penistaan Agama di Gedung MK, Jl 
  Medan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu (24/3/2010). Taufiq dimintai pendapatnya 
  sebagai budayawan.
  Saat naik ke podium, Taufiq bukan memberikan keterangan. Dia malah menyiapkan 
  5 lembar kertas yang ternyata puisi berjudul 'Tebing Betapa Curam, Jurang 
Betapa 
  Dalam, Tak Tampak Kedua-duanya' .
  "Desa kami terletak di kaki gunung yang sangat indah. Berpagar perbukitan 
  dengan
  deretan pohon cemara. Sawah luas terhampar, hijau muda dalam warna," kata 
  Taufiq langsung berdeklamasi.
  Sekitar 60 pengunjung sidang langsung celingukan. Mereka tidak menduga Taufiq 
  akan membaca puisi. Para pengunjung di luar sidang yang menonton lewat 
televisi 
  juga terpana.
  "Pada suatu hari, ada sebagian kecil penduduk desa berdemonstrasi. Dengan 
  dada yang melengking dan tinggi. Tangan teracung, terayun ke kanan dan ke 
kiri. 
  Dalam paduan suara yang diusahakan harmoni. Kami menolak pagar tebing itu, 
  apapun bentuknya," kata Taufiq penuh penjiwaan.
  Puisi Taufiq rupanya penuh simbolisasi. 'Pagar' lagi-lagi menjadi kata kunci 
  dalam puisinya.
  "Tebing betapa curam. Jurang betapa dalam, kok tak tampak kedua-duanya. Nah, 
  tentang pagar yang memang sudah tua keadannya. Mari kita gotong royong 
  menggantinya, " kata Taufiq mengakhiri puisinya.
  Para hadirin agak kebingungan karena tidak ada pernyataan sama sekali dari 
  Taufiq selain puisi. Ketua MK Mahfud MD langsung meminta penegasan Taufiq.
  "Apakah yang dimaksud dengan pagar itu UU ini? Karena tak mungkin putusan MK 
  ditulis dalam bentuk puisi," tanya Mahfud MD.
  "Iya (betul)," kata Taufiq menyudahi kesaksiannya. 
  (DTC/L-2)

  [Non-text portions of this message have been removed]

  Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! 
memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

  [Non-text portions of this message have been removed]



  

Kirim email ke