Oleh : Ariani Zarah Sirait (Wartawan Majalah TAPIAN, pengajar di Fakutas Film & Televisi IKJ)
Melihat film dokumenter "Gerimis Kenangan dari Sahabat yang Terlupakan" memang menyisakan perasaan bangga sekaligus tertegur pada hati penontonnya. Bangga ketika ada bangsa lain yang mengapresiasi tokoh-tokoh serta budaya Indonesia lebih baik dari kita sendiri. Dan tertegur ketika dihadapkan pada kenyataan begitu acuhnya kita dengan tradisi-tradisi yang sesungguhnya telah membentuk kita menjadi manusia berbudaya sekarang ini. Bangsa lain itu berjarak ribuan kilometer dari negara kita, bukan negara tetangga, dan tidak pula berbagi benua yang sama. Negara itu adalah Rusia yang sebelumnya bernama Uni Soviet. Sebuah negara di Eropa yang bercuaca dingin sepanjang tahunnya, yang pada tahun tertentu di masa lalu, pernah berhubungan baik dan erat dengan negara kita ini. Yang lebih mengejutkan lagi, dalam beberapa segmen film tersebut, setiap orang yang berkontribusi sebagai narasumber yang dengan lancar menggunakan bahasa Indonesia ini bukan saja dengan kentara menyatakan kekagumannya akan sosok beberapa orang tokoh Indonesia. Tapi juga menunjukkan ketertarikan yang serius akan budaya kuno bangsa kita. Dan kita boleh sedikit berbangga hati (atau mungkin tertegur lebih keras lagi) karena salah satu budaya yang diteliti dan terjaga artefaknya dengan baik di salah satu museum besar Rusia itu tidak lain tidak bukan: budaya batak kuno. Tersebutlah Elena Revunenkova, seorang ahli Batak Kuno dan juga direktur museum Kunstkammer di kota St. Petersburg, Rusia. Dengan menggunakan bahasa Indonesia yang cukup lancar, wanita paruh baya ini menjelaskan tentang tradisi/agama Batak Kuno serta artefak-artefaknya yang berhasil dikumpulkan dan tersimpan di museum tersebut. lebih lengkap di .... http://kritikdiri.blogspot.com/