Bojonegoro Petakan Benda Cagar Budaya 

Selasa, 13 Juli 2010 | 01:01 WIB

BOJONEGORO, KOMPAS.com--Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan Dewan Kepurbakalaan 
Bojonegoro, Jawa Timur, memetakan benda cagar budaya di wilayah kerjanya. 

  
"Pemetaan benda cagar budaya ini juga sebagai langkah mengamankan berbagai 
benda 
yang memiliki nilai sejarah yang berada di wilayah Bojonegoro," kata Kepala 
Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan 
Bojonegoro, Saptatik, Senin. 

  
Ia menjelaskan berdasarkan Keputusan Bupati Bojonegoro, Suyoto, Nomor 
188/176/KEP/412.11/2010, tertanggal 8 Juni 2010 dibentuk Dewan Keperbukalaan 
Bojonegoro. 

  
Menurut dia, Dewan Kepurbakalaan melakukan pemetaan benda cagar budaya, 
situs-situs, benda bersejarah, dan legenda yang berkembang di masyarakat. 

Dalam pemetaan tersebut sekaligus mengamankan apabila menemukan benda yang 
memiliki nilai sejarah yang ada di masyarakat. 

  
Selain itu, para pengurus Dewan Kepurbakalaan juga memiliki tugas memberikan 
penjelasan sekaligus sebagai pemandu yang datang ke Bojonegoro untuk melakukan 
penelitian. Baik dari kalangan mahasiswa atau dari para peneliti dalam dan luar 
negeri. 

"Mereka memiliki tugas sebagai pemandu peneliti yang datang ke Bojonegoro," 
katanya. 

  
Ia mencontohkan di Desa Soko, Kecamatan Temayang, ada seorang dalang wanita 
berusia 97 tahun yang mendalang dalam rangka ruwatan. Dalang wanita itu 
mendalang tanpa gamelan dan hanya memanfaatkan mulutnya sebagai musik. 

  
Saptatik mengatakan di Bojonegoro selama ini dikenal sebagai wilayah yang 
memiliki situs yang seringkali ditemukan benda purbakala, di antaranya situs 
Jawik di Desa Jawik, Kecamatan Tambakrejo, situs Mlawatan di Kecamatan 
Kalitidu. 

  
Disamping sering ditemukan fosil binatang purba, juga ditemukan sejumlah benda 
bersejarah di era jaman Majapahit."Paling tidak dengan adanya pemetaan 
tersebut, 
keberadaan benda bersejarah dan tempat bersejarah di Bojonegoro semakin jelas," 
katanya 

  
Dalam melakukan pemetaan itu, dilakukan kerja sama dengan BP3 Trowulan 
Mojokerto, Kementerian ESDM, Museum Geologi Bandung, serta beberapa dosen 
Fakultas Ilmu Bumi dan Mineral Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr Johan Arif, 
MT.
 
Penulis: JY   |   Editor: jodhi   |   Sumber : ANT Dibaca : 76 
Sent from Indosat BlackBerry powered by  

Reply via email to