Wa'alaikumsalam warahmatullaahi wabarakaatuh Mungkin kasus ini seperti yang pernah saya baca dalam kata pengantar kitab Ringkasan Shahih Muslim Al-Mundziri, yaitu di kalangan akademik muncul kelompok yang meragukan kejujuran sanad-sanad yang dilalui hadits, pada giliran berikutnya matan hadits juga diragukan, sehingga mereka kemudian hanya mencukupkan Al-Qur'an saja tanpa hadits, yang populer dengan paham "inkaru al-sunnah". Mungkin antum bisa menanyakan beberapa hal berikut: 1. Apakah dia masih melakukan shalat? 2. Bagaimana dia shalat? 3. Mengapa shalatnya begitu? 4. Mintalah bukti bahwa dia bisa shalat tanpa petunjuk hadits! NOTE: Tata cara shalat hanya bisa diketahui dari hadits shahih, seperti karya Syaikh Albani dalam Sifat Shalat Nabi. Pengingkaran terhadap hadits shahih mengakibatkan seseorang tidak dapat melakukan shalat dengan benar. Kalau dia mengingkari hadits shahih, tetapi lebih taat kepada kelompoknya yang tidak berhujjah ke hadits shahih, di dalam menjalankan shalat... Kalau benar begitu.... sesungguhnya kasus ini menurut saya tidak jauh berbeda dengan kasus kefanatikan mahzab, yang menolak sebagian hadits shahih hanya karena mengunggulkan mahzabnya, bahkan mungkin lebih parah lagi. Adapun perkataannya mengenai: ...Sumber islam hanya satu : Al-Quran menurut sunnah rasul SAW. itu lebih parah karena dalam perkataan itu tersirat makna bahwa semua hadits dicampuradukkan jadi satu tanpa melalui penelaahan sanad, matan, .... juga dari cerita antum, saya mendapat kesan bahwa Al-Qur'an malah dia gunakan untuk "membunuh" hadits shahih dengan alasan "menentang" Al-Qur'an. Pertanyaan kritisnya, mengapa pemahaman dia tentang Al-Qur'an bisa bertentangan dengan hadits shahih? Jawab: Karena dia tidak menggunakan pemahaman salafus shalih dalam menafsirkan Al-Qur'an. Apakah dia secara tidak langsung mau mengatakan bahwa pemahaman dia lebih benar daripada pemahaman Rasulullah Saw., sahabat, tabi'in, dan tabi'it tabi'in dalam menafsirkan Al-Qur'an? Sesungguhnya para salafus shalih jauh lebih berilmu daripada kita, namun mereka tetap tunduk kepada pemahaman yang shahih, bukan pemahaman menurut hawa nafsu. Mereka lah generasi terbaik dari umat Rasulullah Saw. Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirinKita juga harus berhati-hati dengan kelompok yang mencari-cari nash-nash syariat -terutama ayat-ayat mutasyabihat- yang dipahami menurut selera dan pendapat mereka untuk mengukuhkan pemikiran, keyakinan (aqidah) dan hawa nafsu mereka. Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yangLandasan pokok dalam berdakwah kepada Al-Qur'an dan Assunnah: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlahBerikut perintah di dalam Al-Qur'an yang mewajibkan kita mentaati Sunnah Rasulullah Saw.: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya), dan ulil amri di antara kamu.Kalaupun benar dia masih percaya Al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber agama yang benar, coba mintalah dia untuk membaca dua ayat tersebut di atas. Al-Qur'an sendiri menunjukkan posisi sunnah Rasul untuk ditaati. Mungkin antum perlu sedikit "meralat": ...sumber islam ada dua : Al Qur'an dan Sunnah Rasul SAW yang shohih... Menurut pandangan saya, setiap sunnah Rasulullah Saw. pasti shahih, namun hadits yang meriwayatkannya belum tentu shahih. Ketika kita mengatakan sesuatu itu sebagai sunnah (ketetapan) Rasulullah Saw., maka saat itu kita meyakini bahwa itu adalah shahih. Maaf sebelumnya, ini hanya masalah istilah (penyebutan) saja, namun tidak mustahil orang-orang yang munkar berusaha menyelisihinya, memutar-mutar perkataan. Juga kita perlu waspada terhadap dalil-dalil yang mansukh (dihapus), seperti mengenai nikah mut'ah. Jangankan hadits dhai'f yang dipakai, hadits yang shahih yang telah di-mansukh (dihapus) pun kadang dipakai juga, malah bisa berdalih dengan mengatakan shahih, padahal memang shahih tetapi sudah dihapus dengan adanya hadits shahih lain yang menyatakan ketetapan sebelumnya tidak berlaku lagi. Kalau semua cara tersebut sudah dicoba, namun belum berhasil, bertawakkallah.. Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi AllahWallahu 'alam. Semoga sedikit pengetahuan yang diberikan Allah kepada saya ini dapat memberikan manfaat dan kemaslahatan. Segala khilaf karena keterbatasan ilmu saya, semoga memperoleh ampunan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Amin. Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh DAFTAR PUSTAKA: [1] Al-Jumanatul 'Ali, Al-Qur'an dan Terjemahannaya. CV. Penerbit J-ART, Bandung. [2] Meluruskan Kesalahpahaman Dakwah Salafiyah. Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Penerbit At-Tibyan, Solo. ibnu ahmad wrote: ------------------------------------------------------------------------ Website Islam pilihan anda. http://www.assunnah.or.id http://www.almanhaj.or.id Website kajian Islam -----> http://assunnah.mine.nu Berlangganan: [EMAIL PROTECTED] Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED] ------------------------------------------------------------------------ Yahoo! Groups Links
|
- Re: [assunnah] bagaimana mematahkan argument ajaran ISA... Novareza Klifartha
- Re: [assunnah] bagaimana mematahkan argument ajara... beta sagita
- Re: [assunnah] bagaimana mematahkan argument ajara... Chandraleka
- RE: [assunnah] bagaimana mematahkan argument ajara... Muhammad Padli