* * Links * Database * Calendar * Promote * Groups Labs (Beta) Already a member? Sign in to Yahoo! Yahoo! Groups Tips Did you know...Real people. Real stories. See how Yahoo! Groups impacts members worldwide.
Best of Y! Groups Check them out and nominate your group. Click here for the latest updates on Groups Message search Messages Messages Help Message # Search: Advanced [Bookleat]: Acara Sarasehan 60 thn Kemerdekaan R.I. ( V ) Topic List < Prev Topic | Next Topic > Reply < Prev Message | Next Message > MENYERAHLAH, ELIT INDONESIA! Oleh : Viddy AD Daery Kalian tak bisa terus-terusan membohongi kami, berbuat jahat terhadap kami, berkhianat terhadap kami, sambil berpura-pura berpihak kepada kami. Kami sudah tahu belang kalian, kami sudah mengepung kalian! Kalian tak bisa lagi kemana-mana, karena kemanapun kalian melangkah, kalian memijak air mata kami, kemanapun kalian terbang, kalian akan lelah dan hinggap di air mata kami. Kemanapun kalian berlayar, kalian mengarungi air mata kami. Semenjak Sukarno berubah menjadi “Raja Jawa” ketika ia sudah merasakan nikmatnya kursi presiden, kami sudah tahu bahwa kami mulai kalian khianati. Sukarno membangun istana-istana megah untuk para isterinya, darimana uangnya? Tentu uang kami. Tapi kebodohan kamilah yang tak pernah mempersoalkan hal itu sampai kini. Kebodohan kami membiarkan Sukarno mencetuskan dekrit presiden yang menghapus demokrasi dengan membohongi kami memakai nama “Demokrasi Terpimpin”. Kebodohan kami membiarkan Sukarno melantik dirinya sendiri menjadi Paduka Yang Mulia Presiden Seumur Hidup, karena kami yang bodoh terlalu berterimakasih terhadap pengorbanannya memimpin kami mendirikan negara baru Indonesia merdeka ini. Sehingga kami mempertuhankan Sukarno, kami membangun kultus individu—bahkan sampai kini—dan membiarkan Sukarno berbuat semaunya, mengkhianati kami, sekaligus mengkhianati prinsip dan cita-citanya sendiri. Ketika Suharto memperdayakan Sukarno, kamipun mengikuti saja skenario Suharto, kami menuruti apa saja jenis ajakan Suharto mengganyang Sukarno dan Orde Lama beserta semua antek-anteknya, sehingga hasilnya kami mengobarkan perang saudara yang mengerikan, karena kami yang sudah muak dan lelah dikhianati Sukarno dan Orde Lama menjadi terlalu pusing untuk diajak berfikir jernih. Suharto memberi harapan baru kepada kami. Para koruptor Orde Lama dipenjara, dan ekonomi dibangun. Kami tak lagi dibiarkan kelaparan. Jalan-jalan lama yang terlantar sejak zaman Mojopahit ( dalan gung atau delanggung ) diperbaiki dan jalan-jalan peninggalan Belanda ditingkatkan mutunya, serta yang perlu diberi acungan jempol di zaman Suharto: jalan-jalan barupun dibuka, dirambah dan dibangun, diaspal rapi. Kehidupan seni budaya dibina. Subsidi-subsidi dikucurkan untuk membangun pusat-pusat pendidikan murah, pusat-pusat seni budaya, pusat-pusat kajian intelektual, pusat-pusat iptek, pusat-pusat keagamaan, dan beasiswa-beasiswa untuk mencari ilmu ke negara maju digalakkan. Tapi kebaikan Suharto berangsur surut sejalan dengan semakin lamanya dia berkuasa dan kembali terkena penyakit kekuasaan yang korup dan dekaden, apalagi ketika anak-anak dan cucunya semakin besar dan dewasa lalu diajari ilmu pengkhianatan terhadap rakyat oleh para syaitan-syaitan politik dan ekonomi, dan Suhartopun mulai kejam terhadap kami. Kami kembali dibungkam, seperti zaman Sukarno, bahkan kami dibunuhi dan kebebasan dirantai, hingga akhirnya kami hampir putus asa terlalu lelah puluhan tahun disiksa Suharto. Kami kembali berteriak gembira ketika mahasiswa disupport Brutus-brutus mengkudeta Suharto di saat usia Suharto sudah renta, dan terlambat menyadari bahwa manusia tak akan bisa selamanya berpura-pura menjadi Tuhan. Tak ada yang lebih kami kenang ketimbang saat-saat yang gegap gempita sempena detik-detik kejatuhan Suharto. Kami ramai-ramai bersujud syukur di aspal jalan raya, kampung-kampung berpesta memotong ayam atau kambing, dan televisi-televisi yang rata-rata kepunyaan anak-anak Suharto menyanyikan lagu-lagu perjuangan seakan-akan kami baru merdeka dari penjajahan, seakan-akan televisi-televisi itu bukan milik anak-anak bos yang mereka jatuhkan. Tetapi memang semua itu hanya tipuan, dan kembali kami tertipu. Rupanya reformasi hanyalah milik para Brutus yang mengkhianati Suharto dengan menunggangi gerakan mahasiswa yang berdarah-darah dan disumbang dengan darah dan nyawa kami rakyat kecil, tanpa pernah berfikir dan berniat untuk membela kami sedikitpun. Para Brutus hanya ingin mengganti Suharto dan orang-orang elitnya lalu menduduki jabatan sebagai Suharto/Tuhan baru serta mendudukkan orang-orang elitnya untuk menjadi pemeras kami yang baru, penjajah kami yang baru, penipu kami yang baru. O tidak,tidak! Bahkan lebih parah lagi dari itu. Rezim Brutus bahkan menemukan sistem baru untuk menindas kami, yakni membuat nama-nama baru, peran-peran baru, lakon-lakon baru, idiom-idiom baru, wacana-wacana baru, tetapi intinya sama: yakni menjajah dan menistakan kami lebih kejam dan lebih sadis ( pada inti hakekatnya ) ketimbang rezim Sukarno dan Suharto. Pemerintahan-pemerintahan Gus Dur, Megawati dan SBY, didukung oleh parlemen-parlemen pusat dan daerah yang semuanya pengkhianat rakyat, menemukan formula baru, yakni menindas kami sambil tersenyum ramah dan merangkul kami, menginjak kami sambil membaca puisi dan bernyanyi-nyanyi, menggorok leher kami sambil berdiskusi serius-santai dan membunuh anak-anak kami sambil melontarkan wacana-wacana ilmiah populer. Mereka menaikkan BBM dan menelantarkan rakyat yang kelaparan, membiarkan jalan-jalan rusak, sampah-sampah menumpuk di tiap perempatan jalan, sambil terus pasang iklan tentang majunya pembangunan di televisi dengan menyewa pelawak-pelawak bebal kami. Padahal di televisi yang sama, setiap item berita dan acara, sebagian besar justru berisi siaran mengenai kebusukan dan kebobrokan pemerintah, kemiskinan dan kemelaratan rakyat, kerusakan dan kehancuran alam, tapi toh kehidupan tetap berlangsung aman dan damai serta santai, karena memang itulah keajaiban kami yang lebih bodoh ketimbang keledai. Ya, ya, ya, kami adalah keledai milenium, atau malah lebih sesat ketimbang bangsa-bangsa jahiliyah yang pernah disebut kitab-kitab Suci, seperti kaum Ad, Tsamud maupun Samiri. Kami sudah berulang kali ditipu, tetapi toh di setiap pemilu, kami tetap memilih para penipu sebagai para pemimpin kami, sedangkan para pemimpin bersih justru kami olok-olok, kami lecehkan, bahkan ada yang kami gorok. Adakah yang lebih bebal dan mokal ketimbang kami? Tetapi sebodoh-bodohnya kami, sekonyol-konyolnya kami, segila-gilanya kami yang sudah taraf gila beneran, kami masih punya senjata air mata. Airmata itulah senjata pamungkas kami. Airmata itulah yang akan mengejar kalian, wahai elit penipu! Ayo kemana kalian akan lari? Ke Singapura? Tempat favorit kalian itu sudah kami penuhi dengan airmata TKI kami. Ke Mauritiuskah kalian sembunyikan duitmu agar lolos dari pajak kami? Airmata kami sudah mulai mengalir mengelilingi negara kepulauan kecil itu, dan air mata kami menunggu untuk menjadi gelombang tsunami. Ayo kemana kalian akan lari? Amerika, Kanada, Australia bahkan Negeri-negeri Bahama dan Jamaika sudah dalam kepungan air mata kami. Maka, menyerahlah kalian elit Indonesia! Menyerahlah kepada kedalaman air mata kami!!! Bintaro,Jakarta Selatan, Maret 2005== Sumber ide : Sajak “Tanah Air Mata” karya Sutardji Calzoum Bachri Viddy AD Daery atau Drs. Anuf Chafiddi, lahir di Lamongan, 28 Desember 1961. Lulus sebagai sarjana sosiologi dari FISIP Universitas Airlangga Surabaya tahun 1987. Menulis puisi, cerpen, novel, kolom, esei, artikel, naskah drama dan naskah-naskah televisi. --------------------------------------------------------------------------------\ -------------------------------- Penyelenggara Panitia Sarasehan 17 Agustus 2005 Ketua: Sri Margana (Leiden) Sekretaris: Gogol Rusyanadi (Amsterdam), Arief Tahsin (Woerden) Bendahara: Sardjio Mintardjo (Leiden) Acara: Helena Yoranita (Leiden-Den Haag), Sudarmoko (Leiden), Heri Latief (Amsterdam) Tim Perumus: Agung Tri, Irwansyah, Sudarmoko, Heri Latief, Ahmad Sabiq Pembantu Umum: Muridan S. Widjojo (Leiden) Notulensi: Zulfan (Den Haag), Deden (Den Haag) Tim Perdamaian: Eny, (Den Haag), Qorinilwan (Den Haag), Ricardus wawu (Den Haag) , Roy ( Utrecht) Dokumentasi: Marek Ave (Leiden), Pinta mawi (Almere), Reinhad. S (Den Haag) Konsumsi: Esther.S, Esther Lumanauw (Utrecht) Penyedia Sarana: Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Drs. Muhajir, MA. (KBRI) Lembaga Pendukung: Stichting Indonesia Media, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Belanda, Perhimpunan Dokumentasi Indonesia, PPI Belanda, PPI Den Haag, PPI Leiden, PPI Mastricht, Sastra Pembebasan, Stichting Asia Studies (SAS), Stichting Indonesia Sejahtera (SIS), Yayasan Sapu Lidi. Fasilitator: Agung Tri (Aktivis Perempuan, Aktivis Jaringan Kerja Budaya) Martin van Bruinessen (Profesor, Universitas Utrecht) Irwansyah (Mahasiswa I.S.S. Den Haag, Aktivis Politik Ekonomi) Sekretarian Panitia Sarasehan 17 Agustus 2005 NEDERLAND Korenbloemlaan 59 2343 VB Oestgeest Tel: +31.071.5171920 +31.071.5228209 HP: +31.617412517 (Margana) +31.654934754 (Arief) fax: +31.071.5171920 E-mail: merdek...@... --------------------------------- Start your day with Yahoo! - make it your home page [Non-text portions of this message have been removed] Wed Aug 3, 2005 9:12 pm Show Message Info ________________________________ #11936 of 152818 Msg List <Prev <a href="/group/Forum-Pembaca-Kompas/message/11935?var=1"><Prev</a> | Next> <a href="/group/Forum-Pembaca-Kompas/message/11937?var=1">Next></a> View Source Use Fixed Width Font Unwrap Lines ________________________________ Mira Wijaya Kusuma <la_l...@...> la_luta Offline Send Email < Prev Message | Next Message > Expand Messages Author Sort by Date [Bookleat]: Acara Sarasehan 60 thn Kemerdekaan R.I. ( V ) <a href="/group/Forum-Pembaca-Kompas/message/11936?threaded=1&var=1"><span>[Bookleat]: Acara Sarasehan 60 thn Kemerdekaan R.I. ( V )</span></a> MENYERAHLAH, ELIT INDONESIA! Oleh : Viddy AD Daery Kalian tak bisa terus-terusan membohongi kami, berbuat jahat terhadap kami, berkhianat terhadap kami, sambil... Mira Wijaya Kusuma la_luta Aug 4, 2005 12:58 am < Prev Topic | Next Topic > Message # Search: Advanced ________________________________ Copyright © 2010 Yahoo! Inc. All rights reserved. Privacy Policy - Terms of Service - Guidelines - Help